VOTE DAN COMMENT JANGAN LUPA #tetep
Apa yang ada di pikirannya semalam?
Soal Maysa, itu memang alasannya menghibur diri di club. Tapi memanggil Seira untuk menjemputnya pulang dari club? Sepertinya itu salah satu hal paling absurd yang pernah Sagara lakukan.
Salah satu hal paling absurd selain mabuk karena Maysa tidak kunjung mengangkat teleponnya.
Mengapa hatinya bisa seringkih ini?
Rasanya memalukan. Sagara rasanya ingin menenggelamkan diri ke dalam rawa-rawa saat satu-persatu ingatannya perlahan kembali.
Bagaimana jika Seira menjadikan hal itu sebagai lelucon?
Bagaimana jika Seira beranggapan Sagara tidak lebih dari seorang laki-laki dewasa tetapi berkelakuan seperti remaja labil yang sedang gundah karena masalah percintaan?
Dia mati-matian menunjukkan kebencian kepada Seira tetapi malah meminta bantuan Seira untuk menjemputnya karena terlalu mabuk untuk pulang sendiri. Dan mengakui kepada bartender, bahwa yang akan dihubungi adalah istrinya?
Kenapa dia tidak kepikiran orang lain? Revan, misalnya? Toh Revan juga sudah biasa melihatnya minum hingga mabuk.
Sagara masih berusaha menenangkan pikiran sambil mengenakan pakaian. Dia tidak akan memberikan klarifikasi apa-apa kepada Seira. Biarlah Seira yang telah menyaksikan aibnya semalam mengolok-oloknya, Sagara sudah tidak peduli lagi.
Sagara hanya akan mencoba bersikap sebiasa mungkin di depan Seira.
Memangnya kenapa kalau Seira melihat sikap konyolnya? Gengsinya tidak akan pernah turun apalagi jatuh. Lagipula masih banyak hal lain yang bisa dilihat Seira darinya. Entah itu hal baik atau buruk.
Kalaupun Seira tetap menganggapnya konyol, Sagara tidak peduli. Dia tidak butuh penilaian Seira tentang hidupnya.
Jam dinding di pantri menunjukkan waktu 10.15. Tidak ada seorangpun di sana selain dirinya. Dia jadi tidak perlu memikirkan bagaimana menghadapi Seira lagi tanpa rasa canggung.
Heh, sejak kapan kata canggung ada di dalam kosakata kamus hidupnya? Dia selalu terlihat superior dalam menghadapi Seira. Setidaknya menurut dirinya sendiri.
Sagara mengacak rambutnya dengan kesal. Memangnya Seira siapa?
Perempuan yang dinikahinya dengan terpaksa dan kini tinggal satu atap dengannya juga karena terpaksa.
Seira pernah mengatakan jika apartemen itu sangat sepi dan terkesan suram. Tentu saja perempuan itu tidak mengatakan kepadanya secara langsung. Seira menggumam sendiri ketika tengah berberes di pantri dan Sagara mendengarnya.
Entah suram seperti apa yang dia maksud.
Apartemen itu bergaya minimalis modern. Simpel tapi elegan. Warna-warna netral seperti putih, hitam, abu-abu dipadu padankan dengan apik. Tiap ruangan didesain dengan mengutamakan kenyamanan serta tetap terlihat artistik. Sofa fabric putih di ruang tamu dan abu-abu di ruang TV serta furnitur monokrom lainnya dipilih untuk semakin menegaskan konsep yang ingin ditampilkan. Sagara mengurangi pemakaian warna hitam atas saran desainer interior ketika dia menginginkan konsep apartemen yang netral untuk laki-laki dan perempuan. Penggunaan warna hitam terkesan elegan, tetapi terlihat maskulin. Untuk tempat tinggal laki-laki, hal itu bukan masalah. Keadaan akan berbeda ketika dia memutuskan tempat itu sebagai hunian setelah berkeluarga.
Sagara tidak begitu suka melakukan perombakan desain interior. Repot mesti menata ulang segala perabotan terutama menyesuaikan mood pada suasana baru.
KAMU SEDANG MEMBACA
OVERRATED WIFE
General FictionSeira Dahayu, telah lama mengetahui jika dirinya dan Sagara terikat kawin gantung sejak mereka masih kecil. Kala itu Seira masih berusia 9 tahun dan Sagara berusia 11 tahun. Ia bahkan diminta untuk tidak menjalin hubungan asmara dengan laki-laki ma...