VOTE DAN COMMENT DULU???
Seira tidak pernah terpikir saat itu untuk berlama-lama berada di dekat Sagara apalagi sampai terlibat sebuah obrolan. Lebih hebatnya lagi, dia malah memberikan pandangan ketika Sagara bertanya tentang caranya meng-handle sebuah masalah, seakan-akan hubungan mereka begitu dekat untuk saling bertukar pikiran.
Ah, ya. Mereka memang pernah dekat sebagai...teman. Jauh sebelum negara api menyerang.
Hal yang terasa ganjil karena tidak biasanya Sagara mengajaknya bicara dalam suasana damai. Setelah beberapa episode konflik antara mereka, satu obrolan itu bak oase di tengah gurun pasir yang panas dan kering kerontang.
Sagara bersikap agak baik kepadanya dengan alasan yang Seira coba duga. Mungkin menolong seorang pemabuk adalah pekerjaan mulia yang setara dengan aksi heroik pemadam kebakaran atau aktivis penyelamat orang utan. Efeknya sungguh besar untuk meraih simpati.
Tapi Seira tidak mau berekspektasi. Seperti yang telah dikatakan, jika sumber kekecewaan adalah ekspektasi yang terlalu besar. Sagara tidak akan berubah dalam waktu semalam. Dan Sagara memang tidak perlu berubah, jika dia merasa tidak membutuhkan perubahan. Seira tidak hadir di dalam hidup Sagara, dalam pernikahan mereka untuk mengubahnya. Seperti kisah sinetron, di mana seorang suami berperangai buruk berubah menjadi baik karena ketabahan hati istrinya yang bak malaikat.
Semalam, Sagara terlihat seperti seseorang yang kehilangan pegangan karena frustrasi. Sudah tidak terhitung sepertinya, jumlah alkohol yang diminumnya. Seira paham bagaimana rasanya berada di dalam sebuah kondisi di mana seseorang seolah tidak lagi peduli pada dirinya sendiri hingga tidak segan-segan melukai dirinya sendiri, entah karena perasaan kesal, kecewa, marah atau benci.
Makanya, Seira tidak mau mengatakan apa-apa saat menemani Sagara memuntahkan isi perutnya ke dalam wastafel, meski sumpah, Seira tidak tahan dengan aroma tajam alkohol. Seira mencoba melakukan upaya pertolongan berbekal informasi dari Google dan tutorial singkat di Youtube yang diposting seorang dokter selebriti. Seira menjaga sampai Sagara tertidur kemudian mengganti pakaian Sagara dengan pakaian tidur yang lebih nyaman sehingga ketika bangun, Sagara tidak lagi beraroma alkohol.
Dia melakukan tindakan terbaik yang bisa dilakukan karena hanya dirinya yang berada di dekat Sagara waktu itu.
Tanpa ekspektasi apa-apa selain melakukan apa yang seharusnya dilakukan para pejuang kemanusiaan dan pecinta kedamaian. Dia akan merasa bersalah jika tidak mengulurkan tangan untuk menolong di saat dia memiliki peluang untuk melakukan hal itu. Terlepas dari siapa yang dia tolong.
"Kenapa lo nggak ikut makan...bareng gue di sini?"
Ucapan Sagara terdengar janggal.
"Maksudnya?" Seira terlambat menyadari kalau jawabannya terlalu cepat. Keseringan diperlakukan kurang baik oleh Sagara membuatnya merasa asing akan sikap Sagara yang "sepertinya" mencoba untuk bersikap ramah.
Seira bukan berarti tidak paham. Dia hanya memastikan apakah yang dia dengar sebuah penawaran atau hanya basa-basi.
"Lo, nggak mau... makan di sini bareng gue?" Tapi kemudian Sagara mengulang, kali ini terdengar lebih berhati-hati.
Oh, well.
Sedang berbaik hati, rupanya. Seira jadi ingin tahu jenis minuman apa yang bisa menyebabkan perubahan sikap seseorang dalam rentang waktu yang singkat. Kalau ada, hebat sekali penemunya.
"Nggak. Aku juga... ada yang mau dikerjain di kamar," jawabnya. Akan lebih baik jika Seira menolak. Selain belum begitu lapar, Seira sudah pasti akan merasa lebih nyaman makan sendirian.
KAMU SEDANG MEMBACA
OVERRATED WIFE
Ficção GeralSeira Dahayu, telah lama mengetahui jika dirinya dan Sagara terikat kawin gantung sejak mereka masih kecil. Kala itu Seira masih berusia 9 tahun dan Sagara berusia 11 tahun. Ia bahkan diminta untuk tidak menjalin hubungan asmara dengan laki-laki ma...