PART TIGA PULUH LIMA (1)

2.7K 491 9
                                    


                                   PART TIGA PULUH LIMA


"Nggak apa-apa main perempuan, yang penting nggak ketahuan sama bini."

"Jangan gitulah. Mendingan menahan diri. Kasihan istri sama anak kalau suami macam-macam. Apa susahnya setia toh?"

"Halah. Cuma selingan aja, nggak apa-apa."

"Terserah situ sajalah. Yang penting, saya nggak mau ikutan."

Sagara mendengarkan interaksi antara dua pekerja yang hanya berjarak sekian meter dari tempatnya duduk. Ibarat percakapan antara iblis dan malaikat, keduanya berada pada kubu yang berbeda. Saling beradu argumentasi, hingga salah satu memilih mengalah daripada menghabiskan waktu dan energi demi perdebatan yang berujung sia-sia.

Dia bukan sengaja menguping, karena secara kebetulan saja kedua pekerja dan dirinya berada di tempat yang sama. Mereka juga tidak berusaha menyembunyikan obrolan. Atau mungkin mereka berpikir jika dia tidak akan punya waktu menghiraukan apalagi menajamkan pendengarannya hingga tanpa sadar menyimak pembicaraan mereka secara detail.

Merasa gelisah dan terusik, Sagara memilih berpindah ke tempat yang sedikit menjauh dari para pekerja. Diambilnya sebatang rokok dan mulai menghisap nikotin pelan-pelan.

Saat itu, para pekerja tengah beristirahat di bawah pohon rindang yang letaknya tidak begitu jauh dari lokasi proyek. Setelah makan siang, biasanya para pekerja akan diberi kesempatan beristirahat sekitar setengah jam sebelum melanjutkan pekerjaan.

Perkembangan proyek di pekerjaan dinding penahan tanah yaitu semacam konstruksi yang dipakai untuk menangani permasalahan tanah, misalnya longsor. Tahapan ini dikerjakan sebelum mulai mengerjakan pondasi.

Sagara tidak begitu paham seluk beluk konstruksi, sipil, desain arsitektur, dan semacamnya. Ketika manajer proyek, quality control dan dirinya selaku owner mengadakan meeting di direksi keet, dia hanya lebih banyak diam mendengarkan. Tapi ketika membahas analisis ekonomi dan lingkungan, dia bisa lebih banyak berbicara sesuai disiplin ilmu yang dikuasainya.

Setiap orang diberikan kelebihan dalam bidangnya masing-masing. Justru dia bersyukur bisa terlibat dalam proyek di luar dari pekerjaan yang digeluti sehari-hari. Pengalaman tidak akan datang dua kali.

Jika biasanya dia tergoda untuk pulang, lambat-laun Sagara mulai menikmati pekerjaannya. Semacam kegiatan refreshing. Lagipula, tidak ada yang bisa dikerjakannya di vila selain nonton atau bermalas-malasan.

Paling tidak, dia bisa menyibukkan diri. Berada dekat Seira mulai terasa tidak sehat baginya.

Dia belum lupa pada keinginannya untuk menjauhi Seira. Tapi alih-alih menjauh, justru kini Sagara mendapati dirinya belingsatan dan cranky menghadapi Seira dan penolakannya.

Kalau bukan karena kebutuhan biologis, dia tidak akan seperti ini.

Sagara selalu menyalahkan nafsunya yang besar dan terkadang sulit dikendalikan. Tetapi seharusnya dia sudah siap menanggung resiko sejak mengiyakan permintaan Mami untuk menikahi Seira.

Seira bukan perempuan yang mudah menerima bujuk rayu. Butuh effort lebih untuk menyentuh hatinya, kalau tidak bisa dikatakan mustahil. Hal itu semata karena Seira telah membangun tembok pertahanan yang sulit ditembus.

Tapi pasti ada cara. Hanya momentumnya saja yang belum datang.

Sagara kadang menertawai dirinya sendiri.

OVERRATED WIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang