PART SEPULUH

2.5K 518 48
                                    

VOTE DULU YAAA...KOMENNYA YANG RAMEE...BIAR SECOND MALE-NYA CEPAT NONGOL :D

"Jadi, acaranya bulan depan." Nadin mengaduk-aduk sop buntut di dalam mangkuk. "Lo harus dateng. Jangan lupa."

"Iya, gue bakal usahain, kok."

Nadin akan menggelar acara pernikahan di salah satu hotel di Bandung. Calon suaminya merupakan seorang pengusaha muda yang cukup sukses. Nadin sendiri berasal dari keluarga berada. Sewaktu mereka sama-sama kuliah di Bandung, sehari-hari, Nadin menyetir sendiri mobil Mercedes Benz-nya ke kampus.

"Lo bakal dateng bareng suami lo, kan?"

Seira ragu menjawabnya. Datang sendiri pun semestinya bukan masalah. Tapi kalau Nadin berharap dia datang bersama Sagara, bagaimana harus membuat alasan?

"Nanti deh dilihat."

Nadin mengangguk. "Oke deh. Gue tunggu konfirmasi lo."

Siang itu, mereka makan siang bersama di Sofia. Nadin menghubunginya tiga hari sebelumnya, menanyakan kapan mereka bisa bertemu, sekalian untuk mengantarkan undangan.

"Berarti lo ngelangkahin kakak lo dong?" tanya Seira.

"Ah, iya. Abis, Mas Randi belum ada tanda-tanda ke arah situ." Nadin menjawab serba salah.

Dulu, Nadin sempat menjodoh-jodohkan Seira dengan Mas Randi. Tapi Seira selalu menolak setiapkali Nadin bermaksud mengatur pertemuan antara dirinya dengan Mas Randi. Seira memang tidak mengatakan soal perjodohannya dengan Sagara karena tidak ingin mengeksposnya sebelum hari pertunangan. Bisa-bisa Nadin menertawainya soal kawin gantung yang digagas orangtuanya dan orangtua Sagara. Sampai sekarang, ternyata Mas Randi masih belum menikah juga. Kesibukannya sebagai dosen di salah satu PTS di Bandung begitu menyita waktu. Selain itu, kakaknya juga sibuk berbisnis, mengelola salah satu bisnis keluarga mereka yaitu sebuah restoran yang juga berada di kota Bandung.

Menurut Nadin seperti itu.

"Padahal umurnya udah 33 tahun lho, Ra. Ada beberapa sih yang berpotensi, ada dari relasi ayah sama ibu, dari keluarga jauh, sampai teman sesama dosen. Tapi nggak tau maunya Mas Randi gimana."

"Kali aja jodoh sama mahasiswinya."

Nadin menggeleng. "Jangan deh. Ibu pengennya jodoh yang usianya udah mateng. Kemarin-kemarin sempat ada beberapa mahasiswi yang deketin, tapi ditolak semua. Sok kecakepan emang, kakak gue itu."

"Memang ganteng kan, Nad? Lo jangan skeptis sama kakak lo sendiri."

Mereka tertawa.

"Kalo lo yang ngomong sih, gue percaya. Secara pilihan pendamping hidup lo juga tampangnya ganteng banget gitu."

Seira nyaris tersedak. Dia sampai harus mengambil air untuk melegakan rasa tidak nyaman di lehernya.

Sagara ganteng banget?

Bisa besar kepala dia kalau dengar.

"Lo kenapa, Ra?" Nadin melihatnya dengan raut wajah khawatir.

"Nggak pa-pa. Gue salah nelan aja tadi. Sekarang udah baikan." jawab Seira, tidak ingin membahas soal Sagara saat sedang makan. Konsentrasinya bisa buyar, belum lagi soal mood yang bisa rusak.

"Oh, syukur deh." Nadin nampaknya juga tidak ingin membahas soal Sagara lagi.

Sepertinya.

"Suami lo ada keturunan bule ya?"

Nadin lalu mulai membahas tentang artikel yang dia baca. Tentang profil Sandi Cokroatmojo, kakek Sagara berikut keturunannya. Mudah saja mencari informasi mengenai keluarga suaminya itu. Dulu, dia termasuk aktif memantau perkembangan berita mengenai keluarga Cokroatmojo di kanal pencarian berita seperti Google, dan Youtube. Keluarga itu tidak punya channel khusus, jadi Seira hanya mencari dengan mengetikkan nama Cokroatmojo. Beberapa liputan yang muncul membahas aksi sosial, bisnis, suasana perkebunan keluarga, hingga estimasi kekayaan. Setelah menikah, Seira memutuskan tidak lagi mencari-cari informasi tentang keluarga itu, karena khawatir menemukan berita yang tidak ingin dia dengar.

OVERRATED WIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang