PART ENAM

2.6K 564 82
                                    

Ayoo jangan ragu pencet bintang dan kasih comment. Mau comment apa aja aku terima, yang penting rame :D

See you on next part!

"Don't worry. Andaikan ada opsi itu, aku lebih milih jadi nanny-nya Kendall. Lebih berpahala, soalnya."

Seira membalas kalimat ledekan Sagara secepat yang dia bisa. Otaknya bahkan tidak sempat berpikir, memilah kata-kata seperti apa yang perlu diucapkan dan kata-kata yang sebaiknya tetap tersimpan dalam memorinya. Tapi mana bisa dia menjaga manner-nya jika laki-laki itu selalu saja meledeknya setiap ada kesempatan yang artinya hampir setiap saat ketika mereka hanya sedang berdua saja?

"Aah, gitu ya? Cool." Sagara membalasnya santai. "Makin pinter ngejawab aja nih menantu kesayangan Mami. Jadi kualitas seperti ini yang dilihat Mami dari seorang Seira Dahayu?"

"Kenapa jadi merembet ke situ? Jawabanku nggak ada hubungannya dengan penilaian Mami sama aku." Seira rasanya sudah nyaris menggebrak dashboard di depannya. "Nyetir aja yang bener, baru lanjutin ledekan kamu di rumah."

"Kok jadi ngatur ya? Emang bener, lo makin pinter sekarang. Pinter ngejawab, pinter ngebantah juga. Udah cocok jadi role model istri idaman. Huh. Salut gue. Lo layak dapat award."

Seira mengatur napasnya yang terasa sesak. Tarik napas dalam-dalam dan hembuskan pelan-pelan. Dia mengulanginya berkali-kali sampai perasaannya terasa lebih nyaman.

Baginya, memenangkan sebuah perdebatan bukanlah sebuah prestasi. Saling mengadu argumentasi mana yang benar, atau ledekan siapa yang lebih pedas, bukan kesukaannya. Dia tidak pernah memulai konfrontasi sejak dulu. Karena dia cukup mengenal watak Sagara, dari curahan hati Mami. Kata Mami, Sagara senang mendebatnya. Menggarisbawahi kata "senang", yang berarti Sagara memang seorang laki-laki berego tinggi. Bayangkan saja, orangtua sendiri malah senang diajak berselisih paham. Benar-benar tidak takut kualat, namanya.

Lalu mengapa dia tetap bertahan menjadi calon istri Sagara jika dia telah mengetahui wataknya? Bukankah lebih baik mencari pasangan yang lebih memahami dan mencintainya. Ketimbang bertahan pada sebuah hubungan penuh peperangan seperti ini?

Katakanlah, di sisi inilah kelemahannya. Seira terlalu manut kepada orangtua. Papa dan mama bukan ingin menjerumuskan pada sebuah hubungan yang berpotensi melukainya. Seira yang memilih sendiri. Karena waktu itu, Sagara terlalu pintar menyembunyikan hubungan pacarannya. Sagara menerima pertunangan itu, setuju untuk melanjutkan ke tahap pernikahan, yang belakangan Seira ketahui terjadi karena desakan Mami. Mami mengakui begitu sayang untuk melepaskannya, karena menurut Mami dialah yang paling pantas menjadi istri Sagara. Lalu, Seira berpikir, hubungan mereka bisa berproses membaik seiring berjalannya waktu. Ya, dia memang terlalu naif saat itu. Dan kini dia mulai menyadari sifat naif tidak selalu menjadi pemenang di muka bumi ini. Orang-orang naif cenderung menjadi korban. Karena mereka selalu menurut, tidak membantah, mengiyakan, sekalipun tidak sesuai dengan pemikirannya.

Tapi sudah terlambat untuk mundur. Seharusnya tidak ada yang boleh disesali kini. Dia harus bertahan sampai di titik di mana dia tidak lagi sanggup dan akhirnya menyerah.

Tidak. Bukan dia yang akan menyerah. Tapi laki-laki ini. Entah bagaimana caranya, Seira akan mencoba mencari celah. Dia enggan memberikan kepuasan kepada Sagara. Setelah memperistrinya, Sagara harus tahu bahwa dia tidak bisa memerlakukan dirinya sesuka hati. Jika tidak bisa menghargainya, cobalah menghargai kedua orangtuanya yang menyerahkan Seira baik-baik kepada Sagara, terlepas dari kenyataan bahwa Sagara terpaksa menikah dengannya.

"Kamu segitu bencinya sama aku, sampai-sampai kamu selalu mengucapkan kata-kata yang kamu gunakan untuk melukai perasaanku? Satu hal yang harus kamu tau. Aku tidak selemah yang kamu pikirkan."

OVERRATED WIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang