Pada tau kan letak vote dan kolom comment? :D tandai dulu baru baca.
Nggak capek jadi silent reader :DDD
Yuks vote and comment.
Okeey...
Tengah malam, Sagara terbangun. Sagara memastikan penunjukan waktu melalui jam di ponselnya. Hanya tiga jam tertidur dan dia kini sudah terjaga?
Sulit untuk kembali tidur, setidaknya dalam dua jam ke depan. Kebiasaan tidurnya yang tergolong insomnia seolah telah kembali dari peradaban.
Di sampingnya, Kendall dan Seira tertidur pulas dalam posisi berhadapan. Rasanya masih sangat asing mendapati mereka tidur bertiga. Sekilas seperti sebuah keluarga kecil.
Heh, apa yang sedang dipikirkan otaknya?
Hanya lampu tidur yang dinyalakan. Dalam keadaan remang-remang, pandangannya begitu terbatas. Sagara begitu gemas dengan pipi montok Kendall, tapi kalau dia menyentuhnya, Kendall bisa terbangun.
Tiba-tiba seringai terbentuk di bibirnya.
"Kenapa sih komentar kamu selalu nggak enak didengar?"
"Nggak usah didengerin, makanya."
"Kamu jahat, tau nggak?"
Mengingat celetukan tadi, rasanya lucu juga. Seira bereaksi mengambil bantal guling, kemudian memukulnya. Beruntung Kendall sudah tidur, tidak sempat menyaksikan kejadian sengit tersebut.
Pelan, tidak ingin membangunkan mereka, Sagara turun ke lantai satu menuju pantri. Butuh sesuatu yang segar-segar untuk menetralisir tenggorokan yang terasa kering.
Setelah mencari-cari minuman di lemari es, Sagara duduk sambil menikmati jus apel kemasan. Tidak lama, Talita muncul membawa sebuah mug. Mungkin mug kopi. "Kendall adem kan tidurnya?"
"Hmm. Nyenyak banget abis dinyanyiin nina bobo."
"Oh. Sama lo?"
Sagara tergelak. "Nggak mungkinlah. Tapi sama adik ipar kesayangan lo."
"Syukurnya bukan lo, Ga. Ntar anak gue mimpi buruk."
Sagara menggeleng, masih tergelak. "Nggak salah? Asal lo tau ya, suara gue kalo nyanyi memang jelek, tapi suara adik ipar lo itu jauh lebih jelek lagi."
"Oh, ya? Masa sih? Perasaan suaranya normal-normal aja pas nemenin Kendall nyanyi. Lo ngarang aja deh."
Ya, katakan saja jika Sagara hiperbolis. Tapi suara Seira ketika menyanyi tidak begitu ramah di telinga. Dan hal itu tidak bisa didebat.
"Ya sudah. Nggak usah dibahas." Sagara meneguk jus apel lagi. "Mami tidur?"
"Hmm. Sempat bangun karena sesak, tapi sebentaran doang. Abis itu tidur lagi. Mungkin tadi bantalnya kurang tinggi. Untung gue nggak pernah tidur. Habis ini gue mesti buru-buru balik deh. Lo lihat bentar gih, gue mau bikin kopi lagi."
Aroma kopi saat tutup wadah dibuka, tercium samar.
"Lo tidur aja, biar gue yang jaga Mami sampai pagi. Lagian, kalo udah terjaga begini, gue nggak bisa tidur lagi sampai Subuh." Sagara menawarkan diri. Sekarang gilirannya menjaga mami.
"Gue juga nggak ngantuk. Lo temenin gue aja kalo gitu." Talita urung membuat kopi yang baru. Katanya, mungkin dia bisa tidur sejenak kalau Sagara sudah menunggui Mami di kamar. "Semoga gue masih bisa tidur sebelum Subuhan."
KAMU SEDANG MEMBACA
OVERRATED WIFE
General FictionSeira Dahayu, telah lama mengetahui jika dirinya dan Sagara terikat kawin gantung sejak mereka masih kecil. Kala itu Seira masih berusia 9 tahun dan Sagara berusia 11 tahun. Ia bahkan diminta untuk tidak menjalin hubungan asmara dengan laki-laki ma...