Pencet bintang dulu ya sebelum baca. Komennya juga haha. Penting banget itu. Thank you!
"Kerjaan kamu sekarang gimana, Nak?"
"Iya, Mi?"
"Kerjaan kamu," ulang mami. Suaranya lembut. Kendati masih lemah, aura wajahnya sekarang lebih cerah setelah keluar dari rumah sakit.
"Baik-baik aja, Mi."
Seira menjawab singkat. Sejak mami memintanya dan Sagara menginap di sana, perasaannya mulai tidak tenang.
Menginap di sana berarti mereka akan tidur sekamar, bukan?
Keadaan mungkin akan sedikit membaik jika Kendall mau ikut tidur bersamanya seperti permintaan anak kecil yang imut dan menggemaskan itu. Tapi kalau tidak? Bagaimana rasanya melalui malam itu dengan Sagara, sementara sejak menikah mereka selalu pisah kamar?
Mereka tidak pernah merasakan suasana meriah seperti pesta pernikahan pada umumnya karena dua hari sebelum hari pernikahan, mami masuk rumah sakit karena serangan jantung. Mereka tetap melangsungkan pernikahan berhubung segala sesuatu sudah terlanjur disiapkan seperti undangan, katering, hingga pengisi acara. Bedanya, waktu itu Talita yang menggantikan posisi mami sebagai pendamping di pelaminan.
Seira tidak mengetahui penyebab mami terkena serangan jantung. Seingatnya, berminggu-minggu sebelum hari H, mami nampak sehat-sehat saja. Mereka sering menghabiskan waktu bersama atas permintaan mami jadi Seira cukup yakin bahwa kesehatan mami terjaga dengan baik. Semua menu makanan diatur dan diawasi dengan ketat oleh asisten khusus yang dia tahu dibayar sangat mahal. Mami juga tidak pernah berolahraga atau melakukan pekerjaan yang berpotensi mendatangkan serangan jantung. Semuanya sangat stabil.
Setidaknya sampai H-2 menjelang pernikahannya dan Sagara.
Selama tiga tahun ini, Seira bekerja sebagai property marketing sales. Sebuah pekerjaan yang ditekuninya setelah diterima bekerja di Hartadi Group. Dulunya, Seira mengambil jurusan manajemen karena dia ingin membantu pekerjaan di CV milik papa. Tetapi CV yang bergerak di bidang konstruksi tersebut pailit karena proyek gagal dan jumlah sales yang makin menurun. Akhirnya Seira pun melamar pekerjaan di Hartadi Group, salah satu pengembang properti besar di Indonesia.
"Kamu betah dengan pekerjaan kamu?"
"Betah, Mi." Seira kembali menjawab singkat.
Berada di bawah pengawasan sepasang mata elang milik Sagara bukan hal yang mudah. Dia bukannya takut, dia hanya malas berdebat. Mami adalah orangtua Sagara. Jika mami adalah orangtuanya sendiri, tentu Seira tidak akan menghiraukan suruhan Sagara.
Sagara selalu menyuruhnya untuk tidak terlalu banyak berbicara dengan mami. Menjawab seperlunya jika ditanya. Kalaupun Seira ingin bertanya kepada mami, hal yang boleh ditanyakan hanya seputar kondisi kesehatannya.
Jangan kepo, jangan sok tau. Itu kata Sagara.
Hmm. Udah cocoklah jadi slogan kaum anti ghibah-ghibah club.
"Kamu nggak mau nyoba kerjaan lain?"
"Belum sih, Mi. Masih betah sama pekerjaan ini. Gajinya juga lumayan. Semakin banyak unit terjual, fee yang aku dapat juga makin banyak."
Mami mengangguk-angguk. Mami lalu memintanya mengupaskan buah kiwi.
Sepanjang obrolan, mami sesekali melihat ke arah Sagara yang duduk tidak jauh dari mereka. Tatapan mami kadang berganti, mulai tatapan awas, hingga semacam tatapan bingung. Seira tidak tahu apakah hubungan mami dan Sagara sudah cukup membaik. Karena menurut mami, kepribadian Sagara sangat berbeda dengan Talita. Jika Talita, anak sulung yang sangat friendly dan mudah bergaul, Sagara sebaliknya. Sejak kecil, Sagara tidak mudah didekati. Menurut mami, Sagara mewarisi watak keras mami, dan watak tertutup dari papi. Kombinasi yang menjadi tantangan berat bagi pengasuhnya sejak kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
OVERRATED WIFE
General FictionSeira Dahayu, telah lama mengetahui jika dirinya dan Sagara terikat kawin gantung sejak mereka masih kecil. Kala itu Seira masih berusia 9 tahun dan Sagara berusia 11 tahun. Ia bahkan diminta untuk tidak menjalin hubungan asmara dengan laki-laki ma...