VOTE DAN COMMENT-NYA DULU DONGS!
"Makasih ya, Pak? Ini buat Bapak."
Seira menyerahkan sejumlah uang sebagai pembayaran pesanan makanan via online. Tidak lupa melebihkan untuk uang tip. Wajah bapak tua kurir makanan online nampak senang mendapatkan uang tip yang lumayan banyak.
"Wah, makasih ya Neng? Semoga rejekinya lancar terus."
"Bapak juga ya, semoga orderan makin banyak."
"Iya, Neng. Saya permisi dulu."
Sekitar dua jam lalu, Seira mendadak ingin makan martabak telur dan martabak manis. Padahal biasanya dia hanya menyantap cemilan yang ada saja. Tapi makan malamnya tidak terlalu banyak, mungkin efek kurang enak badan. Seira menghindari meminum obat saat tubuhnya kurang fit dan memilih memperbanyak makan dan istirahat. Dia turun ke minimarket bawah untuk membeli air mineral botol, mie instant, tolak angin dan beberapa bungkus roti manis untuk stok dalam tiga hari ke depan. Sekalian mengambil pesanan makanan yang diperkirakan tiba sekitar sepuluh menit lagi. Tidak berselang lama setelah membayar belanjaan di kasir, kurir makanan pun datang.
Suasana di depan minimarket terlihat lengang saat Seira selesai berbelanja. Orang-orang yang berpapasan dengannya tidak satupun yang dia kenal. Rasanya kehidupan di apartemen lebih terkesan tertutup ketimbang tinggal di area kompleks perumahan, apalagi padat penduduk, di mana posisi tiap-tiap rumah begitu rapat satu sama lain. Atau jika dibandingkan kehidupan masyarakat pedesaan yang masih sangat mengandalkan kehidupan sosial dan gotong royong, apalagi jika ada hajatan.
Penghuni apartemen Lotus Residence sudah pasti adalah orang-orang kalangan atas, dengan penghasilan bulanan jauh di atas rata-rata. Tidak perlu membandingkan dengan gaji standar UMR karyawan biasa yang paling banter habis untuk bayar macam-macam cicilan setiap bulan. Jauh banget. Butuh pekerjaan puluhan hingga ratusan juta rupiah untuk bisa menyewa. Untuk membeli, apalagi. Hanya memungkinkan bagi kalangan yang memiliki digit saldo nyaris tak terhingga.
Biasanya, Seira memutari area kolam renang di lantai dasar sepulang dari minimarket atau kafe. Sekadar melihat-lihat sambil berjalan atau singgah duduk-duduk santai menikmati suasana malam yang acapkali hening. Sepertinya para penghuni lebih senang menghabiskan waktu di dalam unit mereka ketimbang di area kolam.
Sebenarnya di apartemen sebelas lantai itu menyediakan kolam renang di bagian rooftop. Tapi Seira belum pernah ke sana. Sagara pernah menyebutkan aneka fasilitas termasuk letak rooftop yang memiliki infinity pool dan bar, tetapi merasa tidak perlu menunjukkan kepada Seira seperti apa wujud rooftop di apartemen mewah itu. Bukannya Seira lantas ingin menghabiskan waktu di sana, karena dia juga tidak begitu bisa menikmati segala kemewahan yang bukan miliknya. Seira hanya ingin melihat-lihat saja. Biar ada bayangan, bagaimana wujud rooftop yang katanya indah banget itu.
Ngomong-ngomong soal Sagara, selepas Magrib, laki-laki itu memberitahu kalau dia akan keluar, entah ke mana. Sagara berpakaian rapi lengkap dengan jaket, sangat wangi.
Palingan ke club, pikirnya.
Seira tidak tahu kapan Sagara akan pulang karena Sagara tidak bilang.
Tapi kalau clubbing mesti pulangnya pagi, bukan? Trus kalau balik, pasti dalam keadaan mabuk.
Seira belum pernah mendapati Sagara mabuk. Sekalipun. Kalaupun Sagara terbiasa mabuk sebelum menikah, maka Seira akan memperingatkannya. Bukan karena mau ikut campur kehidupan Sagara, tetapi Seira telah berjanji pada diri sendiri, akan berusaha menjadi seorang istri yang baik. Istri yang mau menunjukkan letak kekeliruan jika suami melakukan sesuatu yang salah. Mabuk-mabukan sudah pasti bukan kebiasaan hidup yang baik. Masih banyak cara yang lebih baik untuk menikmati hidup tanpa harus merugikan diri sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
OVERRATED WIFE
General FictionSeira Dahayu, telah lama mengetahui jika dirinya dan Sagara terikat kawin gantung sejak mereka masih kecil. Kala itu Seira masih berusia 9 tahun dan Sagara berusia 11 tahun. Ia bahkan diminta untuk tidak menjalin hubungan asmara dengan laki-laki ma...