VOTE DULUUU...
Yang nggak suka Sagara, kalian bakal senang baca part ini :D
Sagara mengamati lebih seksama Honda Civic putih di hadapannya. Pencahayaan sempurna membuat tampilan mobil serasa lebih mewah. Setiap bagian tampak mulus dan berkilau.
Display yang menarik memang merupakan satu faktor penting dalam marketing. Faktor fisik selalu jadi faktor penilaian pertama. Orang-orang akan melihat terlebih dahulu pada desain bentuk dan warna kemudian baru melihat fasilitas yang tersedia, membandingkan kelebihan dan kekurangan pada unit satu dengan yang lain, menyesuaikan dengan kebutuhan sebelum memutuskan membeli.
Bagi Sagara, berada di sana tidak ubahnya sebuah formalitas. Dia hanya harus membeli dan pulang. Dia sama sekali tidak peduli apakah Seira akan menyukai pilihannya atau tidak. Membeli mobil berarti penggugur kewajiban kepada mami. Setelah itu, selesai. Dia tidak punya dan tidak mau berekspektasi apa-apa.
Selain Sagara, beberapa pengunjung lain juga mendatangi showroom. Berkeliling bersama SPG cantik yang tampak sibuk menjelaskan setiap unit kepada calon pelanggan. Berbeda dengan dirinya, kedatangannya disambut langsung oleh sang manajer, Reihan. Sayang sekali, dia kehilangan kesempatan berinteraksi dengan SPG cantik. Lumayan kan buat tebar pesona?
Ada tiga pilihan mobil yang menurut asistennya, cocok untuk Seira. Honda Civic, Toyota Corolla Altis, dan hatchback BMW seri 1. Tiga merek berbeda dengan range harga yang cukup bervariasi. BMW memiliki harga yang paling mahal yaitu sekitar 1,1 Miliar. Nilai yang sama jika harga mobil pertama dan kedua digabungkan.
Tapi kalau boleh jujur, BMW itu rasanya terlalu mahal untuk Seira. Mendingan buat dia saja.
Hah, sudahlah. Toh nanti juga belum tentu terpakai.
Mobil murah, berarti pajak kendaraan juga rendah.
Sagara menyeringai. Ternyata, dia bisa jadi pelit juga. Standar Mami soal kendaraan sangat tinggi. Mami pasti berekspektasi Sagara mengambil unit BMW, Mercedes atau yang sekelas Maserati sebagai hadiah.
Tapi, mobil Mazda 3 Hatchback yang dia gunakan sehari-hari selain Maserati Ghibli Hybrid maupun BMW M135i, juga tidak terlalu mahal. Harganya tidak semahal koleksi mobil lainnya, malah tergolong paling murah. Sagara membeli SUV yang tergolong kecil itu sekitar dua tahun lalu karena dia menyukai desainnya. Untuk dipakai sehari-hari juga cukup nyaman.
Sekarang tinggal memperlihatkan pilihannya kepada Seira sambil menunggu respon. Dia cukup yakin perempuan itu tetap bertahan dengan penolakannya setelah melihat foto-foto mobil tersebut.
Seira sekarang masih tetap seperti Seira yang dikenalnya sejak kecil. Keras kepala dan teguh pada pendirian. Menghabiskan waktu bertahun-tahun bersama Seira membuat Sagara sangat mengenal Seira.
Tetapi keinginan Sagara begitu besar untuk melakukan pemberontakan terhadap Mami, hingga Sagara mencoba melakukan sesuatu, yaitu menghapus segala kenangan tentang Seira dari dalam memorinya. Dengan begitu, dirinya tidak akan merasa terlalu bersalah telah meninggalkan Seira. Meski Seira ternyata masih tetap memegang janji yang diucapkannya sejak mereka masih kecil.
Ketika Seira setengah memaksanya menjadi mempelai pria di pernikahan bohong-bohongan mereka. Waktu itu mereka menggunakan properti seadanya, kerudung pinjaman dari Tante Shireen dan cincin plastik seharga lima ribuan.
"Aku cuma mau nikah sama Kak Saga," kata Seira ketika mereka sama-sama duduk di bangku taman, merayakan "pernikahan" mereka dengan sebotol cola dan roti.
"Kamu masih terlalu kecil ngomongin pernikahan."
"Memangnya kenapa? Kan aku sama Kak Saga udah dikawin gantung. Anggap saja sekarang kita beneran udah nikah."
KAMU SEDANG MEMBACA
OVERRATED WIFE
General FictionSeira Dahayu, telah lama mengetahui jika dirinya dan Sagara terikat kawin gantung sejak mereka masih kecil. Kala itu Seira masih berusia 9 tahun dan Sagara berusia 11 tahun. Ia bahkan diminta untuk tidak menjalin hubungan asmara dengan laki-laki ma...