Sayap Pertama

4.9K 196 0
                                    

Kala tengah menatap lapangan olahraga di hadapannya, setelah ia melakukan olahraga kelas. Air minum yang ia bawa sudah tandas, matanya masih memindai ke arah lapangan dan menemukan Chandra juga Omar yang masih bersemangat menendang bola kesana kemari. Sinar matahari membuatnya tidak nyaman, ia lantas bergerak menuju tempat yang lebih teduh.

"Abis ini makan, yuk." Diandra yang baru saja duduk di samping Kala mengusik atensinya. "Laper banget abis olahraga, sarapan gue udah terkuras."

Kala tertawa kemudian mengangguk. "Iya, gue juga laper banget." Angin berembus menggerakkan surai legam milik Kala dan Diandra yang kini ikatannya sudah tidak beraturan. "Tungguin Omar sama Chandra sekalian deh ya, kalau mereka ngambek bahaya sih."

Tawa keduanya menguar begitu renyah, dari kejauhan dapat ia lihat Chandra dan Omar melemparkan senyum kemudian melambai ke arah mereka berdua. "Woy! Turun ayo!" Teriak Chandra kemudian.

Diandra, Kala, Omar dan Chandra seperti semut dan gula. Mereka berempat tidak pernah terpisah, sejak awal masa orientasi yang membuat persahabatan mereka terasa lebih erat. Sebelumnya, Kala dan Chandra merupakan teman satu sekolah di SMP mereka cukup dekat. Beruntunglah Kala, saat pertama kali menginjakkan kaki di SMA dan mendapatkan teman sekelompok yang ada Chandra di dalamnya, kemudian dari sepuluh orang dalam satu kelompok itu, mereka menjadi lebih dekat karena masuk dalam satu kelas yang sama. Begitulah takdir mempertemukan mereka, hingga saat ini persahabatan mereka cukup membuat banyak orang iri.

"Ssst, kakak lo tuh." Chandra yang terkenal paling usil diantara mereka berempat berbisik ke telinga Kala, saat retinya menangkap siluet Rayyanda Arjuna Pradana ketua OSIS—yang walaupun akan lengser dalam beberapa bulan lagi, matanya begitu tajam serta auranya yang terkesan penuh intimidasi membuat seluruh penghungi kantin yang mulanya riuh menjadi lebih tenang.

"Ya terus gue harus ngapain njir? Lo aja tahu dia gimana."

Chandra kemudian tertawa tanpa suara, lantas memakan makanannya dengan tenang. "Lo ngapain ketawa-ketawa? Ngetawain gue?" Chandra terperanjat, ia menelan makanannya dengan susah payah.

"Dia abis cerita sama gue, nggak usah ge-er." Sebenarnya Kala tidak punya cukup keberanian untuk menjawab omongan kakaknya. Namun, ia mencoba. Pasalnya, Chandra sudah beberapa kali harus berurusan dengan Juna, dan berakhir menangis mengadu padanya.

Arjuna melangkah menuju warung yang berada di pojok kantin, tempat ia beserta seluruh antek-anteknya berkumpul setiap jam istirahat. Terdengar hela napas lega dari sebelahnya, Kala tertawa. "Badan doang kayak tiang listrik, kena senggol kurcaci langsung kicep." Mendengar ucapan Kala lantas membuat Diandra dan Omar ikut terawa.

"Iya, lo Chan. Malu-maluin aja." Timpal Diandra sekenanya.

"Lo pada belum pernah sih, adu mulut sama dia bikin gue mental breakdown njir."

***

Tidak ada perbedaan Arjuna Ketika di sekolah maupun di rumah. Ia tetap orang yang irit bicara, kecuali saat ia harus berbicara dengan Arkana Jiandra Putra, adik Kala dan Juna yang berbeda usia lima tahun. Lelaki itu terlihat berbeda, dan dari tatapannya terpancar rasa hangat yang bahkan Kala belum pernah merasakannya.

"Papa pulang!" seruan yang berasal dari pintu masuk lantas mengubah atensi Kala yang sebelumnya sibuk dengan pikirannya sendiri.

Senyuman yang menyapanya, seperti biasa Kala hanya membalas dengan senyum tipis. Terkadang ia merasa tidak merasa berada di rumah. Ia kehilangan semuanya sejak hari itu. Papanya baru saja meletakkan sekotak pizza di hadapannya. Aromanya tentu saja menyeruak ke seluruh ruangan. Namun, bukan wangi pizza yang diinginkan Kala, gadis itu dengan cepat menutup hidung dan berlari menuju toilet. Keju sialan!

Demi apapun, Kala sudah berkali-kali mengatakan jika ia membenci keju. Berbanding terbalik dengan Jian yang selalu meminta hal-hal berbau keju dan merengek jika tidak diberi. Perut Kala yang memang masih kosong semakin sakit ketika mual menyerangnya. Kepalanya pening, dan membuatnya lemas karena harus mengeluarkan isi perutnya.

"Kala! Kamu nggak apa-apa?" tanya Dhika kemudian menangkupkan kedua tangannya pada wajah Kala, mengusap keningnya yang kini terasa dingin karena keringat.

"Kenapa keju sih, Pa?" Kala mengeluh. Ia sendiri tak mengerti kenapa dengan respon tubuhnya terhadap aroma keju, pernah sesekali Kala memaksakan untuk memakan olahan keju, di hari yang sama gadis itu harus mengalami masalah pencernaan akut hingga dehidrasi. Ia benar-benar benci dengan keju.

Setelah merasa tenang, Kala keluar dari toilet dengan Dhika yang memapahnya dengan pelan. Jujur saja, setelah mengeluarkan semua isi perutnya Kala menjadi sangat lemas, ia meminta izin untuk segera merebahkan tubuhnya di tempat tidur. Matanya memberat dan kepalanya terasa begitu ringan. Setelah dirasa nyaman, Dhika beranjak meninggalkan Kala yang tengan memejamkan mata.

"Nih!" terdengar seruan familiar, Kala membuka matanya dan menemukan Juna yang tengah menyodorkan sandwich tanpa keju dengan ekstra telur kesukaannya. Mata Kala berbinar kemudian berkaca, ia sedikit terisak namun dengan segera menerima makanan yang diberikan oleh Juna.

"Makasih," ia menggigit pelan sisi rotinya, Juna sudah pergi dari kamarnya meninggalkan Kala sendirian. Bahunya bergetar, tetapi berusaha menikmati makanan yang sudah Juna bawakan untuknya. "Makasih, Kak. Lo selalu ngerti gue, walaupun semua orang ninggalin gue." Lirihnya dalam hening.


Ini dia Rayyanda Arjuna Pradana yang tatapannya setajam pedang

Ini dia Rayyanda Arjuna Pradana yang tatapannya setajam pedang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Chandra si raksasa penakut

Chandra si raksasa penakut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Omar si receh 

Omar si receh 

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Bitterfly ✔️ [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang