Tiga Belas : Semua yang diperjuangkan

1.3K 78 0
                                    

"Besok awas ya kalian nggak dukung kami futsal." Chandra yang berbicara dari sambungan panggilan video itu tidak berhenti untuk mengingatkan Diandra juga Kala. Pasalnya, besok adalah pertandingan final untuk futsal putra. Tidak ada yang menyangka bahwa tim futsal kelas mereka bisa membabat habis lawan di lapangan.

"Nggak janji deh, tapi gue mau lihat. Tapi... besok gue padus juga woy!" Kala menanggapi Chandra yang sedari awal sudah mengeluarkan suaranya yang nyaring.

"Lah iya, lupa gue. Mudahan lo kelar duluan deh."

Kala mengangguk, Omar kemudian menanggapi. "Semangat ya, semoga lancar." Hanya dengan ucapan lembut saja, Kala mengangguk dengan semangat. 

"Gue besok free, mau membelah diri ajalah. Atau mendingan gue ngeceng di kantin." Diandra menambahi ketika Chandra bahkan sudah lupa dengan topiknya.

"Awas aja lo kalau berani Di, gue ngambek pokoknya."

"Lah, Chandra ambekan."

Puas mengganggu Chandra sembari berbicara tentang Pekan OSIS, panggilan video itu pun berakhir sekitar pukul sebeas malam, cukup lama mereka berbincang sekitar dua jam setengah. Kala merasa lelah, ia harus segera istirahat agar penampilannya esok hari lebih prima.

***

Semangat Kala seperti berlipat-lipat. Ia sudah menyelesaikan latihan demi latihan yang cukup melelahkan, bahkan ditengah latihan pun suaranya nyaris saja hilang. Hari yang ditunggu-tunggu, untuk lomba paduan suara akan dimulai. Netranya menatap Arjuna yang sejak pagi sudah berkeliling sekolah memantau acara yang sedang berlangsung.

"Padahal lomba antar kelas aja, tapi deg-degan banget. Grogi." Kala berucap pada Sasha teman satu kelasnya.

Anggukan dari gadis itu menjawab ucapannya. Tangannya serta merta menggenggam jemari Kala. "Dingin banget nggak, sih? Gue takut."

Satu persatu kelas sudah maju secara acak, sesuai dengan nomor urut yang diambil diawal dengan menggunakan undian. Kelas Kala berada di urutan ke tujuh, setelah beberapa penampilan dan tidak ada satu pun yang mengecewakan. Sejujurnya, Kala pun tidak tahu dimana kelemahan lawannya. Tetapi ia begitu yakin dengan kerja keras timnya.

"Abis ini, semuanya semangat. Kita udah latihan sampai hari ini, semoga hasilnya sesuai sama harapan kita." Satu orang dari timnya memberi semangat, dan semua anggota melakukan tos untuk sekedar menghilangkan rasa gugup yang mendera.

Panggilan berasal dari pemandu acara, dengan menggunakan seragam putih abu-abu dihias rompi berwarna maroon semua sudah berada di posisi masing-masing. Tidak ada iringan musik, suara Kala lebih dulu mendominasi ruangan.

Banyak mata yang takjub pada dirinya ketika baru selesai menyuarakan bait awal. Selanjutnya, ketika iringan musik yang berasal dari mereka sendiri sudah mulai terdengar, senyum cerah entah mengapa terlihat pada wajah setiap penonton hari ini. Wajah puas dan perasaan gembira mengiringi semua anggota dari kelasnya. Baik pemilik suara alto, sopran, tenor dan yang bertugas untuk mengeluarkan suara musik. Tepuk tangan riuh terdengar, ekor mata Kala mendapati Arjuna yang melihatnya dari ujung ruangan, ia tersenyum dan memberi tepuk tangan serta dua jempol untuk adiknya itu.

"Gue duluan ya, mau lihat futsal dulu." Pamitnya ketika turun panggung pada semua anggota timnya.

"Iya, kita juga mau lihat kesana kok. Ntar Sasha nunggu disini, kan?" yang ditanya hanya mengangguk.

Lapangan sudah ramai, riuh penonton seakan membuat sekolah seperti gelanggang olahraga. Sedang dimulai pertandingan antara kelas sepuluh dan kelas dua belas, tak disangka-sangka lawan kelas Kala adalah kelas Arjuna sendiri. Walau lelaki itu tidak ikut berpartisipasi, teman-temannya sudah membuktikan bahwa mereka cukup hebat.

Bitterfly ✔️ [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang