Tiga Puluh Enam : Tidak Sekuat Dulu

1.4K 85 1
                                    

"Kapan?"

"Besok. Lo katanya mau ngajak joging tapi tiap minggu molor aja."

Kala tertawa mendengar Diandra menggerutu. Pasalnya ini sudah terhitung minggu ketiga sejak Kala mengajak dirinya untuk menghabiskan minggu pagi di jalan. Diandra sudah merindukan aktivitas yang sebenarnya sejak dulu juga jarang dilakukan.

"Iya, ya. Yaudah besok."

Sebenarnya bukan tanpa alasan Kala mengatakan tidak bisa di minggu-minggu sebelumnya. Belakangan memang Kala merasa mudah lelah, hingga rasanya kaku seluruh tubuhnya. Dua minggu terakhir juga ia lebih sering kambuh, entah apakah efek gagal ginjal yang ia alami atau memang penyakitnya sudah lebih parah dari sebelumnya.

Karena ia sudah termakan janji dengan Diandra, mau tidak mau malam ini ia harus lebih cepat beristirahat dan berdoa agar tidak kambuh. Arjuna juga terlihat sibuk setelah pengumuman ia lulus kedokteran membuat pemuda itu lebih sering mengurus berkas daftar ulang. Jian juga sudah selesai berurusan dengan sekolah. Kala sering melihat pemuda itu membuka gadget, awalnya ia mengira Jian bermain-main tapi setelah mengintip sekilas kepala Kala menjadi berdenyut nyeri. Jian menghabiskan waktu liburnya dengan mengerjakan soal. Untuk dirinya yang sedang homeschooling tidak ada yang berbeda. Setiap hari ia belajar dan semua ujian yang diberikan ke Kala sudah ia selesaikan. Lumayan juga liburan, tapi gadis itu mati bosan di rumah karena belum ada perubahan sejak hari itu.

"Kal, besok mau kemana?" Arjuna tiba-tiba saja masuk ke kamarnya. Ia mengintip dari daun pintu, wajahnya hanya terlihat sebagian.

"Hah? Oh! Besok mau joging aja sama Diandra. Kenapa, kak?"

Arjuna terlihat berpikir sejenak, kemudian ia menggeleng dan tersenyum. "Nggak apa-apa deh. Yaudah, selamat tidur."

Kala mengernyit heran, ia tak yakin juga dengan apa yang Juna katakan. Mungkin ada hal penting, tapi sayang saja Kala tidak tahu. Baru saja mata Kala akan terpejam, notifikasi di ponselnya membuat kesadaran gadis itu penuh kembali. Ada obrolan singkat antara Chandra dan Omar. Bicara tentang hari itu, setelah satu minggu penuh Omar meminta maaf dan maklum, akhirnya Kala tidak membuat jarak lagi dengan pemuda itu. Ia berusaha biasa saja, walau terkadang masih melihat Omar memandanginya ketika bertemu.

Chandra
Kalian udh pada denger belom?

Omar
Belum

Chandra
Becanda ae lo, Mar!
Di lingkungan kita lagi banyak perampok tahu. Kemarin blok depan ada yang kecolongan, kabarnya sih ada korban soalnya dia bawa sajam.

Omar
Serius? Pantes aja satpam kompleks gue pada sering patroli. Biasanya cuma nongkrong di pos aja.

Kala
What?
Serem banget. Mudahan cepet ketangkep sih perampoknya

Omar
Iya, semoga

Diandra bahkan sudah tidak terlihat mengikuti obrolan. Setelah ia cukup tahu info apa yang diberikan Chandra, ia mematikan dering ponselnya kemudian memilih tidur agar besok lebih segar.

***

Helaan napas Kala terdengar lelah, ia menatap kaki yang sedikit membengkak. Kala melihat kalender dan benar saja ini sudah waktunya ia cuci darah. Mungkin Arjuna saking sibuknya hingga lupa jadwal Kala harus cuci darah. Karena sudah kepalang janji dengan Diandra, ia segera membersihkan tubuh dan mengganti pakaian. Setelahnya Kala keluar rumah di pagi buta. Dingin yang menyambutnya. "Nggak di luar, nggak di dalam rasanya sama aja. Dingin banget." Kala meracau sendiri, ia mengeratkan jaket di tubuhnya kemudian berjalan menuju taman tempat ia dan Diandra berjanji untuk bertemu.

Bitterfly ✔️ [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang