[END] Empat Puluh : One Way Road

3.5K 125 4
                                    

Arjuna datang sekitar pukul sebelas malam, setelah mendapat kabar dari Jian yang menangis histeris. Ia pun tak memungkiri sama dengan Jian yang khawatir terhadap Kala. Semua pikiran buruk seperti mampir di kepala Juna. Melihat kedua orang tuanya yang tertunduk lesu di depan ruang operasi dan Jian yang terlihat tertidur tapi tubuhnya masih terisak membuat pemuda itu lantas berlari.

"Ma, Kala kenapa?"

Ariana mendongak, menampakkan wajahnya yang sembab. Ia kemudian menangis kembali saat putranya muncul, mengingat pesan Juna untuk menjaga Kala selama ia pergi. Belum apa-apa saja ia sudah membuat kesalahan.

"Maafin Mama ingkar janji sama kamu."

Tangisan Ariana seperti tiada henti, ia tidak sanggup lagi menahan air mata yang terus mendesak keluar.

"Ma...,"

"Dua hari yang lalu, setelah kamu pergi. Ada perampok yang masuk rumah kita, dan Kala... dia di dorong sampai terbentur meja makan. Salah Mama nggak ngecek keadaan Kala Setelahnya. Dan hari ini, kata dokter karena benturan keras itu ginjal kiri Kala sudah tidak berfungsi sama sekali. Juga... pendarahan hebat di area perutnya. Dokter juga heran Kala bertahan selama itu, karena keadaan dia jauh dari kata baik."

Arjuna terdiam, tangan yang sebelumnya mengusap punggung Ariana kini terhenti. Rasanya berita itu sangat mengejutkan bagi Arjuna, Kala masih punya janji untuk bisa menjadi koki. Perjalanan Kala masih panjang, dia masih harus bertahan.

"Jun..."

"Ma— mama bohong, kan?" Pemuda itu melepaskan tautannya pada tubuh Ariana. "Kala pasti baik-baik aja."

Arjuna menggeleng tak percaya, menatap manik mata Ariana yang tak tampak berbohong membuat hatinya berbentuk sakit.

"Pa! Papa kemarin antar Kala cuci darah, kan?"

Dhika sedari tadi hanya diam, ia tidak ingin menginterupsi pembicaraan Ariana dan Arjuna. Ketika Arjuna bertanya pun kini ia hanya dapat menunduk dalam.

"Pa... nggak mungkin kan Papa biarin Kala pergi sendiri?"

Pertanyaan selanjutnya hanya membuat Dhika kehabisan kata. "Maaf..."

Arjuna mengusap kasar wajahnya, ia ingin berteriak tetapi sadar kini berada di mana. "Kala itu anak anda, bukan?"

Habis kesabaran Arjuna, ia tidak pernah berpikir jika Dhika setega itu dengan Kala. "Juna..." Ariana berusaha menenangkan putranya itu.

"Nggak perlu bilang sabar, Ma. Aku heran kenapa Kala masih sayang sama dia."

"Jun, Papa..."

Pemuda itu melepaskan genggaman Dhika dengan kasar. "Nggak perlu minta maaf sama Juna! Juna berharap anda menyesal."

Argh!

Marahnya kemudian meninju tembok dengan keras, emosinya seperti menumpuk dan ingin dikeluarkan semuanya.

Kal, seenggaknya lo harus bertahan buat gue.

Lama sekali rasanya ruangan di hadapan mereka terbuka, lampu tanda operasi berlangsung pun masih menyala. Entah sudah berapa jam Kala bertarung antara hidup dan mati. Arjuna tak bisa membayangkan bagaimana kondisi adik perempuannya itu.

***

"Kondisi Kala cukup memprihatinkan. Setelah operasi pun tidak bisa menjamin ia akan kembali sehat dan sadar lagi. Fungsi ginjalnya yang sekarang bisa digunakan hanya empat puluh persen, seumur hidup Kala akan bergantung dengan mesin dialisis. Rusaknya salah satu ginjal juga memperburuk keadaannya. Kita sama-sama berdoa agar Kala diberi kesembuhan."

Bitterfly ✔️ [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang