Tujuh : Rasa Sakit

2.6K 118 0
                                    

Kala merasa malam ini berlalu begitu lama, tubuhnya sakit tak karuan. Ia bahkan hanya mampu merintih, seluruh tubuhnya terasa kaku. Gadis itu berusaha untuk mengeluarkan suara gaduh agar Juna dapat mengetahui keadaannya. Matanya memberat, tubuhnya kemudian menggigil disertai rasa tidak nyaman. Suara pintu terbuka dan raut khawatir Juna yang mampu Kala lihat sebelum pandangannya menggelap.

Entah sudah berapa lama ia tertidur, matanya mengerjap pelan. Kala menatap bergantian ruangan tempatnya tertidur kali ini, sedikit bersyukur karena ia masih berada di dalam kamarnya. Terasa handuk yang sudah mengering berada di dahinya. Retinanya menangkap sosok yang tertidur lelap di sampingnya, sembari menggenggam jemari Kala dengan kuat.

"Kak...," panggil Kala dengan suaranya yang terdengar serak.

Juna mengerjap kemudian dengan cepat melihat keadaan Kala. Ia meraba dahi Kala dan kemudian mengembuskan napas lega. "Syukur lo udah nggak demam lagi."

Kala tersenyum. "Makasih kak,"

"Lo nyaris bikin gue mati berdiri semalam, demam, ngigo juga."

Mata lelah Juna membuat perasaan Kala menjadi tak menentu. Rasa bersalah karena merepotkan kakaknya itu, padahal ia harus mempersiapkan banyak hal untuk ujian akhir dan ujian masuk universitas.

"Maaf ya kak, selalu buat repot."

Tidak ada jawaban, Juna hanya memperhatikan Kala dari atas ke bawah, memastikan bahwa adiknya sudah baik-baik saja. Perasaannya lebih tenang, walaupun ia harus terjaga semalaman. Tapi, ia sudah berjanji untuk menjaga Kala selama orang tuanya belum kembali ke rumah.

***

"Lo kalau emang belum kuat mending nggak usah sekolah dulu aja." Suara Juna menginterupsi telinga Kala yang baru saja menutup pintu kamarnya.

"Aku nggak apa-apa kak." Kala hanya berusaha meyakinkan, ia tidak ingin membuat Juna khawatir dan mengganggu pelajarannya di sekolah.

"Nanti pulang sekolah harus pergi ke dokter ya, gue hari ini nggak ada rapat dan nggak ada jam tambahan."

Mau tidak mau, Kala mengangguk. Ia pun tidak mau terus menerus membiarkan tubuhnya seperti ini dan membuat Juna kerepotan. Matanya berbinar ketika tangan Juna menyodorkan saru bungkus sandwich ekstra telur favoritnya. Senyumnya mengembang, dan memakan dengan lahap rotinya itu.

Omar dan Diandra sengaja menunggunya di depan kelas, mereka menggandeng tangan Kala yang terasa dingin itu kemudian membimbingnya duduk di tempat yang sudah mereka sediakan.

"Lo oke?" Diandra bertanya tapi dengan sigap lengannya sudah menempel di dahi Kala.

"Gue, oke. Selalu oke."

Wajah Omar terlihat khawatir, ia menatap lekat Kala di hadapannya. Kemudian duduk di sampingnya. "Lo sakit sampai tiga hari, tumben banget."

Kala mengangguk, "iya kan gue nggak tau kapan bakal sakit."

"Gue kepo deh, Kak Juna ngerawat lo nggak?" Perempuan itu terkikik setelah melontarkan pertanyaan yang membuat Omar terbelalak.

"Iyalah, dia kan kakak gue."

Chandra yang baru saja memasuki ruang kelas, tak kalah heboh melihat Kala sudah duduk di kursinya. "Wah! Akhirnya lo masuk juga. Capek gue bergaul sama dua alien ini." Laki-laki itu berbicara kemudian memeluk erat Kala.

"Yeee! Seenaknya ya lo kalau ngomong." Diandra tidak terima. Kemudian memukul lengan Chandra dengan semangat.

"Buset! Lo abis makan apaan sih? Sakit Di." Kala mendengar celetukan dari temannya merasa ingin tertawa. Tapi bibirnya terlalu berat untuk bisa menyunggingkan senyum.

Bitterfly ✔️ [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang