Tiga Puluh Dua : Bahagia Itu Apa?

1.1K 77 0
                                    

Hari-hari yang dilewati oleh Arjuna penuh dengan lika liku, hingga hari ini ia sudah berada di ruang ujian masuk perguruan tinggi. Rasanya campur aduk, setelah ia memutuskan untuk terus mewujudkan mimpi yang mamanya inginkan. Pemuda itu mungkin tidak memiliki banyak motivasi untuk meneruskan perjuangan di kedokteran. Hanya saja, setiap melihat Kala berjuang ia selalu merasa ingin membantunya sepenuh hati. Panggilan hati itu yang membuat Arjuna sangat yakin jika pilihannya kini tak akan salah.

Setelah dua jam ia bergumul dengan soal, akhirnya pemuda itu bisa bernapas sedikit lega. Kepalanya terasa panas, mungkin jika ia berada di dunia komik tentu saja terlihat ada asap yang mengepul. Arjuna pasrah, ia menumpukan semua harapannya kali ini. Berbulan-bulan belajar, hingga jatuh sakit pemuda itu harap akan ada hasil atas seluruh usahanya kali ini. Netranya membulat ketika melihat Kala dengan semangat melambai ke arahnya. Topi pantai serta pakaian lengan panjang di hari yang terik ini membuat gadis itu mencolok.

"Ngapain kesini? Panas loh."

Kala tersenyum, ia mengulurkan tangan kemudian dengan cepat Arjuna membalasnya. "Selamat! Udah selesai ujian, ayo kita liburan!"

Pemuda itu tak heran lagi bagaimana adiknya bisa sampai ke tempat ujian. Ada Omar dan Chandra yang menjadi dalang. Tentu saja dilengkapi dengan Diandra yang sedari tadi sudah berceloteh dengan Kala.

"Gue emang mau ajak Kala liburan setelah ujian, tapi ini mendadak banget nggak, sih?" Arjuna masih mengeluh saat ia bahkan tidak membawa baju ganti satu lembar pun.

"Kalau yang lo khawatirin itu baju ganti, tenang aja. Lo punya Kala sebagai adik yang berguna." Chandra berucap kemudian Kala mengangguk antusias. Arjuna yang berada di paling belakang hanya menggaruk kepalanya bingung.

"Kalian udah lama sekongkol ya?" tanya Arjuna seakan menuntaskan rasa penasarannya.

"Iya, nih Kala yang punya ide. Tiga hari yang lalu, pas juga kita lagi libur soalnya udah kelar semesteran, tinggal nunggu classmeet doang minggu depan."

Arjuna paham, kemudian ia mengangguk. Gemas, tangannya bahkan sudah mengacak rambut Kala yang terlihat berantakan karena topi yang ia gunakan sebelumnya. "Tapi ini masih panas banget Kal, kamu nggak apa-apa?"

Senyum jahil terbit dari wajahnya. "Kita nginep kak."

Cukup sudah kejutan yang diberikan oleh Kala dan teman-temannya. Setelah tahu bagaimana Kala meminta ijin, Juna bukannya semakin tenang kini ia justru memikirkan Kala saat pulang nanti.

"Ijin aja kak, kata Papa kemarin boleh asal nggak ngeluh dan ngerepotin waktu pulang." Ia berucap dengan semangat, bahkan Diandra tidak berhenti menatap Kala karena merasa gadis itu sangat bersemangat. "Udah, udah! Kalau yang kakak pikirin ijin, Kala udah ijin. Tenang aja. Kita senang-senang ya hari ini!"

Pemuda itu tak banyak berucap lagi, ia cukup senang dengan perubahan Kala akhir-akhir ini. Walau rasanya terlalu banyak yang mengganjal, Arjuna tetap mengangguk dengan semangat agar usaha adiknya tidak sia-sia.

Omar hanya melirik sekilas, ia tidak mengeluarkan suara dari tadi. Hanya tersenyum mengamati gadis yang duduk tepat di belakangnya. Pemuda itu fokus menyetir dan tidak ingin merusak momen kakak adik itu. Chandra bahkan sudah tertidur setelah ia mengaku kalau semalam tidak tidur karena terlalu bersemangat. Senyum dari wajah Omar terbit, ketika ia lagi-lagi melihat wajah ceria Kala melalui cermin.

***

Kelimanya sampai di pantai saat waktu menunjukkan pukul tiga sore, matahari masih begitu terik. Kala memilih untuk pergi ke penginapan terlebih dahulu dan menyimpan barang bawaannya disana. Diandra, Omar dan Chandra sudah lebih dulu meminta ijin untuk pergi ke bibir pantai. Gadis itu hanya mengangguk, ia tidak ingin merusak liburan ini. Jadi, ia hanya perlu sabar, pikirnya.

Bitterfly ✔️ [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang