Gua nyetir dalam diam, radio di mobil masih menyuarakan lagu-lagu random yang entah apa judulnya. Lia terlelap di samping gua. What a day.
Leher belakang gua masih kenceng banget rasanya. Gua tau ini jahat, ngejadiin Zidny 'tameng' buat nyelametin gua, dan Lia. Tapi gua ga nemu opsi lain tadi, sebelum semuanya makin memburuk, itulah keputusan yang harus gua ambil.
Sekarang gua cuma bisa berdoa, semoga usaha gua berhasil, orang akan mikir gua dan Zidny-lah yang tadi kepergok, instead of Lia. Gua narik napas panjang, sejujurnya butuh banget ngerokok barang sebatang, tapi itu akan bikin Lia ngerasa ga nyaman.
Sekilas gua elus pipi Lia yang masih nyenyak, sebentar lagi sampe Bintaro, di sini memang terlalu berbahaya buat kami, now I miss Melbourne even more.
-----------------------------
"Yang, Lia, udah sampe, yuk turun." gua bangunin Lia, sesaat setelah mobil terparkir di halaman rumah.
Lia menggeliat sebelum membuka matanya.
"Hah, kok udah mau gelap?"
"Iya lah, udah magrib, yuk turun"
Kami berdua turun.
Seperti dugaanku, Kak Sissy dan Kak Rifat yang sudah kembali ke rumah langsung ngajak kami ngobrol serius tentang peristiwa siang tadi. Tentu gua yang banyak bicara dan ngejelasin, Lia hanya sesekali menimpali dengan tenang.
"Kalian berdua udah gede ya, Kakak salut kalian bisa nyelesaiin masalah, but that is not an excuse. Kalian harus lebih hati-hati, kami semua ikut panik, apalagi Mama" Kak Rifat terdengar sangat serius.
"Iya Kak, kami minta maaf sekali lagi. Memang kami ceroboh" gua menjawab dengan sungguh-sungguh.
"Kalian udah makan?" Kak Sissy menanyai gua dan Lia.
"Belum Kak, kayaknya stress bikin kita lupa rasanya laper" Lia menjawab sambil senyum, gua lega banget, dengan senyum begitu artinya perasaan dia udah membaik.
"Ya udah, kalian sholat trus kita makan ya"
Gua mengekor Lia di sisa sore itu, sholat, lalu bergabung dengan Kak Sissy dan Kak Rifat di meja makan.
Tadinya gua pikir masalah ini akan masih dibahas di meja makan, tapi alhamdulillah ternyata tidak. Kak Rifat justru ngebahas hobi baru gua, yang mulai suka sama mobil lawas.
Pak Agus, sesuai instruksi gua pagi tadi, sudah di rumah Lia semenjak gua sampe dari Bogor. Gua masih ada 1 rencana lagi setelah ini, makanya selesai makan ga lama gua pamitan.
"Kamu istirahat ya Sayang, semua udah baik-baik aja. Rabu kita udah balik ke Melbourne. Besok kamu ada jadwal?"
"Ga ada kok, Selasa terakhir sama Oppo. Jadi kita ga ketemu lagi sebelum Rabu?"
"Kamu maunya gimana?"
"Liat ntar aja deh, kamu besok kan full juga"
"Hehe, iya, yaudah, aku pamit ya, mandi sana, kamu bau asem"
Lia mendengus.
"Cium ga?" tanya gua sebelum berlalu dari pintu depan.
"Ga usah deh, ada Kak Sissy. Tu Pak Agus juga bisa liat dari dalem mobil"
"Dikittt aja deh"
"Sini salim aja"
"Yah, harus sabar sampe Rabu dong ini?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Melbourne Apartment
FanfictionDISCLAIMER : CERITA INI ADALAH FANFICT, HALU SEMATA, SO PLEASE NO OFFENSE BUAT SIAPAPUN YANG BACA, DIBAWA HAPPY AJA YA BEBS! This story is slightly 21+, so be wise ya :)))