Lume's dessert menu

5.2K 370 86
                                    


Beruntung tempat bernama Lûmé yang Iqbaal sebutkan tadi ternyata ga terlalu jauh dari apartemenku. Iqbaal menghentikan mobil tepat di pintu restoran, keluar dan membukakan pintu untukku, lalu menyerahkan kunci kepada petugas valet.

Seorang pria berpakaian rapi menyambut kami, Iqbaal, tanpa melepaskan genggaman tangan kirinya dariku, menyebutkan namanya,

"A table for two, Iqbaal Ramadhan"

Pria tadi tersenyum, sekilas mengecek catatan didepannya, lalu beranjak dan mengantar kami masuk. Dia memimpin langkah kami menuju ke sebuah meja di ujung ruangan, agak terpisah dari yang lain. Kebetulan tempat ini memang lumayan penuh, tapi meja kami tampaknya tidak akan mendapat gangguan.

"A table for Mr. Ramadhan, I hope you both enjoy Lûmé" si pria berpamitan setelah menunjukkan meja kami. Iqbaal menarik salah satu kursinya, kemudian memintaku duduk, baru kemudian dia mengambil tempat di depanku.

Beberapa kali aku merapikan rambutku yang sebenarnya baik-baik saja, aku cuma perlu aktivitas untuk mengusir kecanggungan luar biasa ini. Sekarang menatap Iqbaal saja aku ga sanggup, dengan atmosfer yang begini, gantengnya makin ga sopan, belum lagi Dior Sauvage yang sedari tadi samar tercium olehku, aku lemah Baal, lemah!

"Hehmmm ehmmm.." Iqbaal berdehem, yang tentu saja membuatku yang tadinya berusaha menghindar dengan mengedarkan pandanganku ke sekeliling ruangan sekarang mau ga mau harus ngeliatin dia juga.

"Suka ga Ya?" dia bertanya sambil membuka kancing tuxedo.

"Suka bagus banget, I love the atmosphere"

"Makananya juga enak, kita makan dulu ya, aku udah pesen set menu, on the paper in front of you, do you mind?"

Meja ini memang sudah diatur sedemikian rupa, beneran buat dinner date lengkap dengan lilin yang dinyalakan, dan beberapa tangkai mawar segar di dalam vas. Cutleries yang tertata rapi dan sebuah kertas berisi set menu.

Kuraih kertas itu, membacanya dengan seksama, prawn salad as appetizer, mushroom soup, pan-seared steak for main course, dan raspberry pannacotta sebagai penutup.

"Looks good, I'm in" kataku

Iqbaal tersenyum, senyum paling manis diantara semua senyumnya selama 2 hari belakangan ini.

"Makan sekarang ya, aku udah laper banget"

Aku mengangguk, dan kembali membuang mata ke sekitar, berusaha mencari objek yang bisa dijadiin bahan pembicaraan. Meskipun ga terang-terangan bilang, aku tau Iqbaal merasakan hal yang sama, yang setengah mati berusaha dia sembunyikan.

"Kamu ke sini sama Bunda?"

"Iya Ya, sama Ibu juga, Bumamut"

"Ohh, kapan itu?"

"2 bulan lalu mungkin, waktu Bunda jengukin ke Melbourne"

Tepat saat kalimatnya selesai, Iqbaal mengeluarkan HPnya dari saku celana.

"Omen, aku angkat sebentar gapapa?" aku mengangguk tanda mengizinkan.

"Udah Men? Iya sesuai yang tadi aja, satu jam deh ya, jangan meleset.... Iya, kan udah di WA tadi. Oke, thankyou Men"

"Kenapa Baal? Ada yang penting?"

"Ga kok, biasa si Omen. Anyway thankyou ya, Ya"

"Kok thankyou? Buat apa?"

Melbourne ApartmentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang