pacaran #2

5.8K 383 103
                                    


Aku sengaja mengulur waktu tidur dengan pura-pura mau ngembaliin gelas bekas Iqbaal minum ke dapur. This is real, Sha, kamu pacarnya Iqbaal, dan sekarang lagi di apartemennya, nginep lagi buat malam kedua di sini, dan malam pertama sebagai bukan jomblo lagi. Well, baru pacaran aja gini rasanya, gimana kalo malam pertama abis nikah? Hehehehe, aku bergidik sendiri membayangkannya, semoga emang aku sama Iqbaal jodoh sampe nikah ya.

Diam-diam aku melongok dari dapur, Iqbaal udah pindah ke ranjang, lagi nonton TV. Jujur aku ga bisa sih ga mikir aneh-aneh sekarang, apalagi kalo inget mimpiku kemarin malem yang rasanya nyata banget. Aku menarik nafas sebelum memantapkan diri meninggalkan dapur menuju ke Iqbaal.

"Geser dong Baal" Iqbaal menoleh dan tanpa mengucap sepatah kata pun dia menggeser posisinya, memberiku ruang untuk berbaring di sampingnya.

"Ngantuk Ya?"

"Dikit sih, kamu mau tidur sekarang?" aneh banget rasanya, kecanggungan kami sore tadi muncul lagi, padahal tadi udah cair setelah ehm ciuman dan ngobrol sama Rinrin.

"Bentar lagi deh, kamu mau nonton sesuatu?" Iqbaal bertanya lagi.

"Ga ada yang spesifik pengen ditonton sih, udah malem juga"

Lalu senyap beberapa menit, Iqbaal masih sibuk dengan remote TV, sementara aku menatap langit-langit dengan pikiran melanglang buana. Aku lumayan kaget ketika kurasakan kaki Iqbaal bergerak dibawah selimut yang kami pakai bersama, dan menyentuh kakiku.

"Kok kaki kamu dingin?" tanyaku

"Hehehe, iya, kaget kamu?"

"Sini deketin aku, biar anget" Shaaa, wth are you doing, aku mengomeli diri sendiri.

Iqbaal menurut, sekarang kaki kami bertautan.

"Tidur yuk Ya" kata Iqbaal kemudian, mematikan TV dan berbaring miring menghadapku.

Lagi-lagi Iqbaal menatapku dengan pandangan yang sulit kuartikan.

"Yuk tidur" jawabku. Tapi tidak ada diantara kami yang memejamkan mata, kami masih saling pandang, salah tingkah, sebelum akhirnya tawa kami pecah bersamaan.

"Hahahahahaha, this is awkward, isn't it?" celetuknya.

"It is"

"So lets be honest, Ya" Iqbaal beringsut mendekat kepadaku. Tangannya mendarat di pipiku dan mengelusnya lembut.

"A boy and a girl, or a man and a woman in the making, are both laying on bed, what should they do?"

"Looking at each other" jawabku.

"We just did, then what?"

Aku ikut mengelus pipi Iqbaal, merasakan sudut-sudut wajah laki-laki yang menjadi pusat duniaku beberapa tahun belakangan ini.

"Then what, Ya?" Iqbaal mengulangi pertanyaannya, sembari semakin merapat kepadaku.

"I...don't know, Baby, I lost words"

Panggilan baby ke Iqbaal ternyata punya efek magis, matanya meredup lalu tertutup, here we go again Sasha, Mr. Goodkisser is about to show his talent.

Iqbaal menciumku lagi, lembut, perlahan beranjak makin dalam, aku tau kemana arahnya, dan aku tau sepenuhnya bahwa secara fisik, aku pasti adalah godaan berat buat dia.

"Baaaall.." bisikku.

"I love you, I love you Vanesha Prescilla" Iqbaal mengalihkan bibirnya ke leherku, mengecupnya sekilas, dan bertahan di sana, kurasakan hembusan nafasnya yang membuatku kelimpungan saat ini.

Aku memberanikan diri mengelus punggungnya, membuat Iqbaal makin membenamkan diri ke leherku, menyingkap kerah piyama, yang entah sejak kapan kancing teratasnya sudah terbuka.

"Baaaalll... " aku cuma sanggup menyebut namanya, diantara kejutan-kejutan listrik yang mengalir di sekujur tubuhku.

Iqbaal masih berada di leherku, dia mempererat pelukannya, sebelum tiba-tiba menarik diri menjauh. Lalu berbaring telentang dengan nafas yang tidak teratur.

"Oh my God, we need to stop Ya, aku ga kuat kalo terlalu deket sama kamu"

"Kan tadi kita mau jujur" kataku polos, Iqbaal berbaring miring lagi, kembali menatapku.

"So lets make a deal then"

"Apa?"

"Taking care of each other, kalo aku mau kebablasan kamu ingetin"

"Gitu ya? Ngggg oke deh" aku mengiyakan.

"Tapi kalo kamu yang kebablasan, aku ga mau ingetin" katanya kemudian, disusul tawanya yang renyah, Iqbaal is back.

"Kok gitu?"

"Kan, kamu yang mau, Ya, aku bisa apa?" katanya, dengan muka sok innocent.

"Siapa juga yang mau, geer ah kamu" kataku manyun.

"Yakin kamu ga tergoda sama aku Ya?"

"Ga sama sekali" aku bersikukuh.

"Yakin?"

"Yakin banget"

Tiba-tiba Iqbaal menarik kaosnya sampai lepas, lalu perlahan mendekatiku lagi.

"Kalo gini gimana?" tanyanya sambil mengecup pipiku.

"Baal, pake ga bajunya"

"Ga mau" ledeknya sambil berusaha memelukku.

"Iqbaal! Ih geli tau kamu ga pake baju" aku mencubit pinggangnya yang telanjang.

"Kok kamu nyubit sih, hah? Sini aku cubit balik ya, hayo sini ga atau sini, hah? Sini?"

"Iqbaal! Hahahahaha"

Kami perang cubit sampe kecapekan dan Iqbaal memakai lagi kaosnya.

"Aku jaga kamu sampe kita nikah ya, Ya"

"Janji ya"

"Iya, saving the best for the last" katanya sambil mengerling nakal.

"Genit"

"In the meantime, nakal-nakal dikit gapapa lah ya" katanya sambil mencuri kecup bibirku.

"Ga boleh bablas" kataku

"Nyerempet-nyerempet dikit boleh kan Ya"

Aku ketawa, lalu mengacak rambutnya dengan sayang.

"Kelonin dong Ya, kita tidur yuk"

"Sini dong kamunya"  kataku, Iqbaal menurut, dia mendekat.

Aku membaringkan kepalaku di bahunya, dan melingkarkan tanganku ke pinggang Iqbaal, kurasakan dia mengecup kepalaku.

"Goodnight, Sayang"

"Goodnight"

"Semoga Bunda sama Mama ga tau kita kelonan malem ini ya"

"Psstt apa sih Baal, hahahhaha, udah tidur yuk"

Melbourne ApartmentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang