dinner date #2

4.8K 391 96
                                        

Aku dan Iqbaal dalam perjalanan menuju ke apartemenku, sudah 10 menit mobil meluncur halus di jalanan Clayton, kami berdua hanya terdiam, sibuk dengan pikiran kami masing-masing. Aku juga ga tau kenapa suasana jadi canggung begini. Debaran jantungku udah ga beraturan sejak kali pertama kata dinner date keluar dari bibir Iqbaal. Sedangkan Iqbaal sendiri? Aku ga tau apa yang ada di pikirannya. Sekilas aku melirik dia yang menyetir santai di sampingku, memakai hoodie hijau kesayangannya, Iqbaal terlihat segar dengan rambut sedikit basah.

Iqbaal menepati janjinya dengan mandi ngebut, keburu sore katanya. Sebenernya tadi aku pengen banget nanyain ke Iqbaal, mau makan di mana kita, tapi niat itu kubatalkan setelah melihatnya mengeluarkan gantungan set tuxedo dari lemari dan mengepak sepatu pantofel ke dalam gym bag yang sekarang tergeletak di belakangku.

"This is seriously a date" aku mengatakan ini pada diriku sendiri.

Aku gamang banget antara seneng dan bingung mau pake baju apa, makeup gimana, parfum yang mana, jadi itulah yang sedari tadi terus berputar di kepalaku.

"Ya, are you okay?" spontan aku menoleh ke Iqbaal.

"Iya, gapapa kok, kenapa Baal?" aku berusaha menutupi kegamanganku yang belum juga mereda.

"Kok kamu diem aja dari tadi"

Iqbaal menggenggam tanganku, yang aku kaget tangannya dingin banget.

"Kita ini kenapa sih Ya, masa mau ngedate aja rasanya harus deg-degan banget gini ya" Iqbaal bilang gini tanpa mengalihkan fokusnya dari jalanan.

"Ya karena ga biasa aja Baal, kan emang belom pernah hehehehe. Kirain aku aja yang deg-degan"

"Cium kamu kemaren aja ga se-nervous ini loh ya aku, sekarang rasanya kayak demam panggung" guraunya.

"Ih kok jadi bahas-bahas cium sih"

"Ohhh aku tau Ya"

"Tau apa?"

"Biar ga nervous, coba aku dicium lagi" tengil emang ini anak, aku mau ga mau jadi ketawa juga.

"Ga mau ah"

"Kan udah mau aku traktir ih kamu, masa minta cium aja ga boleh" Iqbaal memanyunkan bibirnya, protes.

"Kan belom tau makanannya enak atau ga"

"Enak dong pasti"

"Emang kamu udah pernah makan di sana?"

"Udah"

"Sama cewek juga?" aku jadi penasaran

"Iya"

Hatiku mencelos mendengar jawaban Iqbaal, jadi date ini ga spesial-spesial banget ternyata. Kulepaskan genggaman tangan Iqbaal, dan membuang pandangan ke luar jendela, dia menoleh.

"Kok dilepas tangannya"

"Gapapa"

"Sama cewek Lia, Bunda sama Ibu itu cewek kan? Kalo Bunda bukan cewek, aku lahir dari mana dong?"

Aku berbalik badan, lalu menarik hidung mancung Iqbaal dengan gemas.

"Dasar kamu yaaaaaa"

"Aduh, aduh, Ya jangan kenceng-kenceng, ntar merah hidungnya, aku ada kencan penting nih, kudu cakep"

"Ohhh kencan ya"

"Iya sama cewek cantik"

"Yakin cantik?"

"Iyalah, cantik banget malah, aku suka"

"Kamu suka?"

"Iya suka"

"Suka apa?"

"Suka Lia, hehehehe"

Obrolan singkat kami sedikit mencairkan suasana, ditambah ketika The 1975 If You're Too Shy mengalun dari audio mobil, kami ikut bersenandung ringan mengikutinya.

"Ya, aku nanti ada kerjaan sebentar, gapapa ya? Sambil nunggu kamu siap-siap"

"Ga lama kan?"

"Masih lamaan kamu bikin alis kok kayaknya hahahahah"

"Ih aku ga lama kok dandannya. Apartemen aku masih rada berantakan, jangan diledekin ya"

"Justru bagus dong"

"Kok bagus?"

"Ya bisa kita bikin lebih berantakan lagi" Iqbaal mengerling nakal, darahku berdesir, aku memukul lengannya.

"Dasar genit! Udah fokus nyetir, ntar nyasar lagi"

"Hahahaha, siap Nona, sesuai aplikasi ya"

Tujuh menit lagi aku dan Iqbaal akan sampai di apartemen, dan hingga saat ini aku belum bisa memutuskan mau pake baju yang mana. Mungkin nanti aja aku pikirin sambil mandi.

-------------------------------

"Masuk Baal" Lia membukakan pintu buat gua.

"Here we go Baal, Lia's private room" kata gua dalam hati, tercium aroma white lily ketika gua melangkah masuk. Minimalis dan manis, kesan pertama gua akan apartemen Lia.

"Aku bikinin minum dulu ya, kamu mau ganti baju sekarang?"

"Numpang sholat dulu aja Ya, ntar tinggal ganti baju deh"

"Itu kamar mandi di sebelah sana, ada anduk bersih di drawer samping wastafel ya"

Gua mengangguk

"Jangan ngintip ya Ya" iseng gua godain dia.

"Ih, ga akan ya! Hahahaha"

"Ga usah ngintip maksudnya, ntar aja aku liatin"

"Iqbaal! Buruan ga!" gua ketawa aja hahahaha, seneng banget liat mukanya Lia malu-malu gitu tiap gua godain.

Bergegas gua wudhu, dan ketika keluar dari kamar mandi, gua liat Lia udah gelarin sajadah buat gua.

"Biar kamu ga salah kiblat Baal, abis ini aku mau mandi, kamu bisa ganti baju aja di sini, aku ga akan keluar kalo kamu belum selesai. Oh iya, ini teh anget sama biskuit, kamu bisa pake sofa itu buat kerja, atau kalo ga sayang tuxedonya lecek bisa duduk-duduk di balkon situ"

Lia menunjuk balkon yang dibatasi jendela bertirai, gua nurut aja.

"Jangan lama-lama ya, Ya"

"Iya"

"Aku udah nunggu 3 tahun soalnya buat momen ini"

Ekspresi wajah Lia ga bisa gua baca, kayaknya sih kaget campur malu, heran jago gombal juga gua ternyata hahahaha

Lia menghilang ke balik kamar mandi, gua sholat magrib lalu mengganti hoodie gua dengan tuxedo. Aneh rasanya ganti baju di ruangan luas begini, apalagi ini kamar Lia.

Panggilan dari Kak Sani masuk tepat saat gua selesai berpakaian. Belum ada tanda-tanda Lia selesai bersiap, jadi gua memilih menuju ke balkon, menyelesaikan urusan album svmmerdose ini, supaya makan malam nanti ga ada lagi yang gangguin.


--------------------------------------

hi, poppy's here!

terima kasih banyak ya, yang udah selalu nungguin update-an gw, sorry suka random kapan ngepostnya, biar surprise hahaha

anyway, stay safe everyone, gw akan bikin mini giveaway nanti, via ig @poppy.persephone

oiya, coba dong tinggalin komen dibawah, jujur gw happy banget bacainnya! see you soon on next part ya, awas diabetes! :p

Melbourne ApartmentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang