Gua nyalain shower sampe mentok ke aliran paling gede. Gua butuh membilas kepala yang udah penuh sama pikiran-pikiran menyenangkan ini.
"Kalo aja kamu tau, Ya. Gua udah hampir mati kehabisan napas tadi hahahaha"
But at least now I know, it is not only me wanting her, she wants me too.
"Jangan kepedean deh Le" sebuah suara menggaung di kepala gua.
Gua melirik cermin besar di samping kanan dan melihat pantulan bayangan di sana.
"I'm not perfect, but I love my body the way it is. Thanks to Omar, bener emang yang dia bilang, the gym thing works for me, not too much, a little workout is enough. Lia loves it" lagi, gua cengar-cengir ga jelas, kayaknya emang gua setengah sinting, mandi sambil muji-muji diri sendiri.
Air hangat lumayan bikin gua balik relax dan sedikit waras.
"Lia nginep di sini, damn, this is real, Le"
Kuatir Lia curiga kenapa gua mandinya lama, buru-buru gua matiin shower dan nyariin handuk.
"Anduk mana annnn.... duk.... Shit, anduk gua di luar lagi"
Anjir, handuk gua ketinggalan. Di luar, dan di luar ada Lia, gimana nih, Panik gua.
Gua nengok ke baju yang tadi gua bawa ke kamar mandi, masa iya pake lagi baju kotor, gua bergidik.
Setelah terdiam beberapa menit, akhirnya gua memutuskan memberanikan diri minta tolong ke Lia.
"Daripada gua keluar telanjang kan, mending Lia ambilin anduk. Fu*k, kenapa gua jadi deg-degan gini. Jangan sampe Lia ngira gua modusin dia"
Gua berdehem sebentar, tarik napas, mencoba mengatur nada suara gua, lalu membuka pintu kamar mandi sedikit, melongokkan kepala gua ke luar.
"Ya, Liaaaa, tolong dong." ga ada jawaban, apa gua kurang kenceng teriaknya ya.
"Yaaaa tolongiiinnn urgent nih"
Lia masih tidak menjawab, tapi muncul di depan kamar mandi, rupanya dia sedang menelepon, entah siapa, hanya saja gestur bibirnya menyuruhku untuk tidak berisik. Sementara mukanya udah berubah merah padam ngeliat gua yang sembunyi di belakang pintu. Gua seksi kali ya, abis mandi gini, hehehehe
"Apa?" Lia bertanya tanpa bersuara
"Anduk"
"Di mana? ----- Iya Ma, iya, gapapa kok, nanti Sa minta Iqbaal telepon ke Mama ya. Iya, oh, Bundanya Iqbaal? Iya Ma"
Ternyata Mama Ida, gua nahan senyum sambil nunjuk-nunjuk ke kiri, handuk gua.
Lia berjalan ke sana, mengambil handuk lalu menyerahkannya ke gua.
"Eitsss Ya, jangan kena tangan, aku udah wudhu, ntar batal" gua bilang, bohong sih, gua takut khilaf aja kalo sentuhan kulit sama Lia, hahahaha
Lia berlalu, balik duduk di sofa.
Bergegas gua keringin badan, melilitkan handuk, lalu berjalan berjingkat-jingkat ke luar menuju closet, mengambil pakaian seperlunya, dan sarung, lalu berjalan kembali ke kamar mandi.
Ketika lewat di depan Lia, iseng gua tanya dia yang masih menempelkan telinganya diHP,
"Mau ikut, Ya?" yang dia jawab dengan memanyunkan bibirnya dan mengancam akan melempar gua dengan bantal di sampingnya. Gua berpura-pura kabur sambil ketawa, hahahaha
KAMU SEDANG MEMBACA
Melbourne Apartment
أدب الهواةDISCLAIMER : CERITA INI ADALAH FANFICT, HALU SEMATA, SO PLEASE NO OFFENSE BUAT SIAPAPUN YANG BACA, DIBAWA HAPPY AJA YA BEBS! This story is slightly 21+, so be wise ya :)))