.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇Meja persegi panjang itu riuh dengan gelak tawa, senyum terpatri dari setiap orang yg menduduki kursinya. Meski gadis berbibir hati itu masih saja menatap sendu, ia tak tertarik tuk ikut bercanda ria seperti yang lain. Ia merindukan jennienya, sangat..hingga tak tertahankan rasanya.
Tae hi yg duduk disisi kirinya memandang penuh khawatir, ia menyadari tentang kegundahan jisoo. Gadis berupluk merah itu benar-benar hanya diam cemberut meski bibirnya terkadang tak berhenti mengunyah chikkinnya.
Lama kelamaan tae hi pun hanya menghela nafas, ia mencondongkan tubuhnya mendekat pada telinga jisoo.
"Chu..! Besok kita akan ketemu jennie.." mata jisoo kontan membulat, ia menoleh cepat ingin berpekik riang. Namun dengan sigap tae hi meletak telunjuk nya diatas bibirnya sendiri mengisyaratkan tuk tetap tenang.
Jisoo menurut dengan mengangguk cepat sambil menirukan apa yang taehi lakukan.
"Halmoni janjikan..? Jichu tidak mau bertemu lagi dengan halmoni, kalo halmoni bohong.." bisik jisoo, tae hi mengangguk sambil menyodorkan sebelah kelingkingnya dan dengan riang nya jisoo mengangguk menyambar dengan kelingkinya.
●●●
"Yakk...lisa, kekiri..!"
"Ani..kekiri, bukan kekanan bodoh..!"
Chaeyong bukannya mengeluh, hanya saja ia benar benar kesal dengan gadis bebek disampingnya. Sudah tau toleransinya rendah pada alkohol, namun dengan sombongnya menantang tuk meminum alkohol terbanyak. Chaeyong sendiri yang susah sekarang.
Setelah melihat pestival keduanya memang memutuskan tuk meminum beberapa soju, hanya tuk sekedar menghangatkan tadinya. Namun atas ide gila si bempol ini, keduanya malah beradu siapa yang paling jago meminum alkohol terbanyak.
Hingga akhirnya chaeyong harus berela hati membawa lisa yang telah mabuk berat kepenginapan, beruntung ia masih mendapatkan penginapan.
Ckleeekk..
BRUKK..
"yakk..mianhe mianhe, astaga..!" Chaeyong mendadak rusuh saat bobot lisa terjungkir saat membuka pintu, berakhir dengan gadis itu nyungsep dalam kondisi menungging.
"Aaawwww...chaeyongah..appo..!!" Lirih lisa, meski ingin tertawa terbahak bahak..chaeyong memilih tuk tetap menahannya, tak berperi kemanusiaan sekali jika ia menertawakan lisa.
Akhirnya chaeyong meletakan lisa di ranjangnya, ia sedikit menggretakan pinggangnya yang terasa patah. Berat juga lisa, padahal tubuhnya seperti teriplek.
Chaeyong segera membuka sepatu lisa juga mantel yang dipakai gadis berponi itu, hanya saja chaeyong tak bisa melewatkan saat ia bisa menatap wajah lisa begitu lama. Yah..! Setidak nya tuk satu kali ini saja, bibir chaeyong menyungging. Perasaannya masih sama, tak berubah.
"Saranghae, lisa ya..! Kau tau dari segala apapun kau memandangku. Aku tetap mencintaimu." Lirih chaeyong tangannya mengusap pelan jidat lisa. Chaeyong hampir tak menemukan alasan yang tepat kenapa ia tak menjelaskan segalanya pada lisa, membuat gadis berponi itu mengklaimnya sesuka hatinya tanpa tau kebenarannya.
"Aku tidak tau harus menjelaskannya bagaimana, tapi bisakah kau tetap percaya padaku dengan hanya mendengar bahwa aku tetap mencintaimu." Lirih chaeyong lagi, pada akhirnya ia menghela nafas sendiri merasa gila. Ia mulai beranjak dari ranjang lisa, berniat tuk kekamar mandi sebelum cekalan pada lengannya membuatnya terhenti.
