.
.
.
.
.
.
.
.
.
●●●Satu alasan yang begitu ingin sekali jennie lakukan sekarang adalah mendobrak pintu ruangan jisoo, dan menghampiri gadis kecil yang tengah menahan tangis di dalam sana.
Jennie hanya bisa berdiri didepan kaca besar yang terselubung kedalam sana, menatap para dokter dan perawat yang tengah mengchek keadaan jisoo dan membuka beberapa alat yang di pakainya. Disisi lain fanny hanya mampu membisikan kata tenang pada anak nya itu, sedikit membuat jennie lebih untuk bersabar dan mengikuti prosedur yang ada.
"Jisoo ku akan menangis, dia pasti ketakuan mom..!" Jennie semakin lebih tidak tenang, berapa lama ia harus menunggu dan melihat hanga dari sebuah jendela begini. Kenapa ia tidak diizinkan masuk..?, ia tidak akan mengganggu para dokter sialan itu bekerja.
Fanny sedikit menarik nafas nya dalam, ia mengerti mengapa anak nya sebegitu kesalnya dan betapa dia ingin masuk keruangan jisoo. Tapi pada akhirnya pun mereka memang harus nengikutin prosedur kedokteran, untuk menghindari gangguan dalam medis
Ia sedikit mengelus pundak jennie, dan berharap bahwa hasil pemeriksaan jisoo lebih baik dari sebelumnya.
"Jangan melawan prosedur dokter jen, kita ikutin peraturan yang ada." Fanny sedikit memberi nasihat, jennie hanya diam tak merespon sang mommy. Ia hanya sibuk menatap lenteranya disana, mengerti jika kini jisoo tengah panik karena begitu banyak orang yang tidak ia kenal.
Hingga saat beberapa perawat menghampiri nya, jennie siaga didepan pintu untuk menerima informasi yang bisa ia dengar dari perawat.
"Miss jennie...." perawat itu memanggil, sang dokter menyusul setelah nya dan mengambil alih pemberi informasi.
"Waee? Bagaimana keadaannya? Is she fine?"
"Ini tidak bisa dikatakan baik, tapi beruntung ada peningkatan dari keadaan sebelumnya. Miss jisoo mungkin akan sedikit kehilangan suaranya, atau paling tidak ia akan sedikit sulit untuk berbicara. Dampak kecelakaan membuat otak nya trauma hingga sedikit menghambatnya untuk memproses kata." Jelas dokter itu, jennie tak mampu dari hanya terdiam didepannya. Air matanya sudah luruh lebih dahulu meski dalam keadaan sedikit bahagia karena jisoo sudah sadar.
"Apakah kami sudah bisa menemuinya dok? Atau berinteraksi dengannya?" Fanny mengerti jika anaknya tidak akan mampu lagi mengutarakan pertanyaan, ia sedikit memegang pundak jennie untuk sedikit memberinya kekuatan.
" kami sudah berbicara dengan pihak anda, dan kalian adalah termasuk yang paling kamj istimewakan. Jadi, kalian bisa menemui pasien kapanpun dengan syarat tidak mengganggunya ketika istirahat, tidak menghalangi kami untuk menberika pertolongan dan perawatan, dan selalu mengikuti prosedur rumah sakit ini." Dokter itu tersenyum manis setelah menjelaskannya, beberapa perawat akhirnya sudah menyelesaikan tugas mereka dan pergi berlalu setelah membungkuk memberi hormat pada jennie dan fanny.
"Kau masuk lah, mommy akan menghubungi lisa dan chaeyong." Sang mommy sedikit mengelus pipi chabby jennie sebelum ia pergi.
Akhirnya, dalam kehidupan yang sangat jennie benci ini. Ia bisa setitik lebih lega, beberapa hal yang bergemuruh bising dihatinya adalah tentang gelisah dan rindu.
Ia begitu rindu.
Langkahnya sedikit berat, namun ia begitu ingin. Gadis yang sekrang tengah menatap nya dari jauh itu adalah keinginan terbesarnya, keinginan yang membuatnya sampai sejauh ini. Begitu banyak part dalam hidupnya yang penuh warna karenanya, sekelebat bayangan yang menyenangkan begitu menenggelamkan hatinya yang tengah bersedih.
