37. Bahagia [End]

2.7K 81 2
                                    

Happy Reading!🤍

***

Gerald sedang berjalan menuju dapur saat tahu dari anaknya bahwa istrinya itu sedang berada disana. Ia tersenyum saat melihat punggung istrinya yang sedang memasak dengan segera ia menghampiri istrinya tersebut.

"Sayang.." ucap Gerald sambil memeluk Ara dari belakang.

Arabella terlonjak kaget dan menoleh ke belakang. Dengan mimik yang lirih, Ia membalikkan badan dan memeluk suaminya itu.

"Kamu kemana? Aku takut." ucap Ara dengan nada gemetar membuat sang suami menghela nafas.

"Sayang kejadian itu sudah lewat 5 tahun bahkan sekarang kita sedang berbahagia menunggu anak ketiga kita. Tenang saja, orang itu sudah dihukum seberat-beratnya."

Arabella memeluk kencang suaminya dan dibalas pelukan yang tak kalah erat oleh Gerald. Suaminya itu berulang kali menciumi puncak kepalanya sambil terus bergumam "jangan khawatir".

Gerald melepas pelukannya dan menunduk ke arah perut Arabella, "Hallo cintanya Daddy.." diciuminya anak dalam perut istrinya itu.

"Tidak nakal kan di dalam sana sayang?" tanya Gerald dengan raut bahagia mengelus perut Arabella yang sudah membuncit.

"Tidak nakal Daddy." jawab Arabella dengan suara anak kecil.

Kejadian 5 tahun yang lalu masih meninggalkan trauma pada Arabella yang mengharuskan wanita itu pergi ke psikiater. Hal itu tentu di dukung suaminya dengan berpindah ke London untuk tidak menambah trauma istrinya.

Maxi yang sekarang sudah berumur 11 tahun, tumbuh menjadi anak yang tampan dan pintar. Ia bahkan menjadi kakak yang protektif pada adiknya Elsa yang sudah berumur 6 tahun.

"Jadi apa kegiatan anak-anak hari ini sayang?" tanya Gerald sembari duduk di kursi meja makan.

"Maxi berulah lagi. Dia mendorong teman Elsa hanya karena tidak memberikan Elsa permen. Sungguh aku tak mengerti dengan Maxi, ia terlalu protektif pada adiknya." jawab Arabella yang berjalan ke arah suaminya dengan membawa secangkir kopi.

Gerald mengambil cangkir kopinya lalu meminumnya sedikit dan meletakannya kembali, "Itu wajar sayang, Maxi hanya bertugas melindungi adiknya."

"Tapi tidak dengan mendorong anak seumuran Elsa!" geram Arabella sembari mendelik pada suaminya. Gerald hanya terkekeh pelan.

"Daddy?"

Gerald yang merasa terpanggilpun menoleh dan mendapati putra putrinya sedang berjalan ke arahnya.

"Hai anak-anak tidak merepotkan Mommy kan hari ini?"

Elsa duduk disamping Daddynya sedangkan Maxi duduk di samping Mommynya sembari bersender manja pada sang Mommy.

"Tentu saja tidak Daddy. Kami kan anak yang tidak merepotkan." jawab Elsa dengan nada girang membuat Gerald gemas sendiri.

"Baguslah sayang, kalian memang anak yang hebat. Daddy bangga pada kalian." diciuminya pipi gembul anak perempuannya itu dengan gemas.

"Maxi bagaimana sekolahmu?" tanya Gerald setelah meminum kopinya lagi.

"Sekolahku baik Dad. Daddy harus sering-sering disini menemani Mommy. Jangan keluar kota terus, ada guruku yang suka menggoda Mommy dan ingin menjadi Daddy tiriku." jawab Maxi dengan nada mengejek. Ia tahu Daddynya ini sangat pencemburu apabila menyangkut Mommynya.

"Benarkah?" tanya Gerald geram sembari menoleh pada istrinya yang sedang menyiapkan makanan itu.

"Kamu percaya pada anak ini?" tanya Arabella tak percaya pada suaminya bahkan sekarang suaminya itu tengah memasang wajah yang mengatakan 'aku akan menghukum mu'. Well, jika memang yang dikatakan Maxi adalah benar apakah itu salahnya?

"Besok Daddy akan mengantarkan mu ke sekolah Maxi. Daddy ingin membuktikan apa yang kau katakan. Jika itu tidak benar maka uang bulanan mu akan Daddy potong." Mata Maxi membulat sempurna saat mendengar kata yang keluar dari mulut Daddynya itu. Sedangkan orang yang mengatakannya telah menikmati makanan sang istri dengan sangat santai.

Arabella tertawa pelan saat melihat wajah putranya yang nampak pias membohongi suaminya, "Berhenti membuat Daddymu cemburu Maxi. Kau akan kehilangan uang bulananmu sayang."

Maxi menghela nafasnya sejenak lalu menatap Daddynya, "Okay dad, aku berbohong. Maafkan aku atas kebohonganku. Sebenarnya guruku hanya menyukai Mommy tapi tidak berniat menjadi Daddy tiri."

Gerald mendelik pada putranya yang nampak santai setelah mengatakan hal paling dibenci. Gerald benci pada pria yang terang-terangan menyukai istrinya itu. Arabella hanya untuknya, istrinya.

"Jika Daddy dan kakak terus bertengkar, aku tidak bisa menikmati makananku! Berhentilah bertengkar!" ucap Elsa marah yang bahkan nampak lucu di mata Gerald.

"Baiklah Princess, Daddy akan berhenti bertengkar."

~~~♡♡♡~~~

Gerald menatap istrinya yang tengah tertidur itu. Beberapa jam yang lalu istrinya telah melahirkan anak ketiga mereka, putranya. Untung saja, ia sudah menyerahkan pekerjaan pada sekretarisnya saat seminggu yang lalu.

Gerald khawatir saat Arabella akan melahirkan, dirinya tidak berada disamping wanita itu. Untunglah tadi kontraksi terjadi saat mereka baru bangun tidur yang membuat ia langsung gerak cepat membawa istrinya ke rumah sakit.

"Sayang, kau sudah bangun?" Gerald menaikkan ranjang otomatis saat melihat istrinya bangun.

Arabella mengabaikan pertanyaan Gerald dan hanya tersenyum melihat putranya yang tertidur nyenyak di ranjang kecil samping ibunya. Gerald yang melihat itu mengambil putranya dan memberikannya pada Arabella.

Arabella menatap putranya seksama, "Ia mirip sekali denganmu, anak-anak tidak ada yang mirip denganku." gumam Arabella dengan jari yang menelusuri wajah anaknya.

"Itu karena aku Daddynya sayang." Gerald bangga karena anak-anaknya sangat mirip dengannya. Elle hanya hidungnya yang miring dengan Arabella, Elsa hanya matanya dan putranya saat ini sama seperti Elsa hanya menuruni mata sang ibu. Selebihnya semua mirip dengan Gerald.

"Sudah memikirkan nama?"

"Ya, aku sudah memikirkannya jauh sebelum kita tahu jenis kelaminnya. Aku tak tahu mengapa, aku yakin anak kita kali ini laki-laki dan ternyata feeling ku benar." Gerald melihat wajah putranya yang sedikit terganggu dengan pembicaraan mereka.

"Siapa?"

"Matthew Jeff Williams."

***

Akhirnyaa selesai juga cerita ini mueheh..
Maafin aku yaa udah hiatus setahun, kalian kek digantung gitu aja🥲

Masih ada epilog ya guys!

Gimana tanggapan kalian tentang perjalanan cinta Arabella dan Gerald?

Kasih vote sama komentar yang banyak yaa buat epilog.

See you next story!!🥰

23 Februari 2022

Mistake Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang