23. Berdua.

3.3K 171 6
                                    

Jujur author sedih sebenernya, banyak yang baca tapi votenya dikit. Author jadi mood nya berubah antara niat dan engga..

Tapi author masih berusaha lanjutin karena author percaya masih banyak reader yang baik ngasih vote..

Happy Reading🖤

⭐⭐⭐

Gerald membantu Arabella duduk secara perlahan. Setelah itu memberikan istrinya itu minum dan mengusap dahi Arabella yang berkeringat.

Arabella menerima minum dari suaminya dan memandang peti mati Felix dengan sendu. Disana juga ada kakaknya, Kenneth yang sedari tadi memandang tajam Arabella seakan musuh.

Sevan dan Fano sibuk membantu keluarga Felix untuk segera memakamkan detektif terkenal itu. Ada juga beberapa polisi yang memintai keterangan pada beberapa saksi sebelum Felix meninggal.

"Sayang, jangan melamun." tegur Gerald saat melihat istrinya itu melamun sembari melihat peti mati Felix.

"Gerald.." lirih Arabella membuat Gerald berjongkok di depan istrinya.

"Ada apa? Perutmu sakit? Mau pulang?"

"Tidak, bukan. Apakah kau akan membantu kepolisian untuk mengungkap kematian kak Felix?" tanya Arabella sendu.

Gerald menghela napas, "Ara.. Aku pasti akan membantu kepolisian. Kau tenang saja, Sevan dan Fano pasti juga akan membantu. Apalagi kakakmu, dia dekat dengan Felix."

Air mata Arabella turun tanpa permisi, "A–aku hanya tak ingin jasa kak Felix selama hidup menjadi sia-sia."

"Itu tidak akan sayang. Sekarang kau jangan terlalu tertekan, kau harus ingat disini ada baby." ucap Gerald dengan mengusap perut Ara dengan lembut. Sedangkan Ara tersenyum sembari mengangguk.

"Gerald." panggil Sevan membuat Gerald berdiri.

"Ya?"

"Ini ada surat dari Felix, disitu tertulis nama mu. Surat itu ada diatas meja kerjanya." ucap Sevan menyerahkan beberapa surat dan segera diambil oleh Gerald.

"Thankyou Sev."

Sevan pergi meninggalkan Gerald dan Ara untuk melanjutkan pekerjaannya. Sedangkan Gerald membaca bagian depan suratnya.

Untuk Gerald dari sahabatmu, Felix.
Jangan sampai kau lupa membacanya.

Itu lah yang tertulis. Menurut Gerald sepertinya Felix mengetahui nyawanya terancam. Maka dari itu ia menulis beberapa surat untuk Gerald.

"Sayang, bagaimana kalau malam ini kita menginap di hotel terdekat saja?" saran Gerald membuat Ara memandang suaminya bingung.

"Kenapa? Nanti Maxi mencari kita."

Gerald memajukan wajahnya menuju telinga Ara, "Ada Daddy dan Mommy yang menjaga Maxi. Malam ini kita habiskan waktu berdua. Agar calon Mommy tidak stress dengan masalah ini." bisik Gerald.

"Tidak stress?" Ara tersenyum membuat Gerald terkekeh.

"Lebih baik sekarang kita berangkat. Terlalu lama kita berdua hingga tak sadar petinya sudah di dalam ambulan." Gerald menggenggam tangan Ara dan berjalan menghampiri yang lainnya untuk mengantar jenazah Felix ke pemakaman.

□□□□

Gerald memandang tanah merah itu dengan perasaan yang campur aduk. Ia menoleh pada istrinya yang memandang sendu tanah pemakaman itu. Tangan Gerald bergerak merangkul istrinya.

Mistake Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang