Ayo vote dulu✌
Happy reading💜
○○○○
Arabella memandang kedua anaknya yang baru saja tertidur. Beruntung demam Elsa sudah turun drastis dan Maxi pun tidak rewel karena tahu adiknya sedang sakit.
Tentang Gerald, sedari siang sampai malam ponselnya masih tetap mati. Entah apa yang dikerjakan suaminya itu.
Arabella mencium kening masing-masing anaknya lalu membenahkan selimut mereka. Ia berjalan keluar kamar anak-anaknya menuju kamarnya sendiri.
Arabella mengecek ponselnya dan benar tebakannya. Tidak ada satupun pesan dari suaminya.
"Anaknya sakit aja masih perduli dengan pekerjaan." ucap Arabella kesal.
Arabella berjalan menuju balkon dan duduk disana. Angin malam membuatnya sedikit merasa tenang. Ia juga memandang langit yang pekat dan sepertinya akan turun hujan.
Beberapa menit kemudian, terdengar suara mesin mobil memasuki halaman rumah. Dapat Arabella tebak pasti itu suaminya.
Tidak lama, pintu kamar terbuka menampilkan Gerald dengan jas yang disampirkan ke tangannya serta dasi yang sudah terbuka.
"Belum tidur Ra?" tanya Gerald saat melihat istrinya duduk di balkon.
Arabella berdiri dan berjalan menghampiri Gerald. Ia memandang suaminya itu dengan amarah.
"Kau kemana saja seharian ini?" tanya Arabella membuat Gerald bingung.
"Aku dikantor Ra.. Dimana lagi emang? Kenapa sih? Hari kemarin kau baik-baik saja saat aku pulang malam."
Arabella berdecih lalu memandang Gerald sinis, "Aku tidak baik-baik saja jika menyangkut anakku."
"Maksudmu?" tanya Gerald bingung.
"Seminggu yang lalu Elsa berulang tahun, kau tidak datang mendampingi putrimu. Akhir-akhir ini juga kau mengabaikan anak-anak dan aku. Hari ini kau juga tidak menjawab panggilanku!" ujar Arabella marah.
"Ponselku mati sayang, aku sengaja matikan agar lebih fokus bekerja."
"Fokus katamu? ELSA BAHKAN DEMAM TINGGI GERALD!!" ucap Arabella dengan teriakan diakhir ucapannya.
"Apa? Lalu bagaimana? Sudah dibawa kerumah sakit?" tanya Gerald dengan nada panik membuat Arabella tertawa sinis.
"Aku bahkan mendengar perusahaanmu hampir gulung tikar dari Lily." ujar Arabella membuat Gerald membulatkan mata.
"Apa?"
"Kau menganggap aku ini apa? Istri yang tidak berguna? Sampai perusahaanmu seperti itu saja kau tidak cerita?" tanya Arabella dengan nada lemah.
"Bukan begitu sayang.."
"Kau bukan suami atau ayah yang baik. Oh atau jangan-jangan kau sudah berselingkuh lagi? Dengan siapa sekarang? Jalang di club?" tanya Arabella dengan nada sinis.
Mata Gerald membulat lalu rahangnya mengeras. Ia mendekati Arabella lalu mencengkram lengan istrinya dengan kuat.
"Kau boleh mengataiku bahwa aku bukan suami atau ayah yang baik. Tapi ingat, aku tidak pernah selingkuh dengan siapapun." ucap Gerald penuh penekanan. Dia bahkan mengabaikan Arabella yang kesakitan karena cengkramannya.
"Oh ya? Kau tidak menganggapku istri! Siapa tahu kau ada istri simpanan diluar sana yang selalu kau ceritakan masalahmu!"
Mata Gerald semakin membara. Dengan segera dirinya menyeret Arabella lalu membantingnya ke ranjang dan mengikat tangan istrinya ke atas kepala.
"Apa-apaan kau!" teriak Arabella didepan wajah sang suami.
"Kau sudah membuatku marah. Kau akan mendapatkan hukuman dariku." ucap Gerald berat sembari melepaskan kemejanya.
"KENAPA TIDAK MENYALURKAN NAFSUMU KE JALANG YANG KAU SIMPAN DISANA!!"
Plak..
Wajah Arabella menoleh ke kiri dengan mata membulat. Setelah setahun menikah kembali dengan Gerald baru ini dia ditampar.
"DIAM ARA DIAM!! AKU TIDAK MEMILIKI SIAPAPUN KECUALI KAU!!" teriak Gerald sembari menindih tubuh istrinya itu.
Tangan Gerald bergerak membuka baju yang dikenakan Arabella. Karena menurut Gerald lama, akhirnya baju itu hanya dirobek olehnya.
"Gerald aku mohon hentikan.." lirih Arabella dengan mata sayu.
"Terlambat sayang, kau sudah membuatku marah." ucap Gerald dengan nada serak.
Gerald mengecupi leher istrinya dan tak lupa membuka celana yang Arabella dan dirinya kenakan. Mereka berdua sudah polos tanpa pakaian.
"Ahh.. Sayang.. Sudah lama aku tak bercinta denganmu.." ucap Gerald saat memasukan paksa bukti gairahnya pada Arabella.
Gerald bahkan tak menyadari bahwa Arabella sudah menangis dalam diam. Gerald terus bergerak tanpa ampun, kasar dan mencari kepuasan sendiri. Ia seperti melampiaskan kemarahannya pada Arabella.
"Kenapa? Kenapa pandanganmu seperti itu padaku? Kau ingin marah?" tanya Gerald dengan nada sinis dan terus menggerakan penyatuannya.
"Aku membencimu.." batin Arabella lirih sebelum jatuh pingsan.
□□□□
Gerald mengerjapkan matanya kemudian ia menoleh ke kanan dan kirinya. Kamar tidurnya berantakan dengan bajunya dan Arabella tetapi wanita itu tidak ada disana.
Gerald bangkit mengambil celana dan memakainya lalu berjalan ke arah kamar mandi dan mengetuk pintunya tetapi tidak ada jawaban.
"Araa?" panggil Gerald sambil membuka pintu.
Kamar mandi itu kosong dengan segera ia keluar dari kamar dan pergi melangkah ke bawah. Rasa takut istrinya itu pergi karena kesalahan semalam.
"Bi, nyonya kemana?" tanya Gerald saat melihat salah satu maid sedang menyapu lantai.
"Saya tidak tahu tuan. Nyonya sudah keluar rumah pagi-pagi membawa nona dan tuan muda." jawab maid itu dan jelas membuat ketakutan Gerald semakin besar.
Gerald bergerak menuju kamarnya dan mengambil ponselnya untuk menghubungi istrinya. Tapi, ada sebuah pesan dari sekretarisnya untuk rapat pagi ini membuat Gerald bimbang.
"Ck! Aku harus rapat pagi ini." ucap Gerald kesal.
Gerald bersiap-siap untuk menuju ke kantor. Ia turun dan memandang maid yang baru selesai menyiram kebunnya.
"Tolong kalau nyonya pulang, bibi hubungi saya ya." ucap Gerald.
"Baik tuan."
Gerald segera memasuki mobilnya dan pergi menuju ke kantor untuk rapat pagi ini.
"Apakah rapatku hanya pagi ini?" tanya Gerald pada tangan kanannya yang jelas tahu apa saja kegiatan Gerald dari sekretarisnya.
"Iya tuan."
"Baiklah, setelah rapat aku ingin pulang ke rumah. Jangan ganggu aku sampai rapat berikutnya."
"Baik."
●●●●
11 Juli 2020.

KAMU SEDANG MEMBACA
Mistake
Romance17+ Gerald Arnand Williams; pengusaha sukses yang pulang dari Amerika untuk menikahi tunangannya. Tetapi ia malah dibuat terkejut oleh fakta bahwa tunangannya sudah menikah dengan sahabatnya. Hingga kesalahan satu malam membuatnya terikat dalam janj...