Ekstra Part

2.1K 69 5
                                    

13 tahun kemudian..

"Sudah berapa kali harus Daddy katakan padamu Matt? Kau baru berumur 16 tahun tapi sudah sesuka hatimu keluar masuk club! Daddy hanya melarangmu hingga umur 17 tahun tapi kenapa kau tidak pernah menuruti ucapan Daddy?" ucapan itu keluar dari mulut Gerald dengan mata yang menunjukkan kemarahan.

Pagi ini keluarga Williams berkumpul tapi bukan untuk bercanda seperti biasanya. Matthew, si bungsu dari keluarga Williams membuat ulah kembali. Anak lelaki yang baru menginjak umur 16 tahun itu baru saja ketahuan pergi ke club oleh Ayahnya.

"Dad sudahlah, ucapanmu tidak akan didengarkan oleh anak nakal itu. Lebih baik kartu nya saja kau ambil." ujar Elsa tersenyum kemenangan. Hal itu sontak membuat Matthew mendelik sebal ke arah kakaknya, Maxi hanya memukul pelan paha gadis itu untuk tidak memancing amarah Ayahnya lebih parah lagi.

"Maafkan aku Dad. Semalam teman-temanku mengajak untuk pergi ke sana karena memang ada temanku yang berulang tahun."

"Selalu saja alasan itu yang kau pakai!"

"Dad sudahlah." Arabella mengelus bahu suaminya dengan lembut membuat Gerald sedikit mereda amarahnya. Gerald menghela napas sebentar lalu menatap anak bungsunya itu.

"Kali ini Daddy maafkan. Tapi sekali lagi kau ke club sebelum 17 tahun, akan Daddy kirim kau ke Indonesia supaya di asuh oleh Grandma mu!" ancam Gerald.

Matthew menelan ludahnya dengan sulit. Tidak, ia tidak mau di asuh oleh Grandma nya. Grandma nya itu kejam, masa anak lelaki harus sudah dirumah pukul 8 malam? Apa-apaan itu? Matthew tidak mau!

"Baiklah Dad, Matt janji tidak akan ke club lagi. Tapi tolong jangan kirim Matt ke Indonesia." Matthew memohon.

"Tergantung, kau memegang ucapan mu atau tidak." kemudian Gerald bangkit menuju kamarnya.

"Jangan kau ulangi Matt. Sepertinya Daddymu serius dengan ancamannya kali ini. Kakak mu tidak bisa menyelamatkanmu apalagi Mom bila itu benar-benar terjadi." kata Arabella sembari menatap putra bungsunya.

"Iyaa Mom, Matt janji." Arabella mengangguk dan ikut bangkit menyusul suaminya ke kamar.

"Kau ini kenapa? Apakah kau sudah ingin mati jika tak ke club sampai umurmu 17 tahun?" omel Elsa pada Matthew.

"Kau cerewet sekali." ucap Matthew acuh.

"Kau—"

"Sudahlah El. Hentikan. Perdebatan kalian membuatku pusing. Hampir setiap hari kalian bertengkar. Matt, jangan sampai aku tahu kalau kau pergi ke club lagi. Bukan hanya Daddy yang akan mengirimmu ke Indonesia, Kakak juga akan membujuk Daddy untuk memindahkan kewarganegaraanmu jika itu terjadi. Kau mengerti?" ucap Maxi tegas membuat Elsa dan Matthew terdiam.

"Mengerti Kak."

_____________________________________

Maxi berjalan memasuki rumahnya yang sepi, bagaimana tidak sepi? Jika ia selalu pulang pukul 12 malam. Beruntung dirinya pulang dari kantor jadi Ayahnya tidak akan marah seperti pada Matthew.

Maxi membuka kulkas lalu mengambil sebotol air dan menegaknya. Ia sedikit terkejut saat ada yang memeluknya tiba-tiba dari belakang.

"Happy birthday sayang." Hal itu sontak membuat Maxi membalikkan badan dan saat mengetahui orangnya membuat Maxi tersenyum.

"Terima kasih sayang. Kenapa jam segini belum tidur, hm?"

"Sengaja. Biar aku yang pertama ngucapin kamu ulang tahun."

Maxi tersenyum lembut, "Kamu selalu pertama sayang. Dimanapun termasuk hatiku."

Maxi menatap lekat mata indah tersebut. Ia memajukan wajahnya perlahan dan

Cup.

Dengan sedikit melumat membuat lawannya sedikit mengerang. Maxi segera membalikkan posisinya, ia semakin menghimpit lawannya ke tembok. Ciumannya turun ke leher tanpa ia sadari.

"Ahh.. Maxi.. Nantih ada yang liathh.. Ahh.."

"Tidak ada sayang.."

Tiba-tiba lampu menyala membuat keduanya terkejut. Disana terdapat sang Ibu yang sudah dibanjiri air mata. Perempuan yang ada di dekapan Maxi segera mendorong Maxi dan berniat menghampiri Arabella.

"Mom.."

"Sejak kapan kalian berdua seperti ini hah?" tanya Arabella lemas. Tadi ia terbangun dan berniat untuk mengambilkan Gerald minum. Tapi saat di dapur, ia justru mendapatkan hal yang tak sepantasnya ia dapatkan.

"SEJAK KAPAN!!"

Mereka berdua tetap diam.

"KENAPA KALIAN TIDAK MENJAWAB MOM!!"

"Sayang ada apa ini?" tanya Gerald yang tiba-tiba datang. Ia panik saat mendapati istrinya menangis serta membentak hingga suaranya menuju ke lantai dua.

"Mom?" panggil Matthew yang juga terbangun.

"Apa kau tidak akan gila Ge? Saat seorang Ibu melihat kedua anaknya bercumbu didepan mata." ucap Arabella lemah. Dosa apa yang Arabella lakukan sekarang?

Maxi maju sampai di depan Ibunya dan dirinya bersujud di kaki Arabella, "Mom.. Maafkan Maxi Mom. Maxi dan Elsa saling mencintai."

"Apa yang kau katakan Maxi?" tanya Gerald yang semakin bingung. Gerald mengangkat Maxi untuk berdiri dan langsung menatap mata putra sulungnya itu.

"Dad.. Mom melihat aku dan Elsa bercumbu disini.." jelas Maxi dengan ketakutan. Hal itu sontak membuat Gerald terkejut dan marah.

Plak!

"Dad!"

"KAU MERUSAK ADIKMU SENDIRI HAH!" teriak Gerald yang semakin membuat Elsa ketakutan bahkan tanpa mereka sadari Elsa sudah berada dalam dekapan Maxi.

"Dad kira kalian berdua lebih baik daripada Matthew tapi ternyata kalian lebih buruk dari yang Dad kira." Gerald memalingkan wajahnya dari Maxi dan Elsa yang berpelukan erat. Hal itu membuatnya emosi, bagaimana bisa anak yang ia besarkan menjadi saling mencintai?

"Dad akan mengirim mu ke Kanada untuk mengurus cabang disana." ucapnya pada Maxi yang membuat lelaki itu menegang.

"Dan kau Elsa, Dad akan mengirimmu ke Indonesia." ucap Gerald telak membuat Elsa lemas.

"Dad Elsa mohon jangan pisahkan Elsa dari kak Maxi.." Elsa sudah menangis. Ia tidak mau di pisahkan dengan kakaknya.

"Keputusanku sudah bulat!" ujar Gerald lalu segera membawa Arabella pergi dari sana. Gerald tahu Arabella pasti sama terguncangnya dengan dia. Bahkan mungkin lebih terguncang.

"Kak aku tidak mau ke Indonesia hiks.. Tolong bujuk Daddy.." Elsa semakin menangis. Maxipun tidak bisa melakukan apa-apa. Saat ini semua kuasa ada pada Ayahnya. Yang dapat di lakukan Maxi hanyalah memeluk erat gadisnya.

"Sister and brother complex, right? Aku tidak pernah menyangka bahwa kedua kakak ku akan melakukan ini. Membuat Mom dan Dad sakit hati. Maaf kali ini aku tidak bisa membantu seperti biasa kalian membantuku. Aku tidak punya kuasa apapun disini." ujar Matthew lalu pergi dari sana untuk melanjutkan tidurnya, jika bisa.

Maxi menutup matanya lalu menghela napas. Ia semakin mengeratkan pelukannya pada Elsa. Disini, Maxi yang salah. Maxi yang menawarkan hubungan pada Elsa saat keduanya menyadari perasaan masing-masing. Mungkin ini adalah konsekuensi dari apa yang Ia dan Elsa perbuat.

***

23 Maret 2022.

Mistake Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang