Y. 5. 3

283 46 1
                                    

Main cast:

Renjun

Jaemin

Haechan

Jeno

Shuhua

And any others

Sorry for typos and happy reading!

...

"Tiga hari terhitung sangat singkat!" pekik Renjun.

"Sepertinya memang sengaja dibuat seperti itu. Siapapun yang merencanakan ini berpikir kita sudah cukup terlatih dari tahun pertama sampai sekarang," tutur Jaemin.

"Jadi tidak ada latihan?" tanya Haechan dan Jaemin menggeleng. "Aku semakin yakin untuk tidak turut serta."

Keempatnya berjalan menaiki tangga. Bisa gawat jika tempat itu terkunci lagi dan mereka masih berada di dalamnya.

"Apa ada yang ingin berpartisipasi?" tanya Haechan lagi.

"Umm," Renjun mencuri pandang ke arah Jaemin. Jaemin pernah ikut pertandingan Quidditch sebelumnya, jadi Renjun memperkirakan Jaemin akan ikut serta. Masalahnya, siapa yang akan diajak Jaemin untuk menjadi partnernya? Sedari tadi Jaemin terus saja bungkam dan Renjun bimbang untuk membuka obrolan.

"Sepertinya yang harus dilakukan pertama kali adalah mencari teman yang bisa diajak bertanding bersama," potong Jeno. "Cukup sulit menemukan orang yang bervisi sama dengan kita."

"Ah, benar juga. Bisa jadi beban kalau satunya terlalu berambisi, sedangkan satunya lagi begitu santai," imbuh Haechan. Sejenak Renjun iri dengan percakapan yang tercipta di antara Jeno dan Haechan. Mereka terpisahkan asrama dan sekali bertemu selalu bisa membahas apapun dengan lancar. Berbeda dengan dirinya dengan Jaemin, terutama untuk saat ini.

Ketika keempatnya terpecah dan Renjun sudah tiba di area kumpul asrama, mendadak ia dipanggil oleh Shuhua. Perempuan itu ingin berbicara sejenak dengannya. Tentu saja, Renjun sedikit tertarik. Akhir-akhir ini dia jarang mengobrol dengan Shuhua.

"Duluan saja, nanti aku menyusul," ucap Renjun kepada Jaemin. Jaemin mengangguk dan langsung pergi meninggalkan keduanya. "Ada apa, Shuhua?"

"Bisakah kita duduk dulu?" tawar Shuhua sembari melangkah ke kursi terdekat.

Renjun mengikutinya. Mereka duduk bersebelahan.

"Jadi?" tanya Renjun sekali lagi. Dia terkesan memburu, tapi apalagi yang harus ditunggu?

Shuhua mengeluarkan kartu merah miliknya. Astaga, sampai kapan Renjun harus berulang kali melihat orang yang mengeluarkan kartu malapetaka itu? "Aku ingin mengajakmu menjadi partnerku," kata Shuhua dengan nada damai. "Aku ingin kau jadi partnerku dalam pertandingan ini," ulangnya.

Renjun menggeleng, antara percaya dan tidak percaya. Renjun diam sambil memandangi wajah Shuhua yang tidak ada keraguan sedikitpun. Apa Shuhua tidak sadar jika pertandingan itu terlalu riskan? Jika lawannya tidak berhati-hati, nyawa yang jadi taruhannya.

"Shuhua, kau yakin?" seingat Renjun, Shuhua adalah murid pendiam. Dia tidak mengganggu atau membuat kerusuhan di sekolah. Agak mengejutkan Shuhua berniat untuk mengikuti turnamen ini. Menurut Renjun, turnamen ini tidak cocok dengan karakter Shuhua yang selama ini ia ketahui.

Hela nafas penuh lelah keluar dari bibir Shuhua, menarik perhatian Renjun untuk lebih mendengar. "Ini kesempatanku untuk menunjukkan bahwa aku bukan penyihir amatir. Karena aku muggle, bukan berarti aku patut dipandang sebelah mata," suaranya kentara menahan amarah.

Orakel: Mimpi di HogwartsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang