Main cast:
Renjun
Haechan a.k.a Lee Donghyuck
Mark Lee
And other
Sorry for typos and happy reading!
...
Pagi ini Renjun terlihat rapi. Namun kerapiannya tidak cukup menutupi beberapa luka kecil yang ada di wajah manisnya. Sejauh itu dia nampak baik-baik saja.
Ia menghampiri sebuah bangku kosong di sebelah orang yang sudah ia kenal. "Selamat pagi", sapa Renjun.
Haechan yang asyik sarapaan sendiri terlonjak kaget dengan kedatangan Renjun. "Gila! Jantungku!"
Renjun terkikik kecil lalu mengambil roti paginya hari ini, sedangkan Haechan memerhatikan dengan jeli. Beberapa hari ia sudah tidak bertemu dengan Renjun. Entahlah apa yang dilakukan oleh penyihir cilik satu ini.
"Kuharap dugaanku salah, tapi kamu tidak melukai dirimu sendiri kan?", tanya Haechan terus terang.
Renjun memandang Haechan aneh. "Melukai diri? Untuk apa Haechan?"
Haechan menarik nafas terlebih dahulu. "Ada satu hari yang cukup mengejutkan, memoar! Dan kamu pergi begitu saja", papar Haechan.
"Aku tidak pergi begitu saja", sanggah Renjun.
"Ya, sesuka hatimu saja. Jadi katakan, ada apa dengan dirimu dan ke mana saja belakangan ini?", tanya Haechan yang sudah malas berbasa-basi.
"Aku hanya sedang belajar sihir baru dengan Mark-hyung"
Tatapan Haechan berubah menyelidik. "Kamu sungguhan belajar sihir? Bukan untuk balas dendam?", tuduh Haechan.
Renjun mendengus kecil. "Sebegitunya tidak percaya denganku, huh?"
"Aku tidak mau kamu menyesal, Njun", ucap Haechan.
Renjun tidak menanggapi. Dia lebih memilih untuk melanjutkan sarapannya ketimbang membalas percakapan Haechan. Keduanya tertelan dalam situasi saling diam.
Sisi-sisi tempat duduk mereka mulai ramai dipenuhi oleh murid-murid lain. Saat ini memang sedang jam sarapan pagi, jadi tidak heran keadaan semakin penuh. Di samping itu, Haechan yang sudah habis sarapannya diserang rasa kebosanan. Renjun makan dengan tenang, tanpa bersuara. Ini membuat Haechan semakin bosan.
"Yangyang bilang ke aku semalam,"
"Kalian semakin akur ya", sindir Renjun datar.
Haechan mendecih. "Aku bahkan belum menyelesaikan kalimatku", ia berhenti sebentar. Dilihatnya Renjun yang tetap tenang. "Yangyang bilang ada werewolf di Hogwarts", lanjut Haechan.
Renjun mengangkat wajahnya, satu alisnya naik ke atas. Ia menatap Haechan bingung. "Kamu kebanyakan bergosip, kurangilah", saran Renjun singkat dan padat.
Entah Renjun menyadari atau tidak, sikapnya kepada Haechan menjadi sedikit berubah. Lebih singkat juga pendek. Haechan memangku kedua tangannya di atas meja. "Ada saksi mata", kata Haechan tajam.
"Mereka berhalusinasi. Mana ada orang yang bisa selamat dari werewolf?", tanya Renjun dengan nada meledek. Dia cukup tahu seberapa ganasnya werewolf, mereka tidak akan pandang bulu kepda siapa saja yang ada di dekatnya. Mau manusia atau hewan, pasti akan habis mereka lahap.
Haechan berteriak kecil. "Baiklah, aku menyerah!", serunya sambil mengangkat kedua tangan di udara. Lalu dia turunkan. "Apapun itu, berhati-hatilah. Jangan berlatih sendirian di ruang terbuka, apalagi saat malam hari", peringat Haechan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Orakel: Mimpi di Hogwarts
FanfictionTamat di Karyakarsa & Trakteer Judul sebelumnya: Renjun, peka dong! Hanya cerita sedikit dari Renjun dan teman-teman di sekolah sihir. Tapi tidak "sesedikit" dari yang diketahui Renjun selama ini ataupun yang diyakininya. Mungkinkah dia salah mengir...