Main cast:
Renjun
Jaemin
Jeno
Sorry for typos and happy reading!
...
"Lihat? Kau lihat tadi dia seperti apa?", tanya pemuda bersurai pirang yang sudah duduk dihadapan pemuda berhidung mancung.
Pemuda itu, Jeno, tersenyum malu. "Sebenarnya aku lebih memerhatikan temannya itu sih", aku Jeno.
"Sialan! Bagaimana aku bisa mengatasinya sekarang, Lee Jeno?!", tanya Jaemin frustasi.
Jeno terlihat kebingungan dengan teman sepermainannya ini. Ayolah, maksud Jeno hanya seorang pemuda mungil saja membuat hidup Jaemin berantakan? Yang benar saja.
Mohon maklum Jeno kadang lupa kalau Jaemin ini terlalu mendramatisir hidupnya.
Jeno menghela nafas. "Jaemin, dari yang aku nilai sepertinya dia orang baik-baik, lalu apa masalahnya?"
Semula Jaemin yang menarik-narik rambutnya terhenti setelah kalimat Jeno selesai. Seperkian detik dia diam mencerna perkataan Jeno. Jeno memang baik, tapi bukan berarti dia bodoh kan?
"Baiklah, sobat. Jadi begini, aku tahu dia tidak melakukan apa-apa secara langsung. Tapi di dalam sini", Jaemin meletakkan telunjuknya di bagian tengah dadanya. "Dia melakukan sabotase!", pekik Jaemin tertahan.
Bola mata Jeno melebar. "Ya ampun, apa paru-parumu dicuri olehnya?"
Jaemin ingin bersedih sekarang.
"Bukan, Jeno-ya. Bukan", Jaemin berhenti sebentar. "Dengarkan baik-baik, seorang Na Jaemin sedang terkena serangan jatuh cinta kepada orang yang bernama Renjun. Orang yang satu kamar dengannya semalam!"
Jeno bengong, tapi tetap tampan. Tatapannya polos ke arah Jaemin. Matanya berkedip beberapa kali hingga detik berikutnya tergantikan oleh suara renyah tawa miliknya.
Tangannya memegang perutnya. "Jaemin-ah ternyata sudah dewasa, aku terharu", ungkap Jeno yang masih tertawa sedikit di akhir katanya.
Jaemin lelah. Ia duduk tanpa melepas pandangannya kepada Jeno. "Jadi aku harus bagaimana?", tanyanya pelan. Ia merasa dirinya sangat ciut sekarang.
Jeno yang berusaha kembali serius menatap Jaemin. "Ya sudah, dihadapi saja", jawab Jeno enteng.
Jaemin hendak protes, tapi semua hanya berakhir dengan erangan saja. Punya Jeno tidak membawa manfaat dalam hidup Jaemin saat ini.
...
Setelah selesai makan siang bersama dan sedikit bercengkrama, Jaemin memutuskan kembali ke kamarnya. Matahari sudah terbenam, lebih baik ia kembali dan sedikit belajar untuk kelas besok. Ia berharap Renjun sedang tidak ada di kamar, jadi dia bisa sedikit tenang di dalam kamar. Tapi pikiran Jaemin malah berkelana ke mana-mana kalau Renjun belum berada di kamar lalu ke manakah Renjun pergi dan kenapa belum kembali. Ia khawatir ternyata.
Belum juga menyelesaikan perang batinnya, Jaemin yang baru membuka pintu kamar sudah disuguhi dengan sebuah punggung mungil. Sungguh, Jaemin tidak menduga akan mendapatkan pemandangan ini. Setelah menyadari kebodohannya, ia segera menutup pintu dan mendekat ke arah Renjun.
Jaemin tidak ingin ada orang lain yang melihat. Jaemin posesif soalnya.
"Apa yang kau lakukan?", tanya Jaemin dengan nada sedikit tinggi, terbukti dari Renjun yang berjengit mendengar suara Jaemin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Orakel: Mimpi di Hogwarts
FanfictionTamat di Karyakarsa & Trakteer Judul sebelumnya: Renjun, peka dong! Hanya cerita sedikit dari Renjun dan teman-teman di sekolah sihir. Tapi tidak "sesedikit" dari yang diketahui Renjun selama ini ataupun yang diyakininya. Mungkinkah dia salah mengir...