Y. 4. 5

583 91 6
                                    

Main cast:

Renjun

Jaemin

And any others

Sorry for typos and happy reading!

...

"Masih jauh?"

"Sebentar lagi juga sampai", kata Renjun. "Sabar"

Renjun dan Jaemin sedang berjalan bersisian. Mereka jalan menepi agar tidak mengganggu aktivitas kendaraan yang sedang melintas. Keduanya masuk ke gang yang lebih kecil dan berbelok ke kanan. Di sana ada Mark yang berdiri di depan rumahnya.

"Akhirnya kalian sampai juga", sambut Mark. Dia baru saja membuang sampah. Sekarang ia menghampiri kedua adik tingkatnya tersebut. "Bagaimana?"

Renjun tertawa kecil. "Jaemin sedikit kecewa, hyung"

"Kenapa?"

"Tidak sesuai dengan ekspektasinya", jawab Renjun karena Jaemin masih saja sedih. "Apalagi waktu bertemu kudanil"

Mark menggeleng. "Aku bilang apa, hewan di dunia manusia dengan hewan di dunia sihir sangat berbeda", imbuhnya.

"Tapi aku ingin tahu rupa kudanil yang digemari Renjun!", bilang Jaemin.

"Itu hanya kartun. Hewan aslinya yang kamu lihat tadi"

"Jelek sekali", komentar Jaemin.

Renjun mendengus lelah. Ia sudah menjelaskan dengan detail bahwa Moomin hanyalah gambaran yang dibuat manusia untuk animasi kartun. Tapi Jaemin masih saja penasaran dengan bentuk hewan aslinya. Jaemin sampai meminta agar setelah sampai di dunia manusia, dia ingin mengunjungi kebun binantang dulu sebelum tiba di rumah Renjun.

"Lagi pula yang digambar berwarna putih, kenapa aslinya tidak berwarna putih juga?", Jaemin masih saja protes.

Mata Renjun melirik Jaemin sekilas. Seringkali Jaemin bertingkah layaknya anak kecil saat bersama dirinya. "Oh ya, hyung", Renjun teringat suatu hal. "Apa Kepala Sekolah akan pergi sampai tahun pelajaran baru dimulai?", tanyanya.

"Aku tidak tahu. Tidak ada bocoran apapun ke mana Kepala Sekolah pergi"

"Kasihan sekali. Tahun ini jadi tidak diumumkan asrama mana yang menang", suara Renjun melirih.

"Semakin tua tingkatan kita, menang atau kalah tidak membawa dampak menyenangkan lagi", ujar Jaemin.

"Iya, tapi murid tahun pertama tidak merasakan sensasinya", kilah Renjun.

Mark memandang Renjun kemudian berpaling pada Jaemin. Awalnya dia hendak menyapa, tapi mengapa mereka jadi adu agrumen begini. "Sudahlah, masih ada kesempatan di tahun berikutnya", kata Mark mencoba melerai mereka.

"Renjun!", suara teriakan terdengar dari salah satu rumah. "Bawa masuk tamumu! Tidak baik membiarkan tamu berdiri di depan rumah terlalu lama!"

"Ibumu", Mark memberitahu. Ia menunjuk jendela yang kerainya terbuka. Di situ ada Ibu Renjun yang mengawasi. "Masuklah, nanti Ibu Wendy berteriak lagi"

Renjun memutar bolanya malas. Ibunya terlalu patuh terhadap adat. "Baiklah, hyung. Kita akan berbicara lagi nanti", tangan Renjun membuka pagar kayu rumahnya. "Setelah natal, kami akan mengunjungimu, hyung", pesannya sebelum membiarkan Jaemin masuk.

Mark mengangguk.

...

Liburan tahun keempat dipakai Jaemin untuk berkunjung ke rumah Renjun. Sengaja karena dia sedang tidak ingin berjauhan dengan pemuda mungil itu. Sebelumnya dia juga tidak merencanakannya, langsung terpikirkan waktu mereka makan siang bersama.

Orakel: Mimpi di HogwartsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang