Main cast:
Renjun
Jaemin
Haechan
Yangyang
Shuhua
And any others
Sorry for typos and happy reading!
...
Renjun tak menyangka lapangan Quidditch diperbolehkan menjadi arena berduel. Walaupun duel nanti tidak akan menyebabkan kerusakan besar, tapi sedikit kurang nyaman karena di kursi penonton terisi oleh beberapa murid. Renjun tidak suka menjadi tontonan orang lain, apalagi bagi mereka yang sedang bertaruh untuk kekalahan Shuhua. Selain murid Tahun Kelima, Renjun bisa mengenali beberapa wajah dari tahun yang berbeda. Bahkan Renjun melihat Jisung si anak kikuk itu! Mungkin mereka sengaja membolos kelas untuk menonton pertarungan semi hidup dan mati ini.
Di bangku penonton, Haechan dan Yangyang duduk bersebelahan. Mereka datang untuk menyemangati Jeno serta Renjun. Terkhusus Renjun, Haechan benar-benar akan membuka matanya dengan lebar. Dia masih belum merelakan Renjun ikut turnamen yang sebentar lagi dimulai. Ramuan Babbling itu rupanya tidak terlalu manjur untuk membuat Renjun kapok.
Renjun dan Shuhua masuk berdampingan. Berbeda dari sebelumnya, Shuhua tampaknya dalam dirinya yang sebenarnya. Pandangan matanya menusuk dan dia memasang wajah serius. Sementara Renjun, dia seperti anak kucing yang masuk di kandang singa.
"Shuhua," panggil Renjun. "Kamu tidak takut?"
Shuhua menoleh, cukup terkejut pada Renjun yang menanyai seperti itu. Dia tertawa kecil, "Apa kamu takut?" tanyanya balik.
Renjun salah tingkah. Bukannya dia takut karena turnamen ini, "Ya, melihatmu bertampang keras membuatku agak takut."
Tawa Shuhua mengalun. "Ah, begitu. Maaf, aku hanya ingin fokus. Disamping supaya tidak ada yang meremehkan kita berdua."
Sekali lagi Renjun mengangguk. Dia tidak terlalu mengerti cara berpikir seorang perempuan. "Tapi kapan mulainya?" tanya Renjun. "Tidak ada aba-aba?"
"Entahlah," jawab Shuhua pendek.
Renjun melihat sekelilingnya. Beberapa ia mengenal murid yang ikut turnamen, terutama yang seasrama dengannya. Sanha dan Sunwoo terlihat biasa saja, mungkin jika Renjun melawan keduanya bersama Shuhua, kemungkinan menang cukup nyata. Namun bila melihat Karina dan Nancy, Renjun tidak yakin. Keduanya perempuan dan itu bukan berarti mereka mudah dikalahkan.
Mata Renjun tak sengaja bertatapan dengan Jeno. Demi apapun itu, Jeno terlihat mendominasi. Dia tersenyum ke arah Renjun dan sepertinya mengangguk kecil. Entah apa maknanya, tapi Renjun membalas senyuman itu. Renjun tidak sempat membahas betapa kuatnya Jeno kepada Shuhua, toh sepertinya perempuan itu sudah mengetahuinya. Meskipun Renjun tidak kenal dengan partner yang menemani Jeno, tapi tetap saja mustahil untuk menang.
"Hei, Jeno-mu berpasangan dengan seorang perempuan. Kau tak cemburu?" goda Yangyang sambil menyenggol sikut Haechan berkali-kali.
Haechan memejamkan matanya. Sebelumnya dia tidak mengerti mengapa Jeno memilih Serim sebagai partnernya. Haechan tahu jika pengetahuan Serim terhadap sihir hitam begitu luas, tapi bukankah lebih menguntungkan bila Jeno berpasangan dengan Baejin?
"Diamlah, aku tidak ingin membahasnya," kata Haechan jengah. Dia tidak minat untuk mengungkit kembali topik tersebut.
"Ya sudah," Yangyang mengangkat kedua bahunya, lalu matanya beralih pada segerombolan murid yang berpakaian warna hijau. "Wah, sepertinya ada pemain baru."
KAMU SEDANG MEMBACA
Orakel: Mimpi di Hogwarts
FanfictionTamat di Karyakarsa & Trakteer Judul sebelumnya: Renjun, peka dong! Hanya cerita sedikit dari Renjun dan teman-teman di sekolah sihir. Tapi tidak "sesedikit" dari yang diketahui Renjun selama ini ataupun yang diyakininya. Mungkinkah dia salah mengir...