Main cast:
Renjun
Na Jaemin
Haechan a.k.a Lee Donghyuck
Lee Jeno
Sorry for typos and happy reading!
...
Tidak terasa tahun pertama di sekolah sihirnya telah berakhir. Perlu Renjun akui, susah senang sudah banyak dilaluinya di tahun ini. Banyak hal yang terjadi dan Renjun belajar sekaligus menikmatinya. Ia tidak menyangka sekolah sihir akan membawanya kepada orang-orang yang selalu dirumorkan buruk tapi ternyata ada yang mempunyai hati baik. Tentu saja Renjun bahagia mendapatkan teman-teman dari golongan penyihir darah murni. Sebab mulanya ia ketakutan apabila nanti dipojokkan karena bukan berasal dari darah murni sebelum ia dipertemukan dengan Haechan dan kawan-kawan. Entah itu bisa dikatakan bagus atau tidak, ia tidak mau ambil pusing.
Makan malam penutup tahun sudah selesai sekitar setengah jam yang lalu. Masih terngiang jelas bagaimana suasana meriah ketika semua murid menyelesaikan masa belajarnya di tahun ini. Renjun sendiri cukup puas atas hasil kerja kerasnya di tahun pertama ini. Tidak sia-sia ia selalu belajar sampai larut malam untuk bisa bersaing dengan murid-murid lainnya. Dalam hati sebenarnya Renjun sangat berterima kasih kepada Jaemin yang dengan sabar mengajari ilmu-ilmu sihir yang tidak diketahuinya. Ia akan berterima kasih pada Jaemin nanti. Kembali lagi ke hingar-bingar makan malam beberapa menit lalu. Kemeriahan itu semakin menjadi kala Kepala Sekolah mengumumkan pemenang asrama tahun ini adalah Gryffindor. Rasanya seperti mimpi dan Renjun akan selalu memimpikan ini disetiap tidurnya.
"Sudah tidak ada yang tertinggal?", tanya Jaemin yang sedang dipunggungi oleh Renjun.
Mereka sudah berada di kamar. Sekarang ini Renjun sedang berkemas-kemas, memasukkan beberapa pakaian dan buku-buku ke dalam tas ranselnya. Besok ia akan langsung pulang ke rumah sebab ia sudah sangat merindukan keluarganya.
Renjun mengangguk riang. "Sudah". Bibirnya tidak lelah menyunggingkan senyum bahagia sedari tadi. Hal ini membuat Jaemin juga ikut tersenyum karena si pujaan hati terlalu imut untuk dipandang. "Yang tadi sungguh menyenangkan. Terlebih asrama kita menang!", pekik Renjun sambil mengangkat kedua tangannya di udara.
Meskipun dalam keadaan senang, tapi Renjun sadar kalau tubuhnya sudah menjerit lelah. Ia membawa dirinya terlentang di ranjang miliknya setelah mendengus pendek. Mata rubahnya menatap langit-langit kamar, nampak biasa saja malah cenderung membosankan. Ah, naifnya Renjun. Paling besok malam ia akan tidur di kamarnya sendiri lalu merindukan langit kamar asramanya dan juga Jaemin. Ya, dia akan merindukan penyihir muda berbakat itu.
"Sebagai muggle, kau cukup diperhitungkan"
Renjun menaikkan kepalanya sedikit. Matanya mengintip Jaemin yang masih duduk di kursi mejanya. Tampan dan manis disaat bersamaan. Cepat-cepat Renjun mengambil bantal dan menutupi wajahnya. Pipinya terasa panas ketika matanya bersinggungan dengan wajah Jaemin.
"Kamu juga loh", balas Renjun malu. Ia sedikit berpikir. Mencoba bernostalgia hari di mana Jaemin menunjukkan keahliannya dan semua orang terpukau melihatnya. "Kamu belajar Flipendo sangat cepat Jaemin.. Profesor Cho saja memujimu waktu itu", seru Renjun.
Ah, sekarang Jaemin ingat. Peristiwa itu terjadi sekitar pertengahan tahun pertama di Charms Class dan sedang mempelajari sihir Flipendo. Sebenarnya itu bukanlah hal yang hebat-hebat sekali bagi Jaemin. Pasalnya dia memang sudah bisa melakukannya dan di sini ia tinggal mengulang saja. Tidak bermaksud sombong kok.
KAMU SEDANG MEMBACA
Orakel: Mimpi di Hogwarts
FanfictionTamat di Karyakarsa & Trakteer Judul sebelumnya: Renjun, peka dong! Hanya cerita sedikit dari Renjun dan teman-teman di sekolah sihir. Tapi tidak "sesedikit" dari yang diketahui Renjun selama ini ataupun yang diyakininya. Mungkinkah dia salah mengir...