Main cast:
Renjun
Haechan
Jaemin
And any others
Sorry for typos and happy reading!
...
Kelas pertama yang dihadiri Renjun adalah Charms Class. Sebelum tiba di kelas, Renjun mendapati dirinya yang sudah sendiri di kamar. Entah kemana perginya Jaemin. Setahunya kelas yang paling pagi adalah kelas jam sembilan. Barangkali Jaemin sarapan terlebih dahulu tanpa mengajak atau menungguinya.
Rupanya ia dan Jaemin satu kelas saat Charms Class. Jaemin duduk di hadapannya. Kalau Renjun lihat, sepertinya di kelas ini hanya berisi murid dari Gryffindor dan Ravenclaw. Renjun sedikit lesu. Padahal ia berharap bisa sekelas dengan Haechan.
Atensi Renjun teralihkan oleh sinar terang dari arah depannya. Penglihatannya sedikit silau akibat perbuatan Jaemin yang sedang mencoba sihir Lumos. Renjun takjub dengan cahaya yang muncul dari tongkat sihir Jaemin.
Benar, dia belum mencoba sama sekali memantrakan Lumos.
Dari tadi Renjun hanya diam menggoyang-goyangkan tongkat miliknya. Baiklah, ini saatnya untuk Renjun mempraktikkannya. Tangannya mulai digerakkan secara serius dan bibirnya terbuka kecil.
"Lumos", bisiknya pelan.
Renjun agak kecewa ketika melihat hasil sihirnya. Cahaya yang keluar tidak seterang milik Jaemin. Bahkan kalau Renjun perkirakan, Lumos miliknya hanya mampu menerangi sejengkal penglihatannya saja untuk di tempat gelap. Renjun miris menatap cahaya dari tongkat sihirnya.
"Wow, Renjun! Saya sudah lama tidak melihat Lumos yang berwarna kebiruan seperti itu. Walaupun tidak seterang punya Jaemin, kalau dilatih terus pasti bisa lebih baik lagi. Ten points for Gryffindor!", kata Profesor Cho.
Semua mata memandang Renjun. Beberapa murid memberikan tepuk tangan untuk Renjun. Mulanya Renjun yang sendu melihat hasil sihirnya menjadi gembira usai mendapat pujian ditambah pula ia mendapatkan poin untuk asramanya.
Renjun menuju lantai bawah. Hari ini ia ada dua kelas yang harus dihadirinya. Pertama Charms Class tadi dan selanjutnya adalah Potions Class. Renjun turun dengan agak tergesa. Seingat dia Potions Class selantai dengan asramanya Haechan. Namanya juga Renjun, ia akan semangat untuk bertemu teman ularnya itu.
Sayangnya kelas akan dimulai sebentar lagi dan Renjun belum sempat bertemu dengan Haechan. Berat hati Renjun masuk ke dalam kelas. Semangatnya entah lenyap ke mana.
"Renjun!"
Renjun menaikkan wajahnya. Haechan yang duduk tidak jauh darinya sedang menggerakkan tangan heboh sebagai isyarat Renjun duduk di sebelahnya. Dengan cepat Renjun langsung menghampirinya.
"Haechan! Luar biasa, kita sekelas! Padahal aku berniat menemuimu di depan asramamu tadi", cerita Renjun.
Haechan terkekeh mendengar celotehan Renjun. Tapi mendadak berhenti karena Haechan merasa ada yang mengawasinya.
"Uh, Ijunie, apa kamu kenal pemuda Gryffindor berambut pirang itu?", tanya Haechan terang-terangan sambil menunjuk orang yang dimaksud.
Mata Renjun mengikuti telunjuk Haechan dan langsung memutar bola matanya saat tahu siapa orang yang dimaksud Haechan.
"Dia Jaemin, teman sekamarku"
"Begitu? Dia memperhatikan kita sedari tadi"
Renjun berdecak. "Biarkan saja. Memang dia orang aneh"
"Hush, Injunie tidak boleh begitu. Nanti kalau cinta bagaimana? Nanti kamu akan- ADUH! SIAPA YANG-"
Mata Renjun terbelalak, sama halnya seperti Haechan sekarang.
"Ehe, Profesor", cengir Haechan.
"Lee Donghyuk. Darah murni yang suka memalukan Slytherin saja!", marah Profesor Choi.
Haechan yang mau memaki menjadi mengurungkan keinginannya saat tahu yang memukul kepalanya adalah Profesor Choi Minho. Dalam hati ia merutuki kenapa juga harus Profesor satu ini yang mengajar di Potions Class. "Saya hanya sedang mencoba menjadi diri saya sendiri Profesor", sahut Haechan yang masih mengusap-usap kepalanya, sedangkan Renjun sudah diam tidak berani berkata.
Keberuntungan sepertinya tidak sedang berpihak kepada Haechan pasalnya Profesor Choi malah menarik telinga Haechan. "Beraninya menjawab!", seru Profesor tepat di telinga Haechan.
"S-sakit"
Tangan Profesor Choi menarik kuat-kuat sebelum melepaskannya. Ia berjalan ke tengah ruang untuk memulai kelas hari ini. Renjun menatap Haechan dengan tatapan tidak terbaca.
"Namamu Lee Donghyuck? Terus siapa Haechan?", tanya Renjun heran.
Haechan mendengus kencang. "Bukannya tanya bagaimana keadaanku malah itu yang kamu tanyakan?!"
"Donghyuck! Belum jera juga ya ternyata!"
Tubuh Haechan menegang. "M-maaf, Profesor"
Sepertinya Haechan perlu belajar apa itu yang namanya hati-hati.
Kelas telah berakhir. Haechan buru-buru keluar guna tidak seruangan lagi dengan Profesor Choi. Hal ini justru mengundang tawa bagi Renjun. Bagaimana tidak, saat berlangsungnya kelas tadi, Haechan justru tertidur dan berakhir dengan Profesor yang memberikan hukuman dengan meminta Haechan membuat data tentang berbagai macam ramu-ramuan.
"Ada dendam kesumat apa Profesor itu sebenarnya", omel Haechan setelah mereka agak jauh dari kelas. "Mukanya saja yang bagai malaikat, kalau marah juga sudah tidak rupa", maki Haechan.
Renjun sendiri hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Tidak habis pikir dengan kawannya ini. "Serius, kamu Slytherin?"
Haechan mendelik. "Kamu kira Topi Seleksi salah menyeleksiku begitu?!"
"Ya soalnya kamu-"
"Aku tidak mau mengungguli", potong Haechan.
Renjun diam. Dia tidak menyangka akan bertemu dengan penyihir darah murni yang bermodelan seperti Haechan. Dalam benaknya, Renjun selalu mengira penyihir darah murni punya sifat suka mengintimidasi penyihir yang bukan berasal dari darah murni.
"Ijunie, kenapa melamun?", sadar Haechan dengan menggoyangkan tangannya di depan mata Renjun.
"Ah, maafkan aku"
"Tidak apa. Itu Jaemin sudah keluar kelas. Apa kamu mau kembali ke asrama dengannya?", tanya Haechan sambil menunjuk Jaemin.
"Tidak. Lagi pula sepertinya dia sedang ingin menemui seseorang", komentar Renjun.
Secara tidak langsung keduanya saling memerhatikan Jaemin yang berjalan ke sudut lorong. Pergerakannya biasa saja, cenderung santai. Hanya bermodalkan kebiasaan itu saja sudah banyak mendapatkan tatapan mata penasaran dari murid-murid lain, termasuk Renjun.
Tidak berselang lama, orang yang ditunggu Jaemin tiba juga. Dia langsung mendekat ke tempat Jaemin berada sambil memberikan senyum manisnya. Begitu saja sudah membuat beberapa orang berteriak kecil bagi yang tidak kuat batinnya. Renjun mengernyit karena Haechan juga ikut memekik.
"Ada apa?", tanya Renjun yang agak jijik pertama kali mendengar pekikan suara Haechan.
"Astaga! Itu kan Jeno!"
"Jeno?", ulang Renjun. Sepertinya dia menjadi manusia paling bodoh sekarang.
Mungkin karena suara Haechan yang terlalu kencang, Jaemin dan Jeno sontak menoleh ke arah Renjun dan Haechan berdiri. Mereka berempat saling bertukar pandang.
Bersambung
Note:
Asik, Renjun dkk udah mulai kelas! Sampai ketemu di chapter selanjutnya yaa
KAMU SEDANG MEMBACA
Orakel: Mimpi di Hogwarts
FanfictionTamat di Karyakarsa & Trakteer Judul sebelumnya: Renjun, peka dong! Hanya cerita sedikit dari Renjun dan teman-teman di sekolah sihir. Tapi tidak "sesedikit" dari yang diketahui Renjun selama ini ataupun yang diyakininya. Mungkinkah dia salah mengir...