02. ZONA MERAH

401 78 27
                                    

Malam sudah cukup larut, Jam 10 malam Allysia baru tiba dirumah Bundanya─ Sandra Agatha. Allysia menutup pelan pintu rumahnya, berharap Bundanya ataupun Asisten rumahnya tidak terbangun atas kedatangan dirinya.

"Darimana, Jalang?" seru Sandra yang baru saja turun dari tangga rumahnya.

"B-Bunda belum tidur?" gugup Allysia memundurkan langkahnya.

"Dapet berapa juta hari ini? abis Jual diri ya?" celetuk Sandra tanpa rasa belas kasihan sedikitpun.

Air mata perlahan mulai meluruh bebas satu persatu dari pelupuk mata Allysia, hatinya sakit dan perih bukan main dihina oleh orang tua sendiri, terlebih lagi.. dibilang Jual diri.

"B-Bunda ngomong apaansih?" ujar Allysia dengan suara bergetar hebat.

PLAK.

Satu pukulan papan Kayu berhasil mendarat di punggung Allysia dengan keras, "JAWAB! DARIMANA JALANG!" pekik Sandra keras tepat ditelinga Allysia.

Lidah Allysia seolah kelu tak bisa menjawab apapun, semuanya terasa menyakitkan sehingga untuk berbicara saja Allysia sudah tidak mampu. Ia hanya bisa menunduk dalam-dalam sembari menahan tangisnya sekuat tenaga.

PLAK.

Pukulan papan kayu kedua terdengar nyaring ketika di daratkan dipunggung Allysia untuk yang kedua kalinya.

"JAWAB!" pekik Sandra keras tepat ditelinga Allysia.

"D-dari r-rumah Ayah" balas Allysia dengan suara dan bahu yang bergetar hebat.

PLAK!

PLAK!

PLAK!

Tiga pukulan beruturut-turut itu mendarat di punggung Allysia lagi, pukulannya tak kalah kencang, Allysia sendiri merasa seluruh tulang punggungnya sudah remuk sekarang.

"ANAK GAK BERGUNA KAMU!"

PLAK!

"NGAPAIN KAMU KE AYAHMU ITU HAH?!"

"ANAK DAN AYAH SAMA-SAMA GAK BERGUNA!"

PLAK!

"ANAK MANJA! BISANYA CUMAN NGADU!!"

PLAK!

"CUKUP BUNDA!" tegas Allysia.

"Salsa minta maaf" sambungnya pelan lalu segera berlari menaiki tangga meninggalkan Sandra.

"KURANGAJAR KAMU JALANG! ANAK HARAM!" pekik Sandra keras meneriaki Allysia yang sudah menutup pintu kamarnya keras-keras.

Allysia menutup pintu kamarnya dengan terburu-buru, sekujur tubuhnya bergetar hebat, energinya seketika terkuras habis, nafasnya terpenggal-penggal.

Tangannya yang bergetar hebat berusaha merambat kearah meja untuk meraih obat yang diberikan Kak Mega untuknya.

Rasanya untuk sebatas mengambil obat saja Allysia sudah tidak berdaya, namun ia harus segera meminum obatnya sebelum dirinya semakin hilang kontrol.

Setelah berusaha semaksimal mungkin, kini kedua tangannya sudah memegang satu butir pil dan satu gelas air putih.

Tangannya semakin bergetar hebat ketika ingin memasukkan pil kedalam mulutnya, namun dengan segera gadis itu meneguk airnya agar pil segera tertelan.

Setelahnya, ia menaruh gelas itu dengan asal, tubuhnya jatuh lunglai ke lantai kamarnya, tenaganya benar-benar habis, ia kehilangan seluruh energinya.

Hingga tanpa sadar, matanya mulai terpejam, Allysia mulai tertidur, itu merupakan salah satu efek dari obat yang diberikan Kak Mega.

***

Tentang AllysiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang