Sudah empat hari pertengkaran mereka sejak hari itu, sejak saat itu pula tak ada salah satu dari mereka yang rela menurunkan egonya untuk saling bertegur sapa. Statusnya masih berpacaran, namun keadaan mereka layaknya dua orang asing.
Kali ini, Allysia benar-benar harus mengalah, lagi. Gadis itu sudah berada di depan pintu rumah Nathan, ia ingin memencet bel rumah itu dengan ragu namun pada akhirnya tangan gadis itu terulur untuk memencet bel rumah itu.
Tak lama setelahnya, pintu terbuka menampilkan Nathan dengan kaus hitam dan boxer minion yang melekat di pahanya.
"A-al?"
"Hai!" sapa gadis itu ceria. Seolah tak terjadi apa-apa.
"Kangen aku, nggak?" tanya Allysia masih dengan senyuman lebar di wajahnya.
Tatapan Nathan menyendu melihat gadisnya yang ceria, seolah berusaha melupakan masalah mereka demi kelangsungan hubungan mereka.
Perlahan, Nathan mengangguk.
"Mau peluk?" tawar Allysia membuka tangannya lebar-lebar.
Tanpa perlu waktu lama lagi, Nathan segera mendekap erat tubuh mungil milik Allysia. Ia mengangkat tubuh mungil yang terasa sangat ringan itu.
"Damn, Nathan! I miss that girl so much!" teriak Nathan di dalam hatinya sendiri sembari mengeratkan pelukannya pada gadis itu.
Persetan dengan emosinya kala itu, yang jelas ia sangat merindukan gadis yang kini berada di pelukannya ini.
Allysia perlahan mengendurkan pelukannya sehingga netranya bertubrukan dengan netra hitam milik Nathan yang masih menyendu. Tangan cowok itu masih setia berada di pinggang Allysia.
"Aku minta maaf, ya," ujar Allysia tulus, mengelus rambut cokelat milik Nathan.
"Minggu kemarin aku ke Singapura, ketemu A Deven, aku kangen banget sama dia. Sekalian refreshing, makanya gak buka handphone sama sekali. Aku minta maaf, ya?" Allysia berujar sembari mengelus lembut surai cokelat Nathan, ia berujar seolah-olah semua itu benar-benar terjadi. Padahal kenyatannya tidak sama sekali.
Allysia bukan refreshing.
Tapi stress dengan gaya.
Nathan mengulas senyumnya, mengelus lembut pipi gadis itu. "Lain kali, jangan buat aku khawatir lagi, sayang."
Allysia tersenyum getir lalu mengangguk. Bahkan sepenggal kata maaf pun tak keluar dari mulut Nathan, memang Allysia saja yang terlalu berharap Nathan menjelaskan semuanya dan meminta maaf kepadanya.
"Tebak aku bawa apa?!" Allysia mengalihkan topic pembicaraan, tak ingin larut dalam lara.
"Mmmm.. nasi goreng?" tebak Nathan.
"TETOTT! SALAHH!"
"Tebak lagiii!"
"Martabak manis?"
"SALAH LAGIII!"
"Apaa dongg?" rengek Nathan hampir menyerah.
"Ayoo masuk dulu, ih! Dari tadi di depan pintu muluu!" Allysia mengenggam jemari Nathan, menarik tangan cowok itu untuk memasuki rumah.
Setelah keduanya duduk di ruang tamu, Allysia merogoh isi tasnya, mengeluarkan satu kotak bekal dari dalam tasnya.
"TARAA! Sushi kesukaan Nathan alias kesukaan kesayangan akuuu!" heboh Allysia membuka kotak bekal itu.
Kedua mata Nathan berbinar antusias melihat sushi yang terbentuk rapih. "Kok tau aku lagi mau sushi?!" tanya Nathan mencubit kedua pipi Allysia dengan gemas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Allysia
Teen FictionMalam itu... yang seharusnya menjadi akhir dari hidup Allysia, justru malah membuat Allysia membuka lembaran baru. Semua karena lelaki yang saat ini menjadi pacarnya, Nathanio Rajendra.. dia adalah alasan mengapa Allysia mengurungkan diri untuk meng...