04. GARIS BATAS

341 69 28
                                    

Hampir seharian ini Allysia menghabiskan waktunya di dalam kamar, baginya, kegiatan saat weekend yang cocok hanyalah menghabiskan waktu diatas kasur king sizenya.

Dan memang moodnya naik turun secara drastis, membuat dirinya lebih baik di dalam kamar daripada bertingkah aneh di luar rumah, Allysia sedang malas meminum obatnya.

Sedang asyik dalam lamunannya, suara ketukan pintu terdengar dari indra pendengaran Allysia.

Allysia berjalan mendekat kearah pintu lalu membuka kenop pintu secara perlahan.

"Bi Sukma? kenapa?" tanya Allysia.

"Ada Nathan di depan non" jawab Bi Sukma.

"O-oh oke Bi" ragu Allysia.

"B-Bunda ada dirumah bi?" tanya Allysia, yap. Ia ragu karena takut Sandra mengetahui Nathan menghampirinya, bisa habis dia.

"Tadi siang pulang, tapi barusan berangkat lagi non"

Allysia menghembuskan nafasnya lega, "Hufft, yaudah makasih ya bi" ujar Allysia lalu berjalan turun dari tangga rumahnya, menemui Nathan yang sudah menunggu di depan.

"Nath?"

"Ngapain kesini?" tanya Allysia polos.

Kedua mata Nathan membelalak "Kamu bilang ngapain?!"

"Loh.. iya.. kamu ngapain kesini?" tanya Allysia.

Nathan menghembuskan nafasnya kasar, memang susah kalau memiliki pacar yang lemot nya bukan main.

"Gila ya kangen lah!" celetuk Nathan mengacak rambut Allysia dengan gemas dan kesal.

"Ohh ciee kangenn, bilang dong" goda Allysia mencolek pipi Nathan.

"Nye nye nye"

"Lagian kamu sih, kenapa ga berangkat Jumat kemarin?" todong Nathan.

"Naaaath, kan aku udah bilang, aku terlambat dan gak dibukain gerbang" ujar Allysia berbohong.

"Bener? gak ada lagi?"

"Gak ada sayang"

"Yaudah" jutek Nathan sembari menyubit gemas pipi pacarnya itu.

"Kamu mau kemana? kok rapih banget?" tanya Allysia menatap Nathan dari ujung kepala sampai ujung kaki yang nampak sangat rapih tak seperti biasanya, Cowok itu juga membawa mobil, padahal hari-hari biasa ia selalu menggunakan motor.

"Ke.."

"Ke Gereja"

Deg.

Satu kata yang membuat dada Allysia seperti dihujam batu yang sangar besar, Sesak sekali setiap mengingat ada tembok besar dan kokoh diantara mereka.

"Ah, ya.. yaudah.. mau berangkat sekarang?" ujar Allysia seolah kehilangan kata-kata.

"Iya, kamu udah Shalat ashar?" tanya Nathan dengan perasaan campur aduk.

Kalau ditanya apakah Nathan juga merasa Sesak? Jelas sesak luar biasa, berkali-kali keduanya ditampar oleh keadaan bahwa mereka berbeda, mereka tidak searah, mereka berbeda tujuan, tidak seharusnya mereka bersama.

"Udah dong" jawab Allysia berpura-pura ceria walau dada nya masih terasa sakit, sesak.

"Anak pinter! pacar aku gitu lohh!" gemas Nathan sembari mengacak rambut Allysia.

"Yaudah aku berangkat dulu ya" ujar Nathan.

Allysia mengangguk sembari tersenyum simpul.

"Habis Maghrib jangan lupa ngaji sayang" teriak Nathan yang mulai menjauh dari pandangan Allysia.

Tentang AllysiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang