Kedua jemari itu saling mengeratkan genggamannya satu sama lain di bawah awan malam yang bertabur bintang, membuat malam itu menjadi lebih berkesan di memori ingatan mereka, Nathan dan Allysia.
Malam ini, keduanya memutuskan untuk mampir ke pasar malam sebentar, entah untuk sekedar membeli gulali ataupun permen kapas.
"Mau beli apa?" Nathan menoleh menatap wajah gadisnya itu yang sedang tersenyum memandangi anak kecil yang bersenda gurau dengan orang tuanya.
"Al?" panggil Nathan pelan.
Allysia tak menoleh, gadis itu terlalu fokus pada pemandangan di depannya.
Nathan perlahan mengelus punggung tangan Allysia. "Sayang."
Allysia mengerjap terkejut. "I-iya Nath?" kikuk Allysia, wajahnya merona seperti kepiting rebus. Sudah hampir dua tahun mereka bersama, tak jarang pula Nathan memanggil Allysia dengan sebutan 'sayang' namun respon tubuh Allysia tetap sama, yaitu 'merona.'
Ah untung saja ini malam, jadi ia tak perlu repot menutupi wajah merahnya di depan Nathan.
"Kenapa? Fokus banget sama anak kecil itu."
"Lucu," dusta Allysia.
Nathan menyunggingkan senyumnya gemas mendengar jawaban Allysia, tangannya terulur mengacak rambut gadis itu lalu membawa gadis itu ke dalam rangkulannya.
"Mau beli apa?" tanya Nathan.
Allysia nampak berfikir sejenak. "Emm apa ya, bingung, tapi aku mau baik kemidi putar," pinta Allysia memohon.
"Emang nanti gak pusing?"
Gadis itu menggeleng kuat. "Nggak! Ayo naik yuk ayoo," pinta Allysia memelas dengan puppy eyesnya.
Nathan menghela nafasnya pasrah. "Yaudah, aku beli tiketnya dulu."
Allysia berteriak kegirangan mendapat persetujuan dari Nathan, sudah lama sekali rasanya tak menaiki kemidi putar.
"Happy banget kayaknya," celetuk Nathan menatap fokus gadis di hadapannya yang sudah memandang pemandangan dari atas kemidi putar.
"Happy dong, aku udah lama banget tau nggak naik kemidi putar."
"Hari minggu main basket bareng yuk," ajak Nathan antusias.
Allysia sontak menoleh sepenuhnya kepada Nathan, tak salah mengajak orangkah pacarnya ini? "Kamu nggak salah ngajak?" Allysia memastikan.
Nathan terkekeh melihat raut wajah bingung Allysia, tangannya terulur mencubit pipi kiri gadis itu dengan gemas. "Ya enggak lah! Emang salah ngajak pacar sendiri main basket?"
"Ya.. enggak sih, cuman kaget aja ih tiba-tiba ngajak main basket bareng," balasnya.
"Sekalian belajar kamunya, katanya mau belajar main basket?"
Allysia membalas anggukan semangat. "IYA! MAU! HARI MINGGU YA!" cerca Allysia semangat.
"Siap ibu bos!"
"Nath! Abis naik ini kita ke situ yuk!" Allysia menunjuk lapangan yang kosong tanpa diisi oleh pedagang ataupun penyewa mainan, hanya ada beberapa orang yang memilih bersantai disitu sambil menikmati angin malam.
Nathan mengikuti arah yang di tunjuk Allysia. "Boleh, ayo. Kamu mau jajan gak? Gulali mau?" tawar Nathan. Ia tau betul, Allysia tak akan menolak kalau soal makanan manis.
Lagi-lagi Allysia mengangguk antusias. "MAU! MAU! kita beli gulali dulu ya!"
Nathan mengangguk, mencubit kedua pipi gadisnya itu dengan gemas. Ingin sekali mengigit pipi Allysia keras-keras saking gemasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Allysia
Teen FictionMalam itu... yang seharusnya menjadi akhir dari hidup Allysia, justru malah membuat Allysia membuka lembaran baru. Semua karena lelaki yang saat ini menjadi pacarnya, Nathanio Rajendra.. dia adalah alasan mengapa Allysia mengurungkan diri untuk meng...