10. RASA BERSALAH

276 58 46
                                    

Suasana malam yang dingin pekat sangat terasa, angin malam itu menusuk permukaan kulit Nathan yang kini sedang berdiri di balkon rumahnya.

Rasa bersalah itu benar-benar menggerogoti isi kepalanya, padahal ia melakukan itu agar Allysia bisa sadar sepenuhnya bahwa mereka memang tidak bisa bersama.

Sudah hampir dua hari Nathan tidak tidur semenjak hari sabtu. Cowok itu benar-benar merasa bersalah terhadap Allysia.

Ia menyesal, sangat menyesal. ingin sekali rasanya mengetahui keadaan gadis itu saat ini juga, ingin rasanya menemui saat ini juga. Namun ia terlalu malu walau hanya sekedar muncul di hadapan Allysia.

"ANJING! ANJING! ANJING!" teriak Nathan kuat memukul samsak tinju yang tepat di sampingnya.

"Bangsat lo bego Nathan!" teriak Nathan lagi tak ada henti-hentinya memukul samsak tinju.

Bahkan angin malam tak dapat menghilangkan keringat yang bercucuran di dahi Nathan. Cowok itu meluapkan seluruh emosinya melalui tonjokan.

Beruntung saat ini ia sedang sendiri, kalau saja ada teman-temannya, mungkin mereka yang akan menjadi sasarannya.

"GUE HARUS APA ANJING!" teriak Nathan menghadap kearah langit malam.

Saat ini, Nathan seolah mengeluarkan sisi gelap yang ada pada dirinya. Sisi gelap ini bahkan hampir tak pernah keluar satu tahun belakangan ini, tepatnya setelah ia bersama Allysia.

Tapi ketika ia menyakiti Allysia, sisi gelap itu seolah muncul dengan sendirinya. Nathan yang ceria, pemecah suasana hari ini seolah menghilang begitu saja, Hari ini, Nathan seperti Nathan yang lain.

Cowok itu meraih silet yang terletak di meja balkon rumahnya, ia mencengkeram keras silet itu, tangannya mengeluarkan banyak darah segar.

Sreeeett.

Nathan menyayat habis samsak tinju dari atas sampai bawah menggunakan silet itu dengan penuh emosi, sementara tangannya sudah dilumuri darah segar akibat dirinya mencengkeram silet.

"Maafin aku, Al." lirih Nathan, nada bicaranya mulai berubah. deru nafasnya terengah-engah.

***

Kantin SMA Trisakti bisa terbilang sedang ramai-ramainya, Allysia, Cila, dan Claudia baru saja melangkahkan kakinya memasuki kantin.

Allysia langsung mengedarkan pandangannya mencari seseorang yang ia cari, Nathan.

Tak lama, Allysia menemukan Nathan yang sedang duduk di pojok kantin bersama Rayen, Alvaro, dan Nugraha. Hari ini, cowok itu nampak berbeda dari sebelumnya, dari jauh saja kantung matanya nampak menghitam. Nathan terlihat seperti tak ada semangat hidup hari ini.

Padahal biasanya ia yang paling ceria diantara teman-temannya, tapi kali ini ia terlihat sangat lesu, hanya menunduk dan diam saja. hal itu mampu membuat hati Allysia berdesir ngilu.

"Nyari siapa?" tanya Claudia to the point.

"Kita duduk bareng Rayen sama yang lain kan?" tanya Allysia menatap Claudia dan Cila bergantian.

"Nggak." sahut Cila dan Claudia kompak.

"Kok nggak?" tanya Allysia bingung.

"Biasanya kan kita juga duduk disitu kali, kenapa sekarang enggak?"

"Gue gak mau lo deket-deket Nathan." jelas Claudia.

"Siapa juga yang dekat-deket Nathan deh?!" gerutu Allysia mengerucutkan bibirnya.

"Udah Al, pokoknya gausah duduk bareng mereka lagi, inget, lo harus move on!" perintah Cila.

"Gak mau." batin Allysia dalam hati..

Tentang AllysiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang