Allysia's Mental State

596 94 7
                                    

Tak terasa sudah satu bulan Allysia lalui, berstatus sebagai pacar Nathanio Rajendra.

Tiada harinya tanpa tawa dan senyuman bila ada disamping pacarnya itu.

Tingkah laku Nathan yang lucu, selalu menghadirkan tawa untuk Allysia dan semua orang.

Di setiap detiknya yang ia lalui bersama Nathan, Allysia tak ada hentinya mengucapkan rasa syukur karena telah ditemukan oleh seorang Nathan, titik bahagianya.

Allysia tidak akan menyesali keputusannya, karena mengurungkan untuk melakukan bunuh diri pada minggu kemarin.

Tapi Allysia menyadari satu hal..

Dua bulan belakangan ini, mood nya kadang bisa turun drastis atau naik drastis secara tiba-tiba dan itu jelas sangat menganggu aktivitas Allysia, terutama saat aktivitas di area sekolah.

Mood Allysia terkadang tidak bisa dikontrol oleh Allysia sendiri.

Terkadang badannya lelah seharian walau tidak melakukan apapun, energinya seolah olah terkuras habis padahal Allysia tidak melakukan apapun, dan itu jelas menganggu aktivitas sehari-harinya.

Dan bahkan, sebelum menjadi pacar Nathan.. Allysia pernah beberapa kali kehilangan kontrol atas dirinya sendiri.

Beberapa kali Allysia tiba-tiba membenturkan kepalanya ke tembok secara brutal dan kasar, ketahuilah.. itu semua diluar kendali Allysia.

Beberapa kali juga Allysia merendamkan dirinya di Bathtub dalam waktu yang cukup lama agar ia kehilangan nafas, dan lagi-lagi itu diluar kendali Allysia.

Allysia benar-benar hilang kontrol atas dirinya sendiri.

Dan sekarang, disini lah Allysia berada.

Dr. Mega Avanta M.psi

Itu adalah label nama yang baru saja dibaca oleh Allysia.

Iya, Allysia memutuskan untuk pergi ke psikolog untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi padanya.

Ia tidak ingin Nathan, dan teman-temannya melihat tingkah laku aneh Allysia, ia memutuskan untuk pergi ke Psikolog agar bisa kembali mengontrol dirinya sendiri.

"Allysia Mattea Salsavia" panggil seorang suster.

Allysia yang merasa namanya dipanggil, gadis itu segera terbangun dari duduknya dan memasuki ruangan Psikolog itu.

"Haaii, Allysia, ya?" sapa Psikolog ber-name tag Mega itu dengan ramah dan tersenyum manis membuat kesan cantik semakin terpancar dari wajahnya.

"Eh- Haii iya Dok" kikuk Allysia.

"Ga perlu panggil Dok, panggil Kak Mega aja, ya?" pinta Mega.

Allysia sontak sedikit terkejut "I-iya kak Mega"

"Allysia sini duduk yuk" ajak Mega sembari menarik Allysia kearah sofa empuk yang lumayan panjang, bisa untuk duduk berdua.

Mega memperlakukan Allysia layaknya teman, bukan seperti Pasien.

"Allysia kesini sama siapa?" tanya Mega lembut

"Sendirian, Kak"

Mega mengangguk paham, "Nggak sama Ayah atau Bunda?" tanya Mega lagi.

Tentang AllysiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang