08. TAK BISA BERSAMA

289 61 11
                                    

Allysia melajukan mobilnya dari halaman rumah Nathan, gadis itu baru saja datang ke rumah Nathan, padahal ini masih pukul delapan pagi. Namun sayangnya, keberuntungan sedang tak memihak pada gadis itu, Nathan tak ada di rumahnya. seolah sengaja menjauh dari Allysia.

"Lo dimana si Nath," gumam Allysia pelan. jemarinya mencengkeram stir mobil kuat-kuat.

"Apa ini emang benar-benar akhir dari hubungan gue sama Nathan?" gumam Allysia berfikir, matanya berkaca-kaca.

"Ng-nggak! gak boleh!"

"Ngapain gue hidup kalo ga ada Nathan?" rintih Allysia terdengar menyakitkan.

Allysia memilih untuk menepikan mobilnya dipinggis jalan.

Perlahan air mata gadis itu mulai meluruh semakin deras. Allysia menggigit bibir bawahnya sembari memejamkan mata, seketika memori-memori perih hidupnya seolah terputar kembali bak kaset lama.

Juga memori-memori indah walau tak banyak.

Pintu kiri mobil Allysia tiba-tiba terbuka, Allysia bahkan lupa menguncinya,

"Salsa, kenapa?" cerca Deven yang baru saja menutup pintu mobil Allysia, memasuki mobil gadis itu.

Ya, Deven yang membuka mobil Allysia secara tiba-tiba.

Allysia sempat terkejut mendapati Deven yang tiba-tiba memasuki mobilnya tanpa permisi, pasalnya mereka tak ada janji sama sekali.

"Tadi Aa ga sengaja lewat disini, liat mobil Salsa berhenti, jadi Aa langsung kesini, kenapa Sal?" 

"Aa?" lirih Allysia menatap Deven sepenuhnya.

"Sal, kenapa nangis?" tanya Deven lagi.

Allysia langsung masuk ke dalam pelukan Deven tanpa seizin kakaknya. Deven yang masih belum memahami kondisi adiknya lebih baik menenangkannya lebih dulu, cowok itu membalas pelukan Allysia serta mengelus lembut punggung Allysia guna menenangkan gadis itu.

"Cerita sama Aa, kenapa?" tanya Deven pelan-pelan melepaskan pelukannya dengan Allysia.

"D-di putusin sama Nathan," lirih Allysia pelan.

"Kok bisa?" panik Deven.

Allysia menggeleng pelan, "Dia tiba-tiba minta putus gitu aja."

"Pasti ada alesannya, gak mungkin dia tiba-tiba minta putus, setau Aa, Nathan orang yang gentle, pasti ada alesannya," sahut Deven serius.

"Kalo alesannya karena cewek lain, Aa gak akan kasih dia toleran!" sambung Deven semakin menggebu.

"Tuhan kita beda," potong Allysia membuat Deven seketika terdiam.

Sialnya Deven melupakan hal itu, seharusnya memang sudah tidak heran kalau mereka putus, tak perlu bertanya apa alasannya, jelas karena perbedaan itu.

"Aa kasih toleran gak kalo permasalahannya tentang Tuhan?" tanya Allysia kepada Deven yang masih diam mematung.

"Mungkin emang ini yang terbaik Sal," ujar Deven mengelus kedua bahu Allysia.

"Jangan maksain takdir terus," sambungnya lalu mengelus rambut Allysia.

Allysia memejamkan matanya rapat-rapat mendengar kalimat terakhir yang diucapkan Deven.

"Gue gak bisa," gumam Allysia pelan sambil menjatuhkan kepalanya di bahu Deven.

"Salsa bisa, Salsa kuat, Salsa hebat," ujar Deven tepat ditelinga Allysia lalu kembali memeluk adik kesayangannya.

***

Tentang AllysiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang