"Nathaaaan! Lapeeeer!" rengek Shela turun dari anak tangga.
Nathan yang sedang bermain PS sontak panik melihat Shela yang turun tanpa seiziinnya. "EH! EH! EH! Lo ngapain turun anjir, ah!"
"Gue lapeeer, ihhh!"
"Lo lupa peraturan di rumah ini? Lo nggak boleh turun tanpa seizin gue! Kalo temen-temen gue ke sini gimana?!" geram Nathan.
"Ya abisnya gue lapeeer, WhatsApp lo gak aktiff," rengeknya dengan nada manja.
"NAIK SEKARANG GAK LO?! Temen-temen gue mau dateng!!" perintah Nathan tegas.
"Nggak! Dibilang gue laper!"
"Ntar gue beliin makanan, sekarang lo naik dulu, takut Rayen, Nug, sama Varo keburu dateng. Buru naik elah!"
"Ummm, no! kita dinner malem ini di luar. Baru gue mau naik ke atas!" tantang Shela.
Nathan berdecak malas. "Ck! Apa-apaan sih lo?!"
"Ya udah kalo gitu gue di sini aja, biar temen-temen lo tau kalo kita tinggal satu atap!"
"Demi Tuhan lo berisik banget, Shela!" sentak Nathan.
"Oh lo nggak mau? Ya udah gue juga nggak mau naik!" ancamnya.
"Fine! Kita dinner malam ini!" final Nathan.
"Sekarang buruan lo naik!" tegas Nathan.
"Yeeeyy! Siap ganteng!" Shela bertepuk tangan riang lalu mulai menaiki anak tangga.
Nathan menghela nafas lega ketika pintu terbuka menampikkan Rayen, Nugraha, dan Alvaro, Shela sudah memasuki kamarnya.
"By one ML gas gak, Nath?" tawar Rayen langsung duduk di samping Nathan.
"Baru dateng udah ngajak by one aja najis!" cibir Nathan.
"Cupu bilang bos!" sindir Alvaro.
"Login sekarang!"
****
Allysia sedang memfokuskan dirinya ke laptop. Gadis itu kini berada di café pineapple, ia sedang berusaha memahami materi yang diberikan oleh Cila selama ia satu minggu tertinggalan pelajaran.
Perhatiannya teralih pada dua insan yang baru saja duduk diseberangnya, suara seorang lelaki dan suara seorang wanita tak asing memasuki indra pendengarannya yang membuat Allysia sontak menoleh
"Mau duduk di mana?"
"Di sini aja, Nath."
"Nathan?" batin Allysia mencelos ketika mendengar nama Nathan.
Allysia mencoba melirik perlahan. "Nathan? Shela?" batinnya bertanya-tanya.
Gadis itu bergegas memakai tudung hoodinya guna menutupi wajahnya, ia mengambil masker yang berada di kantung hoodienya lalu memakai masker tersebut.
Allysia masih membeku menatap keduanya yang sedang duduk di posisi yang terbilang sangat dekat. Ia masih mencerna pemandangan di seberangnya. Sedekat itu kah kini mereka?
Tanpa mau berpikir panjang lagi, Allysia segera menelpon Nugraha.
"Halo, Nug," ucap Allysia berbisik kepada seseorang yang berada dalam panggilan.
"Kenapa?"
"Gue mau minta tolong, tanyain Nathan ada di mana. Gue lagi berantem sama dia soalnya," ujar Allysia masih berbisik.
"Oke," sahut Nugraha dari seberang sana.
Memang meminta tolong kepada Nugraha memang suatu hal yang sangat tepat. Akan lain cerita kalau meminta tolong kepada Alvaro atau Rayen, yang ada akan di wawancara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Allysia
JugendliteraturMalam itu... yang seharusnya menjadi akhir dari hidup Allysia, justru malah membuat Allysia membuka lembaran baru. Semua karena lelaki yang saat ini menjadi pacarnya, Nathanio Rajendra.. dia adalah alasan mengapa Allysia mengurungkan diri untuk meng...