Allysia berlari kecil menuju kelas XI IPS 2, senyumannya tak luntur sejak tadi, hatinya mulai merasa tenang karena minggu kemarin ia dan Nathan sudah berbaikan. Ia tidak sabar untuk kembali duduk di jok motor cowok itu dan Nathan mengantarnya sampai rumah seperti dulu.
“Nathann!” Allysia melambaikan tangan dari pintu kelas kepada Nathan yang sedang memasukkan bukunya ke tas sekolah miliknya.
Nathan tersenyum. Lalu menghampiri Allysia.
“Seneng banget kayaknya, ada apa sih?” tanya Nathan dengan sedikit terkekeh, lalu mencubit pipi gadisnya.
“Ya seneng dongg! Hari ini kita jadi pulang bareng kaann?”
Senyum Nathan perlahan luntur, cowok itu mendadak kaku dalam sekejap.
Allysia yang menyadari perubahan ekspresi Nathan menjadi terkesiap seketika. “Eh? Kenapaa? Ada problem?”
Nathan menggaruk tengkuknya yang tak gatal. “A.. aku..”
“Nathaann, kita jadi pulang bareng kann?” Shela tiba-tiba datang dan memeluk lengan Nathan agresif yang tentu saja membuat Allysia terkejut sekaligus begidik ngeri.
“Dih? Ngapain lo tiba-tiba nyantol kayak ulet bulu? Iww!” ledek Allysia menampikkan mimik ilfeel.
“Terserah gua lah! Siapa lo ngatur-ngatur gua mau sama siapa?!”
“GAK NGATUR TAPI YA JANGAN NEMPLOK SAMA PACAR GUA LAH LOL!” bentak Allysia.
“WOW? MASIH BERANI LO NGAKU NATHAN PACAR LO SETELAH KEMARIN BERDUAAN SAMA AKBAR?!” Shela kembali memancing api amarah Allysia agar berkobar lebih banyak.
“BACOT LO! LO NGGAK TAU APA-APA!” Allysia maju beberapa langkah mendekati Shela, berniat untuk mengusir ulat bulu itu.
“Al, udah.” Nathan menahan Allysia dan menghempaskan tangan Shela yang memeluk lengannya.
“Izinin gue buat ngomong sama pacar gue dulu, setelah itu kita pulang,” ujar Nathan berharap Shela tak keras kepala.
Tak mau mendengar jawaban Shela setuju atau tidak, Nathan segera menarik Allysia beberapa langkah untuk menjauh dari Shela.
“Ngapain harus izin sama Shela? Emang dia siapa kamu? Selingkuhan?” cerca Allysia bertubi.
“Nggak gitu, Al. Mami sama Papi mau aku anter Shela pulang hari ini, kamu ngerti, ya?”
“Terus akunya kapan Nathan kalau kamu sama Shela terus?” lirih Allysia, rasa sesak itu kini kembali memenuhi rongga dadanya.
“Aku nggak bisa membantah permintaan Mami sama Papi, Al. Jangan childish please.”
Deg.
Childish?
“Oke, silahkan.”
“Aku pesenin taksi online ya.”
“Enggak, gak perlu. Aku bisa sendiri,” cegah Allysia memaksakan senyumnya.
“Ya udah, hati-hati ya.” Nathan menepuk puncak kepala Allysia.
Allysia mengangguk, memaksakan senyumnya lagi. “Kamu juga. Hati-hati bawa Shela nya.”
Nathan tersenyum. “Pasti. Aku duluan ya,” ujarnya lalu berbalik meninggalkan Allysia dan menghampiri Shela.
Allysia menunduk. Lalu menyeka air mata yang nyaris jatuh dari pelupuk matanya.
“Nunggu siapa?”
Kepala Allysia sontak terangkat mencari arah suara. “Eh.. Nug.. enggak. Nggak nunggu siapa-siapa,” kikuk Allysia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Allysia
Teen FictionMalam itu... yang seharusnya menjadi akhir dari hidup Allysia, justru malah membuat Allysia membuka lembaran baru. Semua karena lelaki yang saat ini menjadi pacarnya, Nathanio Rajendra.. dia adalah alasan mengapa Allysia mengurungkan diri untuk meng...