22. BUBUR MANG UJANG

247 48 4
                                    

Allysia seketika kehilangan tujuannya untuk bercerita, kepalanya memberat akibat seluruh masalahnya yang ia tamping sendirian tanpa ada satu orangpun yang bisa dijadikan sandaran untuknya.

Gadis itu memilih untuk mengistirahatkan pikirannya dan mengistirahatkan dirinya ke kedai Bubur Mang Ujang. Akbar yang pertama kali membawanya ke kedai Bubur ini. Kedai Bubur paling sejuk dan menenangkan di kota Bandung.

Kedai Bubur ini sudah menjadi salah satu kedai favoritnya yang sering ia kunjungi satu bulan belakangan ini.

"Allysia?" panggil seseorang yang sedang menyantap satu mangkuk Bubur tanpa kecap dan kacang.

Allysia merasa sangat familiar dengan suara berat khas cowok itu, gadis itu sontak menghampirinya seuisai memesan bubur kepada Mang Ujang.

"Akbar? Lo di sini juga?" tanya Allysia duduk di samping cowok itu.

Akbar mengangguk. "Tau sendiri, tempat favorit gue ini," jawabnya menaik turunkan kedua alisnya.

"Lo sendiri ngapain di sini?" Akbar bertanya balik.

Allysia menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Hehe.. lagi pengen ajaa," balas gadis itu diiringi kekehan ringan.

"Lagi ada masalah, ya?"

Allysia mengerjap mendengar pertanyaan Akbar, entah mengapa pertanyaan yang terlontar dari mulut Akbar selalu tepat sasaran.

"H-hah? Ng-nggak lah! Bosen kali, masalah muluu, yekalii."

"Mending lo jangan bohong sama gue dah, Al."

"Gampang banget nebak orang dah lo, bikin gua pusing kalo di deket lo selalu ketebak mulu!" cibir Allysia kesal membuat Akbar terbahak puas.

"Gue ngikutin cara Kak Mega kalo lagi nebak gerak-gerik orang soalnyaa." Akbar menaik turunkan kedua alisnya, tak lain dan tak salah tujuannya untuk menyombongkan diri.

Mang Ujang datang dengan semangkuk bubur di tangannya, lalu menyerahkan kepada gadis itu. "Selamat menikmati atuh, neng.."

Allysia mengangguk sembari menerima uluran bubur Mang Ujang. "Nuhun ya, Mang," balasnya ramah.

"Sami-sami atuh, neng.."

"Tah, kan! Mamang bilang ge apa, awalnya mah temen, lama-lama jadi demen. Kan bener wae!" goda Mang Ujang kepada dua insan itu membuat dua insan itu terkekeh kompak.

"Masih temen maang," balas Akbar.

"Berarti otewe demen atuh!" ledeknya puas.

"Iyaa deeh terserah Mamang, yang penting Mang Ujang bahagia!" Allysia akhirnya mengalah. Mang Ujang mengacungkan jari jempolnya dan mengedipkan satu matanya, genit pada Allysia. Lalu kemudian Mang Ujang menunggalkan mereka berdua.

"Cerita dah, ada masalah apa? Siapa tau gue bisa bantu, atau seenggaknya bikin lo lega deh," kata Akbar lalu menyuap kembali satu sendok buburnya.

"Lagi berantem sama Nathan," jelasnya jujur.

Akbar mengerjap, hampir tersedak bahkan. "Berantem? Kenapa? Setau gua kalian gak pernah berantem dah, tumben amat."

Allysia mengangguk pelan. "Dia marah gara-gara gue ngilang satu minggu kemarin nggak ngabarin dia sama sekali."

"Ya ampun pantes.. oh iya gue juga mau nanya, emang satu minggu itu lo ke mana aja? Absensi lo alfa sampe lima hari loh tanpa keterangan apapun," tutur Akbar perlahan namun menuntut jawaban.

"Satu minggu itu, keadaan gue sedang nggak stabil dan nggak memungkinkan gue untuk keluar rumah," jelas Allysia dengan jujur. Hanya dengan Akbar.

Mendengar kata 'nggak stabil' yang tercetus dari mulu gadis itu langsung membuat Akbar paham tanpa banyak tanda tanya.

Kemudian tangan cowok itu terulur mengelus lengan Allysia. "Lo hebat bisa lewatin satu minggu itu sendirian!" puji Akbar.

Allysia terkekeh ringan. "Hahaha! Biasa aja kalii!"

"No! ini luar biasa tau, Allysia yang gue kenal memang selalu sama. Yaitu Allysia yang hebat, gua aja kalah hebat dah suer!" celoteh Akbar diiringi dengan sedikit candaan berharap dapat menghibur suasana hati Allysia walau hanya sedikit.

Allysia hanya geleng-geleng kepala sembari sedikit terkekeh. "Bar, gue bingung deh, gue nggak mau marahan lama-lama sama Nathan, gimana ya cara balikannya?"

Akbar menoleh ke kiri, menatap gadis itu lekat. "Lo minta maaf aja," ujarnya serius.

"M-minta maaf?" beo Allysia ragu, dibalas anggukan oleh Akbar.

"Andai lo tau kalo Nathan jalan sama Shela jalan di belakang gue, mungkin jawaban lo akan beda, Bar," batin Allysia berucap.

"Kenapa gue harus minta maaf, Bar?" tanya Allysia. Pertanyaannya terdengar kacau di telinga Akbar.

"Karena lo udah ngilang tanpa kabar, Al. Lo harus minta maaf untuk hal itu."

"Akbar bener.. gue harus minta maaf persoalan gue ngilang. Dan gue harus lupain kejadian di mana gue ngeliat Shela sama Nathan dinner bareng. Toh juga, kalau minta penjelasan dari Nathan, gue nggak akan dapetin itu.." batin Allysia berceloteh sendiri, gadis itu sedang sangat sibuk dengan pikiran yang berkecamuk di kepalanya.

"Lo harus ngalah, lagi, Al. supaya hubungan ini tetap berlanjut," sambungnya di dalam hati.

"Kenapa? Mikirin apa?" tanya Akbar membuyarkan lamunan Allysia membuat gadis itu mengerjap terkejut.

"Ha? Ah enggak. Iya, nanti gue minta maaf ke, Nathan."

Akbar tersenyum simpul. "Good girl," balasnya menepuk puncak kepala gadis itu.

***

-Sabtu, 11 Desember 2021.

Singkat aja ya part ini, se singkat hubungan mu dengan dia ahahaha🤩

Vote komen jangan lupa yaaa, mudah kok!😋

Hope you enjoy & love it! See you!

Love u!🤍

Follow yaaa

Follow yaaa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Tentang AllysiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang