Nathan baru saja menancapkan gas mobilnya, Jam empat sore ia baru saja pulang dari Gereja. perkara hubungannya dengan Allysia, entahlah mau dibawa kemana hubungan itu, sudah tiga hari mereka bahkan tak bertegur sapa sama sekali.
Entah memang Allysia yang enggan untuk menyapa atau memang karena gembok larangan dari Cila dan Claudia.
Mobil sport hitam itu melaju dengan pesat membelah jalanan kecil kota Bandung.
Nathan menginjak rem mobil dengan tiba-tiba menimbulkan suara gesekan antara mobil dan aspal.
Entah persetan dari mana, cowok itu segera keluar dari mobilnya tanpa pikir panjang, ia menghampiri seseorang yang sedang berjalan sendirian.
"Al?" panggil Nathan pelan.
Gadis itu menoleh ke belakang mencari asal suara yang memanggilnya, gadis itu sontak membelalakkan matanya berbinar, "Nathan?!" pekik Allysia.
Seolah tak peduli keadaan yang terjadi pada mereka, Allysia langsung mengalungkan tangannya di leher Nathan, ia masuk ke dalam pelukan Nathan tanpa permisi, ia sudah tidak peduli apapun lagi, yang jelas ia sangat merindukan laki-laki yang berada di pelukannya ini.
Satu minggu tanpa Nathan bisa dibilang satu minggu terberat yang pernah di lalui Allysia, rasanya seperti di siksa berbulan-bulan. Semua rasa sakit yang sudah biasa diterima setiap hari seolah menjadi sepuluh kali lipat lebih sakit karena tidak ada Nathan.
Nathan sontak membelalakkan matanya karena Allysia yang tiba-tiba memeluknya tanpa permisi, tangannya perlahan terangkat membalas pelukan Allysia. Bahkan Nathan sudah tak menyadari bahwa kini ia memeluk Allysia tak kalah erat, bahkan jauh lebih erat dibandingkan Allysia memeluknya.
Satu hal yang Nathan ketahui hari ini, Allysia tak benar-benar melupakannya, menjauhi Nathan hanya karena suruhan temannya.
Nathan sudah tidak peduli lagi dengan persetan keadaan yang memisahkan mereka. Satu hal yang pasti, Ia sangat membutuhkan Allysia di hidupnya, Sangat.
"Maaf, sayang," bisik Nathan pelan, masih setia memeluk Allysia dengan erat.
"Aku nggak bermaksud nyakitin kamu."
"Aku tau kok," potong Allysia cepat, enggan melepaskan pelukannya dengan Nathan.
"Kamu sayang aku kan?" tanya Allysia.
Nathan mengangguk cepat, seperti seorang anak kecil, "Banget, sayang banget, nggak bisa diukur sayangnya." tutur Nathan tulus. Cowok itu menyandarkan kepalanya dipundak Allysia.
Allysia mengelus pelan helaian rambut Nathan, "Maaf ya, selama ini aku nggak pernah ngerti maksud kamu selalu bahas soal perbedaan Tuhan kita," ujar Allysia pelan.
Nathan perlahan mengendurkan pelukannya, ia beralih menatap Allysia lekat, menangkup pipi gadis itu dengan kedua tangannya, "Nggak. Jangan di bahas, aku yang minta maaf sama kamu, maafin aku ya?"
"Aku harus apa supaya kamu maafin aku?"
"Kemarin aku emang tolol banget Al, bodoh banget, aku minta maaf." lirih Nathan lagi, perkataan Nathan seolah dipenuhi dengan rasa sesal yang mendalam.
Allysia terkekeh pelan melihat wajah memelas Nathan, Damn. Dia benar-benar merindukan sosok Nathan, Rindu itu terbalaskan.
"Sebelum kamu minta maaf juga aku udah maafin, karena aku tau kalo kamu sayang sama aku." ujar Allysia dengan senyuman manisnya.
Senyuman gemas yang belakangan ini Nathan rindukan kini sudah terbit kembali, Cowok itu segera menarik Allysia masuk ke dalam pelukannya lagi, "Aku sayang kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Allysia
Teen FictionMalam itu... yang seharusnya menjadi akhir dari hidup Allysia, justru malah membuat Allysia membuka lembaran baru. Semua karena lelaki yang saat ini menjadi pacarnya, Nathanio Rajendra.. dia adalah alasan mengapa Allysia mengurungkan diri untuk meng...