Keadaan kelas 2-1 mendadak hening ketika Kwon saem, guru matematika yang terkenal tegas dan mengerikan seantero sekolah kini telah berdiri di depan kelas. Semua murid diam berkeringat dingin tak ada yang berani membuka suara karena Kwon saem memang tidak pernah menyukai muridnya yang berisik.
" Keluarkan pekerjaan rumah pekan lalu, sekarang! " Semua murid terburu-buru mengeluarkan tugas mereka. Kwon saem menaikkan kacamatanya yang sedikit turun, mata elangnya meneliti satu persatu murid seakan siap menerkam mangsanya.
Joy sudah duduk tenang dengan buku dihadapannya, ia sedikit terusik kala Irene sahabatnya itu terlihat begitu gusar mengacak-acak isi tas mencari sesuatu.
" Rene-ah, ada apa? " Irene menoleh panik kearah Joy.
" Sepertinya milikku tertinggal di rumah Joyyie, bagaimana ini? "
" WHAT!! " Gadis jangkung yang memiliki suara unik itu hampir saja berteriak. Joy langsung saja membekap mulutnya sendiri menyadari tatapan tajam dari pria tua yang berdiri di depan kelas.
Joy melotot ke arah Irene, Sahabatnya ini amnesia atau bagaimana? Apa dia lupa jika Kwon saem benar-benar akan menghukum berat muridnya yang melakukan kesalahan tanpa pandang bulu? Kenapa dia bisa ceroboh seperti ini?
" Yak! Kau sudah mencarinya dengan teliti? Coba kau cari sekali lagi. " Bisik Joy pelan, turut panik dan membantu Irene membongkar kembali isi tas milik Irene. Namun nihil mereka tetap tak menemukan apa yang mereka cari.
Sementara itu, tepat di belakang Irene dan Joy duduk, Jisoo juga Wendy masih memperhatikan kedua gadis yang nampak gusar dan gelisah sendiri. Wendy ingin bertanya kepada kekasihnya tentang apa yang terjadi pada mereka, namun niatnya ia urungkan ketika Kwon saem berdehem membuat ia dan yang lainnya menatap pria tua yang sudah bersedekap dada dengan tatapan horor andalannya.
" Berdiri dihadapan saya jika ada diantara kalian yang tidak mengerjakan tugas yang saya berikan. " Ujar Kwon saem tajam dan menusuk. Irene menelan salivanya susah payah.
Ia sangat takut Kwon saem akan menghukum berat dirinya. Ini adalah kali pertamanya Irene ceroboh karena meninggalkan buku keramat yang biasanya ia bawa setiap hari. Irene merutuki dirinya sendiri yang bisa sampai melupakan buku matematika itu, padahal semalam Irene baru saja menyelesaikan tugasnya. Irene kembali meneguk ludah kasar, wajah yang terbiasa dingin itu kini tak bisa menyembunyikan ketakutannya.
Irene menoleh sejenak kearah Joy; sahabat sekaligus teman sebangkunya- tersenyum miris menatapnya pasrah seolah merasa bersalah karena tak bisa membantunya. Ia mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru kelas menatap satu-persatu temannya yang nampak tenang. Mungkin hanya dialah yang akan dihukum hari ini.
Dengan langkah ragu dan takut, Irene kemudian bangkit perlahan seraya menarik napas dan menghembuskan nya berulang kali mencoba menghilangkan kegugupannya. Ia menunduk takut setelah berdiri di depan Kwon saem dan bisa merasakan aura mencekam di sekitarnya.
" Apa alasan kalian berdua tidak mengerjakan tugas saya? " Suara berat Kwon saem membuat Irene yang masih tertunduk mengerjap beberapa kali. Kalian berdua? Irene kemudian mendongak menatap Kwon saem dan sedetik kemudian menoleh kesamping mendapati seorang gadis yang kini berdiri disampingnya.
Jisoo menoleh dan tersenyum manis ke arah Irene yang terkejut sebelum memutar bola mata malas. Irene tau Jisoo hanya modus dengan mengambil kesempatan di dalam kesempitan. Jisoo terkekeh pelan melihat wajah masam Irene hingga Jisoo tak menyadari kini Kwon saem menatap tajam kearahnya.
Kwon saem kembali berdehem namun kini lebih keras membuat suasana yang awalnya hening semakin hening mencekam. Irene semakin menciut dan menunduk takut, sedangkan Jisoo kini terdiam mengunci mulutnya rapat-rapat. Dalam hati ia meringis merasakan tatapan tajam dari pria di hadapannya ini seolah sangat tajam hingga menembus jantungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DUO VISUAL || Jirene
FantasyShort Story ❝ Duo Visual ❞ Jisoo x Irene Happy Reading❤️ END ••• ❝ I hope the wind will tell you how much, I Love You ❞ ❝ ...Tak semua cinta berlabuh pada pemiliknya. Tak semua cinta berpulang ke tempat yang diinginkan sebelumnya. Tak semua cinta b...