Bawah Tanah:
The Rumor Comes TrueA novel by Zivia Zee
•••
Semua orang pasti pernah berpikir bahwa hidup yang mereka jalani saat ini hanyalah serangkaian dari keseharian membosankan yang biasa-biasa saja. Kita berada dan berputar-putar dalam kebiasaan konstan yang disebut normalitas. Kita bahkan terjebak di dalamnya. Sampai pada akhirnya kita merasa benar-benar bosan dengan rutinitas tak bergairah ini dan mulai mengharapkan sesuatu yang jauh dari kata normal. Kita mengharapkan ada sesuatu yang mendatangi kita. Suatu abnormalitas yang dapat memicu adrenalin dengan jauh lebih hebat hingga kita sendiri merasa lelah dan ingin kembali ke garis lurus kehidupan sebelumnya.
Aku dengan kehidupan standar yang tidak luar biasa namun juga tidak biasa-biasa saja ini, terkadang aku tidak perlu meminta Tuhan memberikanku sedikit tantangan untuk pengalaman hidup sebagai anak SMA ibu kota yang bosan. Terkadang tantangan itu malah datang sendiri padaku, dan setiap kali abnormalitas itu datang, selalu ada setidaknya satu hal dari hidupku yang berubah. Dalam artian baik ataupun buruk. Abnormalitas meninggalkan bekasnya sendiri dan terkadang itu melekat menjadi kenangan kuat yang meninggali otakku sepanjang hidup.
Bolehlah kukatakan abnormalitas itu secara rutin menyambangi hidupku setidaknya setiap aku mulai mengalami ketenangan janggal yang membuatku merasa benar-benar tidak punya lagi alasan untuk hidup. Maka abnormalitas itu datang untuk menantangku sekali lagi. Katakan saja seperti momen di mana aku berubah menjadi yatim piatu saat umurku masih sembilan tahun, atau sebut saja teror bom Andalas yang ternyata rekayasa, di dorong jatuh ke jurang oleh seorang musuh, dan apa yang baru saja kualami hari ini.
Menjadi korban penculikan dari entah sindikat ninja mana.
Abnormalitas pertamaku sebenarnya terjadi sewaktu umurku berada di antara lima atau enam tahun. Kejadian itu menjadi salah satu dari sedikitnya memori masa kecil yang melekat kuat. Meski aku tidak ingat bagaimana detailnya. Tapi aku tahu saat itu aku dan ayahku tengah menginap di salah satu hotel yang tidak begitu bagus di Jakarta Pusat. Hotel itu memiliki satu kolam berenang ukuran sedang di lantai satu. Aku bermain di pinggir kolam itu. Lalu kecerobohan membuatku hampir mati tenggelam.
Apa kau tau bagaimana rasanya tenggelam?
Rasanya, seperti seluruh dunia kehilangan suaranya seketika. Seperti kau melayang-layang di satu dimensi yang gelap dan dalam, dengan air yang mengepungmu dari berbagai arah. Kau tidak bisa bergerak. Kau hanya terjatuh lebih dalam lagi. Dadamu sakit karena air memenuhi paru-parumu. Lalu kamu mulai merasakan sesak yang luar biasa. Membuatmu mulai kehilangan kesadaran, dan tak berdaya. Seolah-olah kematian berada sejengkal dari jarimu.
Hari ini, aku merasakan sesak yang sama mengepungku lagi.
Orang-orang berpakaian serba hitam bak ninja itu membungkus kepalaku dengan kain hitam. Sudah jelek, bau lagi. Bukan main sesaknya bernapas di dalam sini. Apalagi secara acaknya ingatan soal tenggelam belasan tahun lalu kembali berputar di otakku. Aku yang mengalami pusing hebat berkat kurangnya oksigen tidak bisa membedakan apakah saat ini aku benar-benar sesak napas atau hanya halusinasi karena mengingat perasaan tenggelam kala itu.
Mereka mengikat tangan dan kakiku dengan tali tambang yang sumpah demi satu dollar pertama milik Tuan Krab, rasa-rasanya tali itu ikut menggilas kulit mulusku karena aku merasakan perih yang luar biasa. Aku memberontak, menggelinjang ke atas dan bawah selagi mereka berusaha membopongku. Jangan harap aku akan mempermudah aksi penculikan ini dengan pura-pura pingsan. Aku setengah yakin ini masih di kompleks pendidikan Bawah Tanah. Sialnya, mulutku dilakban. Aku hanya bisa bergumam tak jelas seperti orang bisu. Akhirnya, rencanaku menarik perhatian tukang kebun, ibu asrama galak yang tengah patroli malam-malam, atau salah satu siswa ngelindur yang berjalan dalam tidurnya pun sirna manakala mereka melemparku ke dalam bagasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bawah Tanah: The Rumor Comes True
Action[Action X Teenfiction] Serial mata-mata remaja #1 Buku pertama dari Dwilogi Bawah Tanah Ada sebuah surat aneh diatas meja belajarku. Surat berwarna pink bersimbol hati. Kupikir itu dari Djanuar. Akhirnya cowok brengsek itu sadar juga bahwa meninggal...