36. Peluru Misterius

754 170 30
                                    

Bawah Tanah:
The Rumor Comes True

A novel by Zivia Zee

•••

"Siap, mulai!"

Aba-aba dari Pak Sukma menjadi titik Patokan aksi Zero, Katrina dan Sirin dalam simulasi latihan yang sedang ditampilkan di hadapan kami semua. Katrina dan Sirin dihadapkan satu sama lain dengan mengenakan rompi pelindung. Di depan mereka terdapat masing-masing satu buah pistol beserta dengan selusin peluru karet yang belum terpasang. Dalam simulasi ini, Katrina dan Sirin harus melakukan adu cepat memasukkan peluru ke dalam pistol dan menembak. Orang dengan peluru pertama yang mengenai lawan lah yang menang.

Dorr!

Kedua pistol menyentak secara bersamaan. Menciptakan suara tembakan yang lumayan keras. Kami terkesiap manakala melihat noda cat merah di rompi keduanya. Dua-duanya mengenai tepat di bagian perut target.

"Kalian lihat peluru siapa yang sampai duluan?" tanya Pak Sukma, namun kami tidak perlu menjawabnya karena beliau dengan segera menunjuk Katrina. "Punya Katrina yang sampai duluan."

Katrina meniup ujung moncong pistolnya yang tak berasap. Menghadap kami dengan senyum pongahnya. Tak lupa ia melakukan selebrasi kecil dengan memukul udara. Sirin seperti biasa selalu menjadi sosok yang tenang. Dia tersenyum dan maju ke depan. Terlentang di tanah sementara Zero menghampirinya.

"Ini adalah simulasi pertolongan pertama pada luka tembak," tutur Zero seraya berjongkok di samping Sirin. "Saya yakin kalian pasti sudah belajar teorinya. Tapi tetap perhatikan setiap gerakan saya. Pertolongan pertama menentukan seberapa lama korban bisa bertahan selagi menunggu pertolongan medis yang lebih serius. Pertama-tama, pastikan keadaan sekitar sudah aman."

Kami memperhatikan dengan seksama. Zero membuat gestur gerakan waspada seraya menoleh kesana-kemari seolah-olah tengah berada dalam situasi yang sungguhan. Tak lama ia menambahkan dengan mengatakan jika kami berada di tengah-tengah situasi konflik senjata, maka kami harus memastikan untuk membawa korban tembak menepi atau pergi ke tempat aman secepat mungkin. Kemudian baringkan korban di tanah.  Zero juga menekankan untuk jangan panik dan tetap tenang.

"Periksa denyut nadi dan napas korban. Jika korban mengalami henti napas dan Jantungnya berhenti berdetak, lakukan teknik CPR*. Kalian semua sudah belajar prosedur melakukan CPR 'kan?"

Kami serentak menjawab, "siap, iya!"

Kami di ajari teknis CPR dalam pelajaran biologi dan beberapa kali mempraktekkan di kelas.

"Bagus," tanggap Zero, "jika masih berdetak, maka tugas kalian adalah mempertahankan denyutnya selama mungkin. Periksa di mana luka tembak berada. Jika berada pada area fatal seperti bagian dada, cepat-cepat hentikan pendarahannya. Kali ini contoh luka tembak pada bagian perut. Yang pertama yang harus kalian lakukan dalam mengatasi pendarahan adalah balut lukanya dengan kain."

Zero melepas kaus olahraganya dan menekankannya pada perut Sirin. Tindakan lepas bajunya itu membuat beberapa dari kami heboh sejenak. Diam-diam aku salah fokus akan bentuk tubuhnya. Ternyata lumayan atletis.

"Biasanya, dalam misi kita tidak membawa alat-alat medis. Jika tidak punya kain kasa, robek atau lepas baju kalian lalu balut dan tekan pada luka yang terbuka untuk menghentikan pendarahan. Pastikan kalian menekan dengan area kain yang bersih. Yang kedua, posisikan luka lebih tinggi dari jantung."

Bawah Tanah: The Rumor Comes TrueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang