Bawah Tanah:
The Rumor Comes TrueA novel by Zivia Zee
•••
Nusa Dharma adalah sebuah pulau kecil di Nusa Dua Bali. Kami menghabiskan waktu sekitar dua jam menempuh perjalanan dari Denpasar. Kali ini, untungnya, Selena membiarkanku duduk di depan. Di samping Sancaka yang menyetir mobil. Karena yang bisa menyetir mobil hanya dua orang, Sancaka dan Zero. Maka kami harus berbagi ruang di mobil dengan lebih dari empat orang. Di kursi tengah, duduk berdempetan Selena, Cempaka dan Anya. Di kursi paling belakang, Alto dan Ririn tampak senang-senang saja berdua. Sementara Zero menyetir di mobil satunya bersama Velidsa, Adam, Riana, Aren serta duo sejoli Katrina dan Sirin.
"Enaknya yang jadi pacar supir." Anya berkata sinis. Kentara sekali penuh iri dan dengki. "Duduk leluasa di kursi depan."
"Nyenyenye," cibirku tak peduli.
"Awas itu tangannya nggak usah pegang-pegang! Lo belum dapet restu dari gue, ya!" Anya menepak tangan Sancaka yang mencari tanganku. Baru saja hendak digenggamnya. Lelaki itu lantas menarik tangannya kembali. Menunduk patuh pada Anya.
"Nggih, kakak ipar."
Aku mendengus jengkel. "Dasar jomblo."
"APA?!"
Mereka berseru kompak. Saking kerasnya aku sampai terperanjat. Sungguh, ada apa dengan mereka semua? Padahal aku hanya mengatai Anya.
"Kau yakin keputusanmu itu tepat, Sanca?" Selena bertanya seraya bersedekap tangan. Wajahnya yang serius benar-benar tak enak di pandang. "Kau tahu 'kan habis ini-"
"Saya tahu," potong Sancaka cepat. "Saya tahu, Selena. Tolong biarkan saja saya."
Ada apa ini? Suasana jadi tidak enak lepas mereka berbincang perihal hal aneh. Aku tidak mengerti apa yang mereka bicarakan. Apakah sesuatu yang berkaitan dengan misi? Atau hal lain yang disembunyikan dariku? Aku menoleh ke Cempaka, memeriksa apakah dia familier dengan apapun topik rahasia antara Sancaka dan Selena. Namun cewek itu juga sama terlihat begonya dengan semua orang yang tidak tahu-menahu. Dia bahkan tidak mengambil pusing. Memilih untuk memasang pengeras suara dan memejamkan mata.
"Hei, Aurora." Selena tiba-tiba memanggilku. "Putuskan saja dia. Sancaka itu cowok brengsek. Aku bicara sebagai teman yang sudah tiga tahun bersamanya dan sebagai kakak kelas yang amat menyayangimu."
Aku menoleh ke arahnya. Mengacungkannya jari tengahku. "Awas macem-macem lagi sama pacar gue!"
Ia mengedikkan bahu tak peduli.
Kami berangkat dari jam tiga pagi, dan sampai tepat ketika matahari terbit. Nusa Dharma adalah tempat wisata. Tetapi bila ditelusuri terus ke dalam, di ujung pulau ada lahan pribadi milik PT. Arca Mentari. Di sanalah Taraxacum berada.
"Arca Mentari tengah berusaha keras mengambil alih pulau ini sepenuhnya," kelakar Selena, membaca informasi yang ia cari di ponselnya. "Mereka membeli semua tanah yang bisa dibeli dan sedang bernegosiasi dengan pemerintah untuk melakukan investasi di sini."
"Mereka ingin menjadikan pulau surga ini menjadi neraka. Dasar para keparat berdasi!" umpat Cempaka.
Taraxacum tentu tidak bisa semudah itu di dekati. Kami memutuskan menyewa hotel, datang sebagai turis untuk melakukan pengamatan jarak dekat. Tidak banyak orang yang punya urusan di lahan pribadi Arca Mentari. Taraxacum tidak dibuka untuk umum jadi wisatawan tidak diperkenankan menjamah area itu. Hari pertama, kedua, dan ketiga melakukan pengamatan kami tidak menemukan apa-apa. Baru setelah seminggu kemudian, mulai ada mobil angkut yang berlalu lalang menuju ke sana. Diikuti dengan banyak truk berukuran sedang yang datang selama berhari-hari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bawah Tanah: The Rumor Comes True
Action[Action X Teenfiction] Serial mata-mata remaja #1 Buku pertama dari Dwilogi Bawah Tanah Ada sebuah surat aneh diatas meja belajarku. Surat berwarna pink bersimbol hati. Kupikir itu dari Djanuar. Akhirnya cowok brengsek itu sadar juga bahwa meninggal...