EPILOG

973 146 42
                                    

Dikatakan dalam suatu berita acara bahwa Bali tengah berada dalam suasana yang panas. Insiden meledaknya helikopter di Tol Bali Mandara dan runtuhnya gedung perusahan PT. Arca Mentari yang terjadi tiga bulan lalu menimbulkan tanya dalam benak masyarakat. Terlebih setelah beberapa orang bersaksi melihat dua anak bergelantungan di sebuah helikopter dan jatuh ke udara. Masyarakat pun bertanya-tanya, sebenarnya, apa yang terjadi pada 12 Agustus 2019 silam?

Hingga saat ini, polisi belum menemukan titik terang dari rentetan peristiwa luar biasa yang melanda Bali. Namun diduga ada campur tangan teroris ....

Teresa menghela napas kasar. Niatnya untuk menenangkan diri di Epic Resto tidak sesuai harapannya. Semuanya membicarakan kejadian heboh aksi terorisme Bali yang membuat heboh seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Gadis itu gusar. Bukan karena ia khawatir benar-benar ada teroris yang mampu membuat peristiwa luar biasa seperti meledakkan helikopter dan menghancurkan gedung, namun ia gusar karena di saat yang bersamaan dengan munculnya banyak berita teroris heboh itu, Aurora Bhayangkari, sahabat sebangku semejanya dikabarkan menghilang.

"Kenapa? Masih mengkhawatirkan sahabat tercintamu itu?" tanya teman sebangku barunya yang datang dua Minggu lalu.

"Anak itu kurang ajar sekali. Suatu hari dia tiba-tiba menghilang, lalu suatu malam ia tiba-tiba datang, dan sekarang ia benar-benar menghilang. Aurora ... sebenarnya apa yang terjadi pada anak itu?"

"Entahlah. Tapi, tidakkah aneh? Dia menghilang di waktu yang bersamaan dengan peristiwa teror di Bali. Jangan-jangan ... dia ada di sana saat kejadian dan tidak sengaja jadi korban. Atau malah ... Jangan-jangan dia justru terlibat." Gadis itu berdecak kagum memikirkan bayangan yang tercipta di kepalanya sendiri.

"Apa? Aurora? Di Bali dan terlibat teroris? Hahaha ... tidak mungkin!" Teresa menggelengkan kepalanya seraya terbahak keras. "Anak itu jiwanya patriotis sekali. Dia sangat cinta negara ini. Mana mungkin anak itu terlibat teroris."

Gadis di depan Teresa hanya tersenyum tipis.

Berselang beberapa menit kemudian muncul seorang waitress membawakan nampan dan mengantarkan pesanan mereka. Teresa dan temannya menggumamkan terimakasih.

Teresa mulai menikmati Caramel Macchiato yang ia pesan. Sedangkan temannya baru hendak meminum jus lemonnya saat ia menangkap ada sebuah gulungan kertas di dalam sedotan miliknya. Ia menarik ujung kertas tersebut keluar dari sedotan. Lalu membuka gulungannya.

Ia membaca isi gulungan tersebut. Sesaat kemudian alisnya bertaut satu. Bagaimana tidak? Satu dari dua kalimat yang tertulis di dalam kertas itu menunjukkan nama aslinya, Anjasmara.

Ia menyapukan pandangannya ke sekitar. Mencari-cari pelayan cafe yang tadi mengantarkan minumannya. Ia menemukan pelayan itu dengan cepat. Pelayan itu kini tak lagi menenteng nampan. Ia menenteng jaket loreng hijau lumut dan tengah berdiri di depan pintu keluar seraya memperhatikannya. Ia tak bisa melihat wajahnya karena geraian rambut panjang dan topi cafe yang ia kenakan menutupi area matanya.

Ia bangkit hendak menghampiri si pelayan.

"Kay?" panggil Teresa yang bingung melihatnya tiba-tiba berdiri. Kaylan adalah nama samaran yang ia gunakan untuk misi. "Lo mau ke mana?"

Anjasmara menoleh ke arah Teresa, matanya kemudian beralih ke arah si pelayan. Namun orang itu sudah tidak ada di sana. Anjasmara kini melihatnya berjalan menyusuri trotoar dari jendela cafe.

"Aku ada urusan bentar," pamitnya pada Teresa.

Mengabaikan seruan kesal Teresa, Anjasmara berlari ke luar Epic Resto. Ia mencari-cari si pelayan di trotoar dan menemukannya tengah berjalan ke dalam gang di samping kafe. Gadis itu segera berlari mengikuti si pelayan. Di depan gang, ia berhenti sejenak melihat dua buah poster orang hilang tentang dua orang anak remaja bernama Aurora Bhayangkari dan Sancaka Tirtayasa. Tak mengambil waktu lama, ia kembali mengikuti si pelayan dan memasuki gang. Di ujung gang, ia melihat si pelayan tengah berdiri membelakanginya. Seragam karyawan Epic Resto sudah tertutupi dengan balutan jaket loreng.

"Kamu Aurora Bhayangkari?" tanya Anjasmara.

Gadis di depannya menoleh dengan tak membalikkan badannya. Membuat Anjasmara tetap tak bisa melihat wajahnya.

Dengan suara dingin, orang itu berkata, "Sampaikan salamku untuk Bawah Tanah. Aku akan segera kembali."

Lalu gadis berjaket loreng di depannya mulai memanjat dinding. Dalam sedetik dirinya sudah tak lagi terlihat di sana. Anjasmara memandangi kepergian gadis itu. Matanya kembali mengamati tulisan di kertas. Meyakini seribu persen bahwa setelah ini akan ada peristiwa-peristiwa yang jauh lebih besar dari teror di Bali. Karena seperti yang dikatakan Aurora Bhayangkari dari pesan dalam secarik kertas.

Ini belum berakhir.

 __________

Bawah Tanah:
The Rumor Comes True

[S E L E S A I]

SAMPAI JUMPA DI

Bawah Tanah:
Fight For The Nation

°


°


°

================
T E R I M A K A S I H
================

Bawah Tanah: The Rumor Comes TrueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang