40. Upaya Penyergapan

737 172 34
                                    

Bawah Tanah:
The Rumor Comes True

A novel by Zivia Zee

•••

TRIGGER WARNING:

Attempted rape, violence

Bab ini mengandung beberapa konten yang mungkin tidak cocok untuk beberapa pembaca dan mungkin dapat menimbulkan ketidaknyamanan.

•••

"Askara Chaya Paksa."

"Akcaya," sahutku.

Sedikit ragu, kusambut uluran tangannya. Tukang bakso itu tersenyum dan menyuruhku kembali duduk. Baru kuperhatikan ketika kami duduk berhadap-hadapan, ia memakai Airpods. Maksudku, tukang bakso mana yang bisa sampai membeli Airpods?

Ia tampaknya masih cukup muda.  Setidaknya kutaksir umurnya pertengahan tiga puluh, wajahnya bersih, tapi pakaiannya dekil. Terutama lap handuk yang tersampir di bahunya.

"Anda agen pemerintah?"

"Panggil saja Binara."

"Au—"

Ia mengangkat tangannya sebagai isyarat agar aku berhenti bicara. "Cukup kode nama saja. Jangan sebutkan nama asli. Saya yakin kamu tahu itu dilarang."

Ah! Bodohnya aku melupakan hal itu.

"Nemesis," kataku akhirnya. "Tapi ... anda kayaknya udah tahu nama asli saya."

"Saya tidak tahu, tapi saya tahu kode nama kamu. Jadi saya tahu kalau kamu hendak menyebutkan nama asli, karena kamu tidak menyebutkan kode nama."

Aku menggaruk tengkukku. Sungguh impresi pertama yang buruk. Sekarang aku jadi terlihat bodoh di matanya.

Entah mungkin karena melihat gerak-gerik gelisahku atau orang bernama Binara ini memang peka. Ia terkekeh pelan dan berkata padaku. "Tidak papa. Kesalahan seperti itu memang sering dilakukan pemula. Tapi jangan dilakukan lagi. Bisa berbahaya."

Meskipun aku yakin dia bilang begitu untuk menghiburku, tetap saja harga diriku jatuh sejatuh-jatuhnya. Perasaanku tidak membaik hanya dengan mendengar kalimat pemakluman diikuti senyum tipis begitu. Justru itu membuatku semakin merasa buruk. Aku yakin anggotaku yang lain mendengar dan menyimak kesalahan yang kubuat itu. Ah, aku semakin ingin pulang saja.

"Jadi ... saya sama anggota saya sudah dapat nama. Selanjutnya, kami tinggal cari markas bandarnya dan siapa saja yang terlibat. Kemungkinan warga sekitar pasar ada sangkut-pautnya," jelasku.

Binara mengangguk paham. "Kerja bagus. Sepertinya misi ini bisa kalian selesaikan sebelum satu minggu. Kalau begitu, saya anggap kalian sudah paham kasus ini. Terutama kamu. Di sini, saya dilarang bantu apapun. Tugas kalian sepenuhnya akan diurus dengan kalian. Paham?"

Aku mengangguk.

Binara kembali melanjutkan. "Saya cuma bisa kasih beberapa informasi. Anak-anak yang bicara denganmu tadi, saya kenal mereka. Bukan anak baik, tentu saja. Jadi, penting untuk berhati-hati. Saya duga setelah ini anak laki-laki itu akan kembali ke kamu dengan bawa minuman keras. Kemungkinan mereka akan suruh kamu minum. Karena kamu murid Bawah Tanah, saya yakin kamu tidak memiliki toleransi untuk alkohol. Jadi, tolak sebisa mungkin.

Bawah Tanah: The Rumor Comes TrueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang